Sudah setengah jam Bambang menunggu di cafe yang ditentukan Bu Aisyah. Sangking lamanya, dia mulai bosan dan jenuh. Dia merogoh ponsel miliknya."Ponselmu bunyi, Nes!" celetuk Bu Aisyah kepadaku.Padahal aku baru saja membuka pintu mobil. Aku berhenti sejenak lalu mengambil ponselku di atas dashboard. Untung saja berbunyi, kalau tidak bisa saja ketinggalan di dalam mobil"Nomor itu lagi," ucapku dalam hati.Bu Aisayah heran melihat raut wajahku yang masam."Siapa yang menelpon, Nesya?!" tanya Bu Aisyah. Dia tidak jadi keluar dari dalam mobil."Pak Bambang, Bu.""Ya sudah dijawab saja! Kali aja perlu," jawab Bu Asiyah.Aku mengusap tombol gagang telepon ke samping kanan.[Halo,] jawab Bambang setelah sambungan telepon terhubung.[Ya, Hallo.]Aku keluar perlahan dari dalam mobil. Kututup pintu mobil dengan pelan sambil menatap ke dalam cafe.Mataku membelalak melihat Rusly dan Ririn bergandengan tangan sangat mesra.[Kamu sudah di mana? Aku sudah lama menunggu kedatangan kalian! Awas ka
Aku dan Bu Aisyah pergi melangkah ke pos satpam. Ide Bu Aisyah sangat cemerlang."Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Pak Rio. Namanya jelas tertera di atas saku bajunya sebelah kanan."Maaf, aku mau merepotkan bapak."Tiba-tiba, Pak Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Jangan khawatir, Pak! Aku bisa memberikan uang tip asalkan kemauanku bapak turuti."'Gila! Kalau sempat dia minta ditemani tidur malam ini, bisa berabe urusannya ini.'Pak Rio kelihatan bingung dan cemas. Aku hanya melihat wajahnya yang sangat lucu dan imut."Maaf, aku tidak bisa menemanimu tidur malam ini. Aku sudah punya istri. Aku tidak mau memakai selimut tetangga menghangati tubuhku."Aku dan Bu Aisyah tertawa lepas. Benar dugaanku, Pak Rio orangnya sangat lucu. Raut wajahnya saja sangat imut dan lucu. Tiba-tiba, aku gemes dan ingin mencubit pipinya."Apa kamu bilang?!" sela Pak Wawan.Pak Wawan teman satu sechedule dengan Pak Rio."Nggak usah berbohong, Rio! Ntar hidung mancungmu panjang kalau berbohong."
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 34: DijebakDi sudut pojok cafe, Rusly dan Ririn sedang bermesraan. Ririn menyuap makanan ke mulut suaminya."Aku tidak mau kehilangan kamu, sayang.""Aku juga, sayang."Tiba-tiba, satpam menghampiri Rusly dan Ririn."Nggak usah kalian bermesraan di sini! Aku tahu kalian pasti ada niat jahat untuk menghancurkan cafe ini," ucap Pak Dodi.Ririn terkesima melihat wajah Pak Dodi yang ganteng. Terlintas dalam benaknya ingin merayu. Padahal, baru saja dia berkata sayang kepada suaminya."Maksudnya apa ini? Jangan menuduh yang tidak-tidak!" bela Rusly sambil mengunyah nasi goreng kampung di dalam mulutnya."Kalian pasti mau buat rusuh 'kan?!" tanya Pak Dodi.Rusly dan Ririn saling adu pandang. Matanya tidak melotot sama sekali."Cepat kalian pergi dari sini!"Di pos satpam, aku dan Bu Aisyah menyaksikan Pak Dodi, Ririn dan Rusly dari rekaman CCTV. 'Semoga rencanaku dan ibu mertuaku berhasil.'"Kenapa bapak mengusir aku dan istriku? Kami ini datang kema
"Nesya ...!""Ya."Aku datang menghampiri mantan suamiku dan gundiknya."Ka-kamu kenapa ada di sini?""Salah kalau aku di sini?" jawabku cuek.Aku melangkah menghampiri Rusly dengan gaya sombong dan angkuh. Kulipat kedua tanganku lalu kuletak sejajar dengan dada."Ng-nggak salah, sih. Cuma aneh dan heran saja.""Kenapa mesti heran?" celetuk Bu Aisyah.Rusly dan Ririn semakin pusing tujuh keliling alun-alun Utara, Yogyakarta.'Ada apa ini? Kenapa semuanya bisa terjadi?'Rusly heran dan tidak bisa menerka apa maksud dan tujuan yang telah terjadi."Bu Aisyah ...," sapa SoniaSonia maneger di cafe milik Bu Aisyah.Bu Aisyah mengedipkan matanya agar tidak membongkar siapa dirinya."Kamu kok bisa kenal sama ibuku? Coba jelaskan kenapa bisa?" seru Rusly kepada Sonia. Dia mendekatkan wajahnya ke muka Sonia. Jaraknya hanya sejengkal saja."Sayang, kamu kok tega mau mencium dia. Padahal aku masih ada di sini."Ririn terbakar api cemburu. Dia melerai perlakuan Rusly kepada Sonia."Pak Dodi! Cepa
