Pukul lima sore, mereka sudah membaca doa kafaratul majelis, lalu pulang ke rumah masing-masing. Gus Hanan langsung menghampiri istrinya yang sedang berbicara dengan seorang perempuan yang tidak dia kenali."Dek, kenapa?""Assalamualaikum, Ustadz," sapa Cybele dengan sangat santun."Wa'alaikumussalam. Ada yang bisa dibantu?"Cybele mengangguk manja membuat Yumna ingin menjitak kepalanya. Lihatlah dia datang dengan memakai gamis panjang dan jilbab segitiga, tetapi masih menampakkan rambut poni andalannya."Aku mau Ustadz jadi imamku.""Maaf, aku sudah sholat. Permisi."Gus Hanan menarik tangan istrinya menjauh dari sana karena menduga Cybele adalah gadis yang kurang waras. Sekalipun penampilan rapi dan berkelas, tidak menutup kemungkinan kalau orang itu memiliki kelainan jiwa.Dalam perjalanan pulang, Gus Hanan menyanyikan lagu nasyid sehingga Yumna tidak bisa bicara dengan suaminya. Dia harus memanyunkan bibir sampai di depan rumah.Waktu yang tepat, lelaki itu kini duduk santai di ru
Kejadian yang sama pada hari ke dua. Setelah Gus Hanan berangkat ke masjid, Cybele kembali datang. Hari ini dia memakai rok sebetis dan baju lengan panjang, tentu tanpa memakai jilbab.Suka atau tidak, Yumna harus menerima tamu yang sangat istimewa itu atau dia tidak akan berhenti meneriakkan nama Gus Hanan. Selain karena malu, Yumna juga ingin mengajarinya untuk menghargai Gus Hanan sekalipun umur mereka tidak beda jauh.Cybele mengubah posisi duduk menjadi lebih anggun ketika Yumna keluar membawa secangkir teh. Dia tidak boleh kesal dan harus terlihat santai atau Cybele akan menganggapnya sebagai saingan yang paling mudah dikalahkan."Gimana, Mbak? Suami kamu kayaknya gak tertarik sama aku atau dia gak pekaan?"Yumna menarik sudut bibir ke samping. Apa iya dia harus menjadi jahat?"Dijawab, Mbak," desak Cybele membuat Yumna sedikit merasa ilfeel karena ulahnya yang seperti ulat bulu."Suamiku emang kek gitu.""Alhamdulillah.""Lah, kok?""Yaiya, Mbak. Cinta memang butuh perjuangan u
Cybele memang seseorang yang nekat, dia bahkan sengaja menunggui Gus Hanan selesai mengajar di masjid. Tepat pukul sebelas lewat sepuluh menit, semua orang sudah pada pulang. Gus Hanan melangkah mendekati motornya dan menoleh ketika mendengar suara teriakan."Ustadz, tolong!" Cybele mengatup kedua tangan di depan dada seperti orang yang memohon pada umumnya."Tolong apa?""Ustadz, aku ini gadis yang kehilangan arah dan butuh bimbingan. Mbak Yumna sudah tahu ceritaku, maka aku memohon izin sama dia untuk menikah sama Ustadz.""Apa?""Maaf, Ustadz, tetapi aku sangat memohon. Tidak mengapa kalau nanti aku dijadikan pembantu asal bisa menikah sama Ustadz Hanan dan dibimbing ke jalan yang benar. Aku bersumpah tidak akan membantah sama apa pun yang Ustadz dan mbak perintahkan."Gus Hanan diam, dia memutar otak untuk berpikir. Tidak mungkin Yumna melakukan kesalahan yang sama dengan memberi izin untuk menikah lagi, kan?Lagi pula sekalipun didesak seperti dulu, Gus Hanan tetap tidak akan mau
"Seorang suami itu mau dirinya dihargai dan dianggap ada. Coba pikir bagaimana perasaan Gus Hanan andai kamu kembali memberi peluang untuk Cybele? Lagian kamu sakit hati juga kan kalau ada orang ketiga lagi? Belajarlah dari masa lalumu, tentang Nurul, kemudian Syahdu. Apa mereka berdua belum cukup membuatmu sakit hati?""Ya sakit." Yumna menjawab sedih jika teringat dua sosok itu."Selain sakit hati karena cemburu, kamu juga selalu mendapat hujatan dan coba pikir baik-baik kalau seandainya Gus Hanan menikah lagi? Apa kata mereka tentang Gus Hanan? Suka ganti pasangan atau disebut ustadz nafsuan?""Mel, jangan ngomong gitu ah!""Lalu apa kata tetangga tentang kamu? Mandul? Jelek? Gak cocok jadi istri atau calon janda?" lanjut Amel sengaja menodong Yumna dengan banyak pertanyaan untuk membuka hatinya."Ya kan sudah dibilangin gak bakal ngizinin Cybele dapat peluang." Yumna melirik ke luar pintu yang terbuka. "Nah, datang lagi tuh orang!"Amel langsung berdiri dan menyambutnya di depan p
