Share

Part 116–Melepas Rindu

Kupandangi wajah Hafsha yang sedang tidur seraya mengusap pipinya lembut. Tersenyum mengagumi bulu matanya yang panjang dan lentik persis seperti Mas William.

"Papamu sudah datang, Nak. Kamu mau 'kan bertemu dengannya, hm?" Aku bergumam sendiri, lalu menoleh pada meja kecil di dekatku dan meraih kartu nama dari sana.

Aku berpikir sejenak, lalu mengambil ponsel dari meja dan mulai menekan angka demi angka dari nomor ponsel Was William. Jari berhenti bergerak ketika hanya tinggal menekan ikon memanggil. Keraguan kembali hadir mengganggu sampai akhirnya ponsel kuletakkan lagi.

Tiga hari sudah berlalu dari pertemuan kami di kafe itu, tapi aku belum memberi kabar. Bukan tak memperbolehkan dia untuk bertemu dengan putrinya. Tentu saja boleh. Hanya saja, aku belum siap dengan diri sendiri. Takut akan semakin sulit melupakan jika kami sering bertemu.

"Mungkin sebaiknya aku datang menemui dia ke hotel. Hafsha butuh papanya. Begitupun dengan Mas William yang berhak mencurahkan kasih sayang pada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status