Share

33

Rojali masih menatap persawahan melalui kaca spion. Jendela mobil dibiarkan sedikit terbuka, memudahkan angin untuk masuk. Terdengar suara kodok bersahutan, juga serangga malam yang entah berada di petak sawah yang mana.

“Pasti berat ya, Kang,” ucap Deni, santri yang mengemudikan mobil. Pandangannya melirik Rojali sekilas, lalu kembali ke arah depan.

Rojali menoleh.

“Pasti berat karena Kang Rojali harus tinggal di Ciboeh, tinggal di desa yang angker, desa yang dikutuk,” lanjut Deni, “saya saja merinding saat membayangkannya, apalagi kalau saya disuruh tinggal di sana. Saya pasti—”

“Tidak ada yang namanya desa terkutuk, Den,” sela Rojali, melirik santri yang usianya lebih muda empat tahun darinya, lantas memercik senyum. Matanya yang sipit berubah menjadi garis lurus untuk sesaat

Punteun, Kang.” Deni menunduk, tak enak hati.

“Bagaimanapun juga, Kiai sudah menuga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status