Mas Dika memarkir motor karena baru pulang dari bekerja. Dia mau mandi, tetapi terusik dengan wajah adiknya yang bermuka masam. Saat baru berangkat kerja dia melihat semua baik-baik saja dan kenapa sudah cemberut?Dia memindai sekeliling dan tidak melihat motor Gus Hanan, artinya dia hanya sendiri. Mas Dika tertawa kecil saat melihat adik kesayangannya melipat kedua tangan di depan dada. Dia pun menghampiri dengan tingkah songongnya."Melihat buah langsung dipetik, buahnya rusak dimakan kutu. Duhai adikku yang cantik, kenapa mukamu kusut begitu?""Melihat buah langsung dimakan, sementara kutu tak makan apel. Mas Dika yang gagal rupawan, adikmu ini lagi kesel!" Yumna tidak mau kalah, meski pantunnya tidak lebih baik dari Mas Dika."Kesel pun terlihat cantik, apalagi kalau senyum tersulam. Duhai adik yang cantik ... apa lagi, ya? Intinya kesal kenapa?""Mendayung perahu ke pinggir pantai, dayungnya patah dimakan buaya. Kalau Mas Dika tidak bawa teratai, lebih baik mandi sana!"Mas Dika
Jam sembilan malam baru lah Yumna kembali mendapat kesempatan mengobrol dengan suaminya. Dia langsung membawa hadiah tadi yang isinya belum dia makan sama sekali.Gus Hanan yang sedang membaca kisah dalam kitab kuning langsung menyudahi melihat istrinya memasang mimik yang tidak senang. Dia mendekat, lantas bertanya dengan lembut, "ada apa, Dek?""Mas, yang ngasih kado tadi siapa?""Farhana sama Maryam. Katanya itu buat kamu, makanya mas terima aja. Kenapa, gak suka ya?""Baca, Mas!" pinta Yumna masih dengan nada tidak suka. Dia menyerahkan secarik kertas itu dan Gus Hanan langsung membacanya.Yumna melihat raut wajah suaminya yang kelihatan bingung, lalu kembali melihat isi kado yang semuanya adalah makanan. Tidak mungkin tadi dia salah orang atau salah mendengar nama karena jelas-jelas Gus Hanan mendengar kalau itu untuk Yumna.Ponsel Gus Hanan berdering, ada sms masuk dari nomor tidak dikenal yang berarti disetel pribadi. "Aku di luar?""Itu siapa, Mas?""Gak tahu, cek ke depan yuk
"Assalamualaikum, Umi!" teriak Fatimah dari luar membuat Yumna menyudahi bacaan al-qur'annya."Waalaikumussalam, Anak Umi." Yumna membuka pintu kamar dan langsung memeluk Fatimah yang selalu cantik dan harum itu.Gus Qabil senang melihatnya, sekilas matanya berembun membayangkan sosok yang dipeluk Fatimah adalah mendiang istrinya. Jika bukan demi sang adik, maka lelaki itu tidak akan mengalah."Hanan di masjid, kan?""Iya, Gus. Ndak masuk dulu biar aku carikan mas Hanan?""Ndak usah, biar aku sendiri yang ke masjid. Assalamualaikum.""Wa'alaikumussalam."Qus Qabil langsung mengecup kening putrinya lembut, setelah itu langsung beranjak pergi karena dia sendiri masih sungkan jika berhadapan dengan Yumna.Bagaimana pun, dia pernah membuka hati untuk gadis itu, tetapi tidak kesampaian karena selalu menunda waktu. Dulu Gus Qabil menunggu saat yang tepat untuk melamar, ternyata sang adik malah mengutarakan keinginan itu padanya.Harapan yang melambung tinggi terpaksa pupus ditelan masa. Gus
"Nggak, Mas. Dia bukan calon aku. Iya, kan?" Gus Hanan menatap istrinya yang langsung mengangguk."Calon guruku maksudnya, Ustadz." Cybele tersenyum manis. "Ustadz ini sudah punya anak?""Iya.""Istrinya mana?""Meninggal. Mohon doanya.""Aku mau ndaftar soalnya anaknya cantik, cuman udah kepincut duluan sama Ustadz Hanan. Maaf ya, Ustadz kalau aku gak tertarik.""Terimakasih karena aku tidak perlu repot untuk menolak." Gus Qabil tidak tersenyum, dia lalu mengajak mereka pulang meski dengan kendaraan sendiri.Cybele menatap kesal pada Gus Hanan karena tidak mengakuinya sebagai calon. Dia juga marah pada lelaki yang mirip dengan Gus Hanan itu. Jika mereka kembar pun hati Cybele tidak akan berpaling dengan mudah.Dia menyusul ke rumah Yumna dengan berjalan kaki melewati semua murid yang sudah tahu kebiasaan Cybele. Dia telah menjadi buah bibir, tetapj tidak pernah peduli asalkan Gus Hanan bisa jatuh dalam pelukannya.Dalam kekesalan Cybele, Gus Hanan malah tertawa riang mengikuti sang i