Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 36: Mengenang Masa Lalu"Aku sudah terlanjur kecewa kepada Ririn."Netranya mulai mengukir mendung. Sementara aku tidak mengerti apa maksud dan tujuannya."Maksudnya?" tanyaku. Aku memperjelas ucapannya."Menang aku yang menyuruh dia menikah sirih dengan suamimu. Aku tidak tahan hidup miskin.""Masa? Kalau nggak tahan hidup miskin, kenapa nggak kerja keras?"Aku mulai menggali informasi tentang problematika yang dihadapi Bambang."Aku sudah kerja keras, cuma aku difitnah sehingga dipecat dari perusahaan tempat aku bekerja.""Kamu kerja di mana emangnya? Masa langsung main pecat saja."Bambang mulai terisak pilu dan tergugu. Aku tidak tahu apakah ini akting atau benar-benar terjadi."Aku kerja di tempat Rusly bekerja. Kamu masih ingat kejadian dua tahun yang lalu?" tanyanya. Dia mendongak lalu membuka rambut dan kumis palsunya.Aku terkejut melihat wajah aslinya. Sekarang sudah terjawab semua teka-teki yang ada."Ja-jadi ... Ka-kamu itu Rinto dan
Ririn tidak melanjutkan pembicaraannya. Rinto mencoba menerka perkataan istrinya."Sepertinya kamu mengandung anak Rusly bukan?" cecar Rinto."Bu-bukan seperti itu maksud aku, sayang.""Ala! Nggak usah lagi kamu mengelak! Kamu memang kusuruh untuk merusak rumah tangganya, Rusly dan Nesya. Cuma, aku tidak ridho kalau kamu sampai berhubungan suami istri dengan Rusly."Rinto kini menyesal telah menyuruh istrinya mendekati Rusly. Sesal tua tiada berguna. Salivanya terasa pahit mengalahkan pahitnya juada."Aa-aku juga tidak mau mengandung anak Rusly. Aku cuma mau hartanya saja," celetuk Ririn."Sudahlah! Kamu memang tidak bisa menjaga amanah. Kamu tega mengkhianati cintaku. Sekarang kamu pilih Rusly atau aku?!" bentak Rinto dengan sorot mata tajam.Pagi hari yang cerah tidak seperti harinya Ririn. Baru saja mentari menyapa bumi, dia sudah disuguhkan perdebatan alot antara dirinya dan suaminya."Aku tidak mau meninggalkan kamu. Aku Mash cinta dan sayang kepada kamu, Bang!""Ala ...! Kamu c
Ririn sudah pasrah apapun itu nanti hasilnya. Dia pergi melangkah menuju kamar. Sesampainya di kamar tidur, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dia menatap langit-langin kamar tidur dengan sorot mata sendu.'Apakah malam itu Rusly mereguk mahkotaku?' tanya Ririn dalam hati.Semenjak dia mendekati Rusly. Dia sering pulang malam. Bahkan menginap di hotel atau penginapan.Sesal kini mendera dirinya. Namun, dia harus bangkit dan tidak boleh lemah. Sekali basah, harus basah sekalian. Dia bangkit dari atas ranjang ingin mencari ponsel miliknya. Dia mencari gawainya di atas nakas, di atas ranjang, tetap saja tidak ketemua.'Di mana ponselku?' titiknya sambil mengacak-acak rambutnya.Ririn melempar semua benda yang ada di atas nakas. Dia kelihatan seperti orang stres.'Tidak ... Aku tidak boleh menanggung beban sendirian. Masa enak-enaknya berdua sama Rusly. Menanggungnya cuma aku sendiri.'Ririn terus mengumpat dan tidak terima apa yang terjadi. Padahal, dia belum ada sama sekali memeri
"Jangan paksa aku berbuat kasar kepadamu, paham!"Rinto memasang wajah sangat seperti seekor singa siap menerkam mangsanya."Ii-iya."Ririn terpaksa mengikuti perintah suaminya. Walaupun sebenarnya dia tidak ikhlas dan ridho.Tidak berapa lama, suasana hening di ruang tamu. Rinto tidak ada sama sekali bersuara, tapi dia sibuk membuka tas kresek yang dia bawa.'Jangan bilang kalau kamu mau ngasih test pack kepadaku?' ucap Ririn dalam hati."Besok jangan lupa pakai ini!"Rinto menyodorkan test pack kepada istrinya."Perlu kamu ingat! Satu hari ini kamu tidak boleh keluar rumah.""Ke-kenapa kamu berubah kasar seperti ini?" tanya Ririn terbata."Itu semua karena ulahmu!"Rinto semakin kesal melihat ulah istrinya. Sebenarnya dia dari tadi masih bisa menahan emosi. Kalau sekarang sudah tidak bisa. Batas kesabarannya sudah habis."Aku seperti ini karena suruhanmu 'kan? Kenapa sekarang aku yang disalahkan?!" gerutu Ririn. Dia tidak terima kalau dirinya sumber masalah dalam rumah tangganya."K
