Share

Senyuman Palsu

“Rasanya seperti memeluk kaktus, semakin erat semakin sakit”

Semenjak aku mulai menggenal Suci, aku jadi lebih sering merasakan betapa hancurnya hati. Aku tak tahu mengapa aku bisa bertahan sekuat ranting, yang terinjak dan terhempas.

Saat bertemu dengannya, ketika ia sedang merasa hatinya sedang hancur oleh seseorang yang ia cintai, aku mulai menghiburnya.

“hay”, aku menyapanya.

“eh kamu yas”, jawab dia sambil tersenyum palsu.

“kenapa cemberut gitu”, ujar ku

“gpp kok”, jawab uci sambil tersenyum.

Aku tahu apa yang sedang dirahasiakan olehnya, aku pun juga tau bagaimana rasa sakitnya kehilangan seseorang yang dicintai.

“beneran gpp”, ucap ku sambil menatap matanya.

“iyahhh”, jawab suci dengan singkat.

“yaudah senyum dikit dong biar manisnya ga hilang”, ujar ku sambil menggepit hidungnya dengan kedua jariku.

“ishh lu mahh, nihh senyum, manis kan”, jawab uci sambil menepuk pundak ku dan memberikan senyumannya.

Aku tidak akan lagi menaruh hatiku kepada orang yang salah, karena aku tahu rasanya jatuh ketika dari ketinggian.

Entah mengapa, suci dulu telah sibuk menghitung bintang sampai ia lupa bulan akan hilang.

Aku ingin ia tau betapa tulusnya aku dulu untuknya.

Sudah habis usaha yang aku lakukan untuk mengambil hatinya.

Aku bertanya padanya.

“apakau mencintainya”, jawab aku sambil tersenyum.

“iyah, aku sudah terlanjur sayang dengannya”, ujar uci sambil melihat kebawah.

“yasudah, pertahankanlah yang pantas untuk dipertahankah, kejarlah yang pantas untuk dikejar”, jawab aku sambil tersenyum.

Ketika aku mendengar suci berbicara seperti itu.

Sampai akhirnya aku lelah dengan Keadaan

“Aku percaya bahwa seseorang yang sudah ditakdirkan untuk kita, mau sebagaimanapun dia coba untuk pergi, sepintar apapun ia mencari, Langkahnya bakal kembali kekita kok. Tuhan maha adil pada porsinya masing masing”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status