Share

Part 3 Mari Kita Menikah

Menjelang pesta, beberapa ART sibuk menyiapkan hidangan. Malam ini memang akan diadakan pesta meriah di villa Piazza del Duomo. Tidak heran karena yang menjadi tamu undangan adalah para pebisnis sukses dan orang-orang dari kalangan atas.

Di sudut lain, seorang gadis cantik mengenakan apron sibuk menata makanan bersama beberapa pelayan.

Dari tempatnya berdiri, Andrian menatap Cassandra dengan tatapan tak terbaca. Laki-laki yang mengenakan jas mahal itu menoleh ketika Gennaro, sang kakek mendekat.

"Kenapa kekasihmu itu memakai apron?" tanya Gennaro heran.

Kening Andrian mengernyit. "Kekasihku? Maksud Kakek gadis itu?" tanyanya meremehkan.

Gennaro terkekeh, lalu mengangguk-angguk. Laki-laki tua itu sedikit mengangkat gelas wine di tangannya. "Ayolah, Andrian. Jangan bikin malu Kakek. Tidak seharusnya kamu membuat kejutan seperti ini. Suruh ganti bajunya sebelum tamu pada datang!" perintahnya tak ingin dibantah.

Andrian menatap protes sang kakek yang justru mengangguk. "Kakek, dia bukan kek--"

Gennaro langsung mengibaskan telapak tangan di depan wajah Andrian. "Cepatlah, jangan membantah. Kalau kamu tidak mau biar Kakek yang bilang padanya!" ucapnya, lalu meninggalkan Andrian.

Di tempatnya, Andrian mendengus kasar. Laki-laki itu mengusap kasar wajahnya dengan geram. Berkali-kali dia memaki nasib sialnya gara-gara menolong gadis tidak jelas bernama Cassandra itu.

"Maaf, Tuan, saya tidak bisa, saya...." tolak Cassandra halus ketika Gennaro terus memaksanya berganti pakaian.

"Kamu tidak pantas memakai baju itu, Cassandra. Lihatlah, betapa gagah dan tampannya cucuku. Jangan membuat Kakek kecewa. Ini bukan waktunya becanda, Nak," bujuk Gennaro lagi.

Cassandra menatap pada beberapa pelayan yang justru mengangguk menyemangatinya. Lalu pandangan Cassandra tertuju pada raut sedingin salju milik Andrian.

"Mareta, cepat bawa Cassandra ke kamarnya berganti pakaian. Malam ini, saya akan mengumumkan acara pernikahan cucu tercintaku!" seru Gennaro bangga.

Seperti kerbau dicocok hidungnya, Cassandra tidak berkutik. Dia menuruti kemauan Gennaro tanpa bisa menjelaskan apa pun. Cassandra menatap wajahnya di bayangan cermin ketika Mareta mendandaninya.

Rambut Cassandra yang cokelat itu dibiarkan tergerai dengan ujung dibuat sedikit bergelombang. Riasan tipis juga menghiasi wajah cantik Cassandra. Sejenak, Mareta menatap hasil karyanya, lalu tersenyum puas.

"Nah, Nona Cassandra, perfetto!" ujarnya bangga. "Saya yakin, Tuan Andrian tidak akan melepaskan pegangan tangannya malam ini. Dia sangat beruntung mendapatkan wanita secantik Anda, tidak seperti mantan-mantan dia itu. Judes dan materialistis," imbuhnya melirih di ujung kalimat.

Cassandra memejamkan mata. Dia masih mencerna kejadian hari ini yang di luar rencananya. Bahkan, dalam mimpi sekalipun tidak pernah terpikirkan akan berada di tempat seperti ini.

Andrian tertegun sejenak menatap penampilan Cassandra yang sangat berbeda. Tidak seperti tadi malam yang memakai baju minim, atau tadi memakai seragam ART. Kini, gadis cantik itu telah berubah seperti Cinderella dengan gaun warna pink rose panjang tanpa lengan.

Di sebelahnya, Gennaro menyikut lengan Andrian. "Perfetto, molto bello!" (Sempurna, sangat cantik) pujinya tak berhenti memuji.

Andrian memutar bola mata malas mendengar ucapan sang kakek. Meskipun tidak bisa dipungkiri, malam ini Cassandra sangatlah cantik. Bahkan, lebih cantik dari Fiona, mantan kekasihnya.

