"Sabar dulu! Nggak usah merah padam segala!"Bambang mengukir senyum smirk. Aku merasa jijik melihat raut wajahnya yang mengukir senyum meleceh."Cepat katakan!" paksaku kembali."Ok! Akan aku katakan. Namun, ada syarat yang harus kamu tepati sebelum aku membocorkan semua rahasia busuk Ririn dan Rusly."Bambang menarik kursi lalu dia duduk dengan gaya sombong. Kaki sebelah kanan dia angkat lalu diletak ke atas kaki kirinya."Kamu duduk dulu biar tenang sedikit!" perintahnya kepadaku.Aku hanya mengikuti perintahnya tanpa sepatah kata keluar dari bibirku.Suasana hening, tidak ada terdengar suara melainkan alunan musik menghibur ruangan. Sudah dua menit aku menunggu penjelasannya, tapi tidak ada sama sekali dia memulai percakapan."Namun, apa?! Kenapa kamu diam saja dan tidak mau melanjutkan pembicaraanmu?!""Nesya ... Nesya .... Aku rasa dengan sikapmu yang tidak sabaran itu, mungkin penyebab Rusly mencoba berpaling dari pelukanmu. So! Nggak usah terlalu memaksa kehendak apalagi kepad
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 35: Rencana Licik Bambang[Ada apa?] jawab Bambang setelah sambungan telepon terhubung.Aku mencoba mendengarkan percakapan Bambang dengan kawan bicaranya.[Kamu lagi di mana? Jangan coba-coba membocorkan rahasiaku kepada Nesya. Kalau sempat dia mengetahui semuanya, berarti kamu biang keroknya.][Kamu tenang saja! Asal kamu mau mengabulkan semua permintaanku. Rahasiaku akan kukunci rapat dan tidak bakalan bocor kepada siapa pun itu.]Bambang melirik ke arahku, aku pura-pura main game di ponsel milikku. Aku tidak mau dituduh menguping.[Berapa pun kamu pinta, akan aku kabulkan. Kamu perlu sabar dan jangan ceroboh.][Mau berapa lama aku akan bersabar menunggu? Kamu kira aku main-main. Kalau rahasiamu terbongkar, kamu bisa mendekam di balik jeruji besi.]Aku mencoba melangkah pergi ke toilet. Sebelum pergi, aku sudah merekam semua oercakapannya di ponselku. Gawaiku sengaja kutinggal agar ada barang bukti.[Pokoknya kamu harus gerak cepat dan tidak ke
"Enak saja mendapat informasi gratis. Kamu harus bayar dulu sekarang!""Kenapa mesti bayar duluan?! Kamu tidak percaya kepadaku?!"Aku mengeluarkan uang selembar warna merah. Sengaja menarik uang warna merah agar Bambang tergiur."Ya ... Ya .... Aku bakalan percaya kepada kamu."Bambang meneguk jus terong Belanda dengan sekali teguk. Dia tidak sadar kalau jusnya sudah habis."Aku haus lagi! Pesan minum lagi boleh tidak?" tanya Bambang dengan sedikit merayuku.Aku merasa risih dan ingin muntah. Kalau bukan informasi penting yang didapatkan, aku tidak mau meladeni dia."Silahkan saja! Sing penting kamu mau berkata jujur."Aku memanggil pelayan dengan kode melambaikan tangan. Tidak perlu waktu lama, pelayan cafe datang dengan sigap."Ada yang bisa saya bantu, Bu?" ucapnya sambil mengukir senyum."Pesan jus jeruk dua lagi."Aku terkejut mendengar pesanannya yang tidak biasa. Masa pesan jus dua gelas sekaligus."Masih ada lagi tambahannya, Pak?" tanya pelayan cafe. Namanya Rita jelas tertu
Aku semakin emosi melihat ulahnya yang sudah diluar batas. Kesabaranku sudah tidak bisa diajak kompromi."Apalagi, Pak?" tanya Rita."Kurang sempurna kalau aku belum menikahi wanita yang ada di depanku ini."Sendi dalam tubuhku rasanya mau ambruk. Aku sudah menduga pasti ada udang di balik batu. Ternyata benar adanya. Aku mengumpat kesal."Kalau itu saya tidak bisa mengabulkannya. Mohon maaf itu sudah di luar tugas dan tanggungjawab saya."Irma mengukir senyum sambil menatap ke arahku."Kalau tidak ada lagi, saya permisi. Soalnya masih banyak kerjaan yang harus saya lakukan."Rita pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dariku dan Bambang.Andai saja aku punya sayap, mungkin aku sudah terbang saat itu juga. Itu hanya mimpi belaka yang tidak dapat terjadi.Sudah lima menit aku diam dan menunggu informasi yang ingin aku dapat. Namun, Bambang tidak ada tanda-tanda mau cerita."Alhamdulillah, akhirnya aku masih bisa menikmati makanan ini. Aku sangat senang bisa makan enak ....""Banyak d