"Sabar dulu! Nggak usah merah padam segala!"Bambang mengukir senyum smirk. Aku merasa jijik melihat raut wajahnya yang mengukir senyum meleceh."Cepat katakan!" paksaku kembali."Ok! Akan aku katakan. Namun, ada syarat yang harus kamu tepati sebelum aku membocorkan semua rahasia busuk Ririn dan Rusly."Bambang menarik kursi lalu dia duduk dengan gaya sombong. Kaki sebelah kanan dia angkat lalu diletak ke atas kaki kirinya."Kamu duduk dulu biar tenang sedikit!" perintahnya kepadaku.Aku hanya mengikuti perintahnya tanpa sepatah kata keluar dari bibirku.Suasana hening, tidak ada terdengar suara melainkan alunan musik menghibur ruangan. Sudah dua menit aku menunggu penjelasannya, tapi tidak ada sama sekali dia memulai percakapan."Namun, apa?! Kenapa kamu diam saja dan tidak mau melanjutkan pembicaraanmu?!""Nesya ... Nesya .... Aku rasa dengan sikapmu yang tidak sabaran itu, mungkin penyebab Rusly mencoba berpaling dari pelukanmu. So! Nggak usah terlalu memaksa kehendak apalagi kepad
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 35: Rencana Licik Bambang[Ada apa?] jawab Bambang setelah sambungan telepon terhubung.Aku mencoba mendengarkan percakapan Bambang dengan kawan bicaranya.[Kamu lagi di mana? Jangan coba-coba membocorkan rahasiaku kepada Nesya. Kalau sempat dia mengetahui semuanya, berarti kamu biang keroknya.][Kamu tenang saja! Asal kamu mau mengabulkan semua permintaanku. Rahasiaku akan kukunci rapat dan tidak bakalan bocor kepada siapa pun itu.]Bambang melirik ke arahku, aku pura-pura main game di ponsel milikku. Aku tidak mau dituduh menguping.[Berapa pun kamu pinta, akan aku kabulkan. Kamu perlu sabar dan jangan ceroboh.][Mau berapa lama aku akan bersabar menunggu? Kamu kira aku main-main. Kalau rahasiamu terbongkar, kamu bisa mendekam di balik jeruji besi.]Aku mencoba melangkah pergi ke toilet. Sebelum pergi, aku sudah merekam semua oercakapannya di ponselku. Gawaiku sengaja kutinggal agar ada barang bukti.[Pokoknya kamu harus gerak cepat dan tidak ke
"Enak saja mendapat informasi gratis. Kamu harus bayar dulu sekarang!""Kenapa mesti bayar duluan?! Kamu tidak percaya kepadaku?!"Aku mengeluarkan uang selembar warna merah. Sengaja menarik uang warna merah agar Bambang tergiur."Ya ... Ya .... Aku bakalan percaya kepada kamu."Bambang meneguk jus terong Belanda dengan sekali teguk. Dia tidak sadar kalau jusnya sudah habis."Aku haus lagi! Pesan minum lagi boleh tidak?" tanya Bambang dengan sedikit merayuku.Aku merasa risih dan ingin muntah. Kalau bukan informasi penting yang didapatkan, aku tidak mau meladeni dia."Silahkan saja! Sing penting kamu mau berkata jujur."Aku memanggil pelayan dengan kode melambaikan tangan. Tidak perlu waktu lama, pelayan cafe datang dengan sigap."Ada yang bisa saya bantu, Bu?" ucapnya sambil mengukir senyum."Pesan jus jeruk dua lagi."Aku terkejut mendengar pesanannya yang tidak biasa. Masa pesan jus dua gelas sekaligus."Masih ada lagi tambahannya, Pak?" tanya pelayan cafe. Namanya Rita jelas tertu
Aku semakin emosi melihat ulahnya yang sudah diluar batas. Kesabaranku sudah tidak bisa diajak kompromi."Apalagi, Pak?" tanya Rita."Kurang sempurna kalau aku belum menikahi wanita yang ada di depanku ini."Sendi dalam tubuhku rasanya mau ambruk. Aku sudah menduga pasti ada udang di balik batu. Ternyata benar adanya. Aku mengumpat kesal."Kalau itu saya tidak bisa mengabulkannya. Mohon maaf itu sudah di luar tugas dan tanggungjawab saya."Irma mengukir senyum sambil menatap ke arahku."Kalau tidak ada lagi, saya permisi. Soalnya masih banyak kerjaan yang harus saya lakukan."Rita pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dariku dan Bambang.Andai saja aku punya sayap, mungkin aku sudah terbang saat itu juga. Itu hanya mimpi belaka yang tidak dapat terjadi.Sudah lima menit aku diam dan menunggu informasi yang ingin aku dapat. Namun, Bambang tidak ada tanda-tanda mau cerita."Alhamdulillah, akhirnya aku masih bisa menikmati makanan ini. Aku sangat senang bisa makan enak ....""Banyak d