Share

ANAK-ANAK SAMUDRA

“Saya baik, Mas.”

Untuk kedua kalinya Nami cukup kaget dengan kemunculan Samudra di depan rumahnya. Pria itu kelihatan menyesal dengan sungguh-sungguh. Ia meminta maaf sampai membawa satu pot bunga melati.

Ya. Satu pot bunga melati yang baunya wangi semerbak dan sukses mengingatkan Nami pada aroma Mbak Kunti.

“Maafkan saya.”

Tidak sampai disitu keterkejutan Nami. Rupanya Junot menyusul beberapa menit kemudian. Junot membawakan kue donat beraneka toping sebagai bentuk permintaan maaf.

“Nona Naminya Kak Samudra, saya minta maaf. Mulut saya pantas dicolekin jalapeno.”

“Yang serius kalau minta maaf,” tegur Samudra yang menilai Junot bercanda dalam meminta maaf.

“Aku serius, Kak.”

Meski Junot takut jika Nami benar-benar memiliki cabe Jalapeno dan menjejalkannya ke mulut.

“Nona, saya minta maaf. Saya bodoh, nggak punya otak, dan pantas dihina balik.”

Nami tersenyum lembut. Ia menggeleng pelan dan menarik napas dalam.

“Saya sama sekali nggak marah,” ucap Nami setelah menghembuskan nap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status