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 36: Mengenang Masa Lalu"Aku sudah terlanjur kecewa kepada Ririn."Netranya mulai mengukir mendung. Sementara aku tidak mengerti apa maksud dan tujuannya."Maksudnya?" tanyaku. Aku memperjelas ucapannya."Menang aku yang menyuruh dia menikah sirih dengan suamimu. Aku tidak tahan hidup miskin.""Masa? Kalau nggak tahan hidup miskin, kenapa nggak kerja keras?"Aku mulai menggali informasi tentang problematika yang dihadapi Bambang."Aku sudah kerja keras, cuma aku difitnah sehingga dipecat dari perusahaan tempat aku bekerja.""Kamu kerja di mana emangnya? Masa langsung main pecat saja."Bambang mulai terisak pilu dan tergugu. Aku tidak tahu apakah ini akting atau benar-benar terjadi."Aku kerja di tempat Rusly bekerja. Kamu masih ingat kejadian dua tahun yang lalu?" tanyanya. Dia mendongak lalu membuka rambut dan kumis palsunya.Aku terkejut melihat wajah aslinya. Sekarang sudah terjawab semua teka-teki yang ada."Ja-jadi ... Ka-kamu itu Rinto dan
Ririn tidak melanjutkan pembicaraannya. Rinto mencoba menerka perkataan istrinya."Sepertinya kamu mengandung anak Rusly bukan?" cecar Rinto."Bu-bukan seperti itu maksud aku, sayang.""Ala! Nggak usah lagi kamu mengelak! Kamu memang kusuruh untuk merusak rumah tangganya, Rusly dan Nesya. Cuma, aku tidak ridho kalau kamu sampai berhubungan suami istri dengan Rusly."Rinto kini menyesal telah menyuruh istrinya mendekati Rusly. Sesal tua tiada berguna. Salivanya terasa pahit mengalahkan pahitnya juada."Aa-aku juga tidak mau mengandung anak Rusly. Aku cuma mau hartanya saja," celetuk Ririn."Sudahlah! Kamu memang tidak bisa menjaga amanah. Kamu tega mengkhianati cintaku. Sekarang kamu pilih Rusly atau aku?!" bentak Rinto dengan sorot mata tajam.Pagi hari yang cerah tidak seperti harinya Ririn. Baru saja mentari menyapa bumi, dia sudah disuguhkan perdebatan alot antara dirinya dan suaminya."Aku tidak mau meninggalkan kamu. Aku Mash cinta dan sayang kepada kamu, Bang!""Ala ...! Kamu c
Ririn sudah pasrah apapun itu nanti hasilnya. Dia pergi melangkah menuju kamar. Sesampainya di kamar tidur, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dia menatap langit-langin kamar tidur dengan sorot mata sendu.'Apakah malam itu Rusly mereguk mahkotaku?' tanya Ririn dalam hati.Semenjak dia mendekati Rusly. Dia sering pulang malam. Bahkan menginap di hotel atau penginapan.Sesal kini mendera dirinya. Namun, dia harus bangkit dan tidak boleh lemah. Sekali basah, harus basah sekalian. Dia bangkit dari atas ranjang ingin mencari ponsel miliknya. Dia mencari gawainya di atas nakas, di atas ranjang, tetap saja tidak ketemua.'Di mana ponselku?' titiknya sambil mengacak-acak rambutnya.Ririn melempar semua benda yang ada di atas nakas. Dia kelihatan seperti orang stres.'Tidak ... Aku tidak boleh menanggung beban sendirian. Masa enak-enaknya berdua sama Rusly. Menanggungnya cuma aku sendiri.'Ririn terus mengumpat dan tidak terima apa yang terjadi. Padahal, dia belum ada sama sekali memeri
"Jangan paksa aku berbuat kasar kepadamu, paham!"Rinto memasang wajah sangat seperti seekor singa siap menerkam mangsanya."Ii-iya."Ririn terpaksa mengikuti perintah suaminya. Walaupun sebenarnya dia tidak ikhlas dan ridho.Tidak berapa lama, suasana hening di ruang tamu. Rinto tidak ada sama sekali bersuara, tapi dia sibuk membuka tas kresek yang dia bawa.'Jangan bilang kalau kamu mau ngasih test pack kepadaku?' ucap Ririn dalam hati."Besok jangan lupa pakai ini!"Rinto menyodorkan test pack kepada istrinya."Perlu kamu ingat! Satu hari ini kamu tidak boleh keluar rumah.""Ke-kenapa kamu berubah kasar seperti ini?" tanya Ririn terbata."Itu semua karena ulahmu!"Rinto semakin kesal melihat ulah istrinya. Sebenarnya dia dari tadi masih bisa menahan emosi. Kalau sekarang sudah tidak bisa. Batas kesabarannya sudah habis."Aku seperti ini karena suruhanmu 'kan? Kenapa sekarang aku yang disalahkan?!" gerutu Ririn. Dia tidak terima kalau dirinya sumber masalah dalam rumah tangganya."K