"Hei, kenapa dengan kalian?" tanya Gennaro pada Cassandra yang berdiri kaku di samping Andrian. "Kalian seperti calon pengantin kuno. Ayolah, sudahi acara becanda ini, Andrian. Gandeng kekasihmu!" ucap laki-laki tua itu yang lagi-lagi membuat Andrian dan Cassandra seperti patung hidup.

Andrian berdehem lirih, lalu menghembuskan napas lelah. Dengan gerakan kaku, dia mengulurkan tangan pada Cassandra yang disambut ragu gadis itu.

Andrian menggenggam jemari tangan Cassandra sangat kencang sehingga membuat gadis itu meliriknya sambil meringis kecil.

Andrian mencondongkan wajah ke pipi Cassandra yang membuat gadis itu memejamkan mata takut. "Ini baru permulaan. Siapa suruh kamu masuk dalam kehidupanku, Nona," ucap Andrian lalu menyunggingkan senyum satu sudut.

Cassandra termangu. Dia semakin menyesali keberadaannya di tempat ini. "Jangan khawatir, Tuan. Saya akan pergi setelah pesta selesai," jawabnya lirih.

Pesta pun dimulai setelah semua tamu berdatangan. Hal ini seperti siksaan bagi Cassandra yang harus membaur dengan lingkungan kelas atas. Berkali-kali dia menarik napas panjang karena tak nyaman, ketika terpaksa menemani Andrian menemui tamu-tamunya. Cassandra juga tidak paham apa yang dibicarakan mereka. Karena dunia bisnis menurutnya sangat rumit dan memusingkan!

Menjelang penghujung acara, tanpa diduga, Gennaro mengumumkan rencana pernikahan Andrian dan Cassandra.

"Ini adalah Cassandra, calon istri cucu tercintaku. Saya ingin mengatakan pada Anda semua jika Andrian dan Cassandra akan menikah minggu depan."

"Kakek!" Andrian menatap protes kakeknya.

Namun, Gennaro seolah tidak peduli. Laki-laki tua itu dengan bangga kembali berkata tentang pesta pernikahan minggu depan di sebuah castil mewah bernuansa negeri dongeng.

Sekali lagi, Andrian mengutuk nasib sialnya. "Jangan pernah bermimpi akan menjadi Nyonya di rumah ini, Cassandra," desisnya pada Cassandra dengan tatapan ingin menelan wanita di sampingnya itu.

Cassandra mendongak. Ucapan Andrian benar-benar seperti belati menusuk hatinya. Namun, itulah risiko yang harus ditanggungnya setelah secara tak terduga memaksa ikut dengan lelaki asing.

"Jangan khawatir, Tuan. Saya tidak pernah bermimpi sedikit pun menjadi Nyonya Andrian!" balas Cassandra sembari tersenyum sinis.

Andrian mendelik mendengar ucapan ketus Cassandra. Kurang ajar sekali gadis ini. Sudah dikasih tumpangan, tempat tinggal, dan pekerjaan malah berani membalas ucapannya.

Andrian menyeringai licik lalu melirik tamu-tamu yang masih asyik menikmati minuman dan sebagian berdansa. Andrian mengulurkan tangan pada Cassandra dan mengajak gadis itu berdansa.

"Kenapa kamu kaku seperti balok kayu? Cobalah tidak kampungan di tengah pesta orang kaya. Jangan bikin malu saya!" ejeknya ketus sambil mengangkat telapak tangan Cassandra dan meletakkan di atas bahu Andrian.

Cassandra kembali menarik napas panjang berusaha untuk bersabar menghadapi sikap ketus Andrian. Dengan ragu, Cassandra mengikuti gerakan dansa lelaki gagah itu.

Andrian menatap tak minat pada Cassandra. Baginya, secantik apa pun gadis itu, tetaplah gadis kalangan bawah yang hanya pantas bekerja sebagai pembantu.

Tiba-tiba terlintas di benak Andrian sebuah ide licik untuk menyiksa gadis menyebalkan ini. Senyum satu sudut tersungging di bibir Andrian.

Laki-laki itu menunduk dan memegang dagu Cassandra lalu berucap pelan, "Mari kita menikah dan wujudkan keinginan Kakek. Tapi kita membuat perjanjian terlebih dahulu, Cassandra!"

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status