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 37: Ternyata Kamu Biang Keroknya'Untung saja ada telepon rumah di dalam kamar. Kalau tidak, aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa.'Ririn berjalan menuju nakas. Di sana ada telepon rumah. Di dalam pikirannya terbesit sebuah ide kotor untuk menggagalkan rencana suaminya. Dia tidak mau kalau Rinto menuduhnya yang tidak-tidak. Walaupun asal muasalnya suaminya yang menyuruh."Hallo ... Assalamualaikum,] ucap Ririn dengan mesranya setelah sambungan telepon terhubung.[Ya. Maaf dengan siapa?] jawab Rusly dengan sedikit sibuk. Kerjaan kantornya masih menumpuk untuk membuat laporan bahan meeting besok pagi ke luar kota.Meeting kali ini Rusly sempat lupa karena terlalu sibuk akhir-akhir ini dengan Ririn.[Masa kamu nggak bisa menebak siapa pemilik suara ini?]Ririn merasa kesal dan mengukir raut wajah cemberut. Dia menggigit ujung jari telunjuknya.[Maaf aku nggak bisa menebak. Pekerjaanku masih banyak.]Rusly sambil memeriksa lembar demi lembar p
"Ibu."Aku beranjak dari tempat duduk lalu menyalam punggung tangannya dengan takjim."Ibu kok lama sekali. Kalau boleh tahu, ada urusan apa?" tanyaku sambil menarik kursi lalu mempersilahkan ibu mertuaku duduk Rinto masih menunduk, dia tidak berani memandang wajah Bu Aisyah."Adalah ... Itu rahasia."Bu Aisyah menatap ke arah Rinto."Kamu Bambang 'kan?" tanya Bu Aisyah. Dia menyentuh bahunya.Rinto terkejut dan spontan mendongak."Sa-saya."Tidak tahu kenapa Rinto berkata seperti itu."Dia bukan Bambang, Bu. Namanya Rinto. Dia pernah bekerja di tempat Rusly bekerja.""Wait!"Bu Aisyah memotong perkataanku. Dia memenangkan duduk lalu menatap ke arah Rinto. Namun, Rinto tetap menunduk dan tidak berani menatap kedua bola mata Bu Aisyah."Kenapa, Bu?" tanyaku penasaran."Sepertinya aku pernah mendengar nama ini. Kalau nggak salah karyawan yang sempat dipecat dari perusahaan milik kamu 'kan, Nesya?!" tanya Bu Aisyah.Padahal, aku sudah menyembunyikan identitasku dari Rinto. Tidak tahu ke
Rinto tidak melanjutkan perkataannya. Tenggorokannya rasanya tercekat dan sangat sukar untuk bicara. Dia tidak mau kalau Bu Aisyah merah padam kepada dirinya."Kamu kalau bicara jangan separoh-separoh! Jangan buat aku mati penasaran!"Bu Aisyah mulai panik dan jiwa penasarannya semakin meronta. Dadanya terasa sesak karena di rundu penasaran."Ririn itu ternyata istrinya, Bu. Dia sakit hati dipecat dari tempat kerjanya. Terus dia menyuruh Ririn merusak rumah tanggaku dengan Rusly dengan cara mendekati mantan suamiku."Satu tamparan melayang ke pipinya, Rinto. Dia meringis kesakitan. Orang tua mana yang tidak sakit hati mendengar sebuah pengakuan yang sangat menjijikkan."Hentikan, Bu! Jangan pukul dia!"Bu Aisyah melirik ke arahku dengan tatapan tajam."Kenapa kamu membela dia! Pria ini biang kerok yang sudah merusak rumah tanggamu. Kenapa malah membalasnya?!" amuk Bu Aisyah."Bu-bukan begitu, Bu! Maksud aku tolong berhenti kalau sudah lelah menghajarnya."Mata Rinto membelalak. Dia me
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 38: Kehadiran Rinto"Tumben ibu memanggil aku da Ririn kemari, Bu?" tanya Rusly.Rusly heran kenapa ibunya mengundang dia dan Ririn malam ini di sebuah resto terkenal di salah satu kota."Aku mau memberikan berita bagus kepada kalian berdua.""Berita apa? Bukannya ibu sudah membenciku dan Ririn?" selidik Rusly dengan sorot mata melirik ke arahku.Aku pura-pura mengotak-atik ponsel milikku. Biarkan saja Bu Aisyah menyelesaikan masalah yang diberikan Rusly."Tidak ada istilah seorang ibu dendam kepada anaknya. Walaupun si anak sudah berkhianat dan telah melukai hatinya."Bu Aisyah bicara dengan tenang, padahal di dalam hatinya, dia sangat kesal dan ingin mencabik-cabik wajahnya Ririn."Serius, Bu?!" tanya Rusly meyakinkan perkataan ibunya."Ya."Rusly merasa heran. Dia tidak menyangka ibunya baik kepada dirinya."Permisi ... Rendang sapi, Mie Aceh, Soto Medan, Nasi goreng kampung, jus terong Belanda, jus jeruk, jus sawi nenas, jus alpukat, kentang