“Itu, saya tidak bisa memberitahu Anda.” “Kenapa? Kenapa tidak bisa?” “Maaf, Bu. Saya benar-benar tidak bisa memberitahu.” Bintang mengingat ucapan pengasuh Emily. Dia pun penasaran, kenapa wanita itu tak mau menyebut nama ayah Emily. Apalagi saat Bintang bertanya ke Emily langsung, gadis kecil itu hanya menatapnya dengan rasa takut, membuat Bintang memutuskan untuk pergi. Kini Bintang pergi ke perusahaan menemui Aruna untuk menanyakan langsung. Dia benar-benar merasa jika ada sesuatu yang tidak beres. “Mom.” Aruna terkejut melihat kedatangan ibunya. Dia pun berdiri untuk menyambut wanita itu. Bintang tak langsung membalas sapaan Aruna. Dia merasa jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh Aruna. “Mom, apa ada masalah?” tanya Aruna karena melihat sang mommy yang terlihat sedang kesal. “Apa ada yang kamu sembunyikan dari mommy, Run?” tanya Bintang sambil menatap Aruna tanpa senyum. Aruna terkejut mendengar pertanyaan Bintang. Jika diminta menjawab, pasti banyak hal yang dia semb
Saat ketegangan terjadi di ruangan itu. Pintu ruangan Aruna kembali terbuka, membuat semua orang menoleh ke pintu. Bintang sangat syok saat melihat Ansel datang. Dia sampai menoleh Aruna lantas ke Ansel secara bergantian. “Apa yang kamu lakukan di sini?” Bintang langsung emosi melihat Ansel. Ansel menatap semua orang yang ada di ruangan itu, hingga berakhir menatap Aruna yang terlihat takut. Dia tak langsung membalas pertanyaan Bintang. Ansel memilih mendekat ke Aruna sebelum menjelaskan. “Ada apa sebenarnya ini, hah?” tanya Bintang benar-benar tak bisa mengendalikan emosinya. Aruna menatap Ansel, ketakutannya semakin menjadi-jadi saat melihat Bintang yang sudah marah. “Bin, kita duduk dulu dan bicarakan masalah yang terjadi dengan tenang,” ucap Langit mencoba menenangkan. “Bagaimana bisa aku tenang melihat pria itu di sini?” Bintang membalas ucapan Langit dengan sebuah bentakkan sambil menunjuk ke Ansel. Langit tak bisa mengatasi Bintang jika kondisi sang istri sudah seperti
“Kalau kamu masih sayang sama mommy, tinggalkan dia. Mommy tidak mau kamu berhubungan lagi dengannya!” Begitu sadar, Bintang langsung membahas soal hubungan Aruna dan Ansel, padahal Sashi sudah memberi pesan agar Aruna tak membahas hal itu lebih dulu, tapi karena Bintang yang memulai, tampaknya mau tak mau Aruna harus bicara. Aruna sangat syok mendengar ucapan Bintang. Dia benar-benar tidak tahu, kenapa Bintang harus sekeras kepala ini. “Tapi bagaimana kalau aku tak bisa? Meski aku menyayangi Mommy, tapi aku juga menyayangi Ansel. Apa Mommy tidak bisa memikirkan perasaanku?” Aruna tak terima dengan ucapan Bintang. “Runa, tenang dulu.” Sashi mencoba menenangkan sang adik agar masalah yang terjadi tak semakin runyam. “Bagaimana bisa kamu ingin hidup dengan pria yang bahkan tak mau mengerti perasaanmu? Jika kamu tidak mau meninggalkannya, jangan anggap aku mommymu lagi!” ancam Bintang. “Mom! “Bin!” Sashi dan Langit berteriak bersamaan mendengar ucapan Bintang. “Kalau Mommy tidak
Ansel berada di luar kamar inap Bintang. Dia memang tidak diperbolehkan masuk karena takut jika semakin membuat kondisi Bintang memburuk.Ansel mendengar suara perdebatan di dalam. Dia mendengar suara isakan Aruna, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ansel sendiri merasa bersalah karena tak bisa menemani Aruna yang sedang mempertahankan hubungan mereka.Hingga beberapa saat kemudian, pintu kamar inap terbuka. Aruna keluar bersama Sashi, terlihat jelas wajah Aruna yang merah karena baru saja menangis.Ansel menatap nanar ke Aruna yang terlihat sedih.“Kondisi Mommy sedang tidak stabil. Lebih baik kalian menunggu sampai Mommy benar-benar tenang,” ujar Sashi.Sashi sengaja mengajak keluar Aruna agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.“Aku akan memantau kondisi Mommy. Nanti akan kukabari jika ada perkembangan,” ucap Sashi lagi lantas menatap Ansel.Tatapan Sashi seperti meminta agar Ansel membawa Aruna supaya lebih tenang.Ansel mengulurkan tangan untuk mengajak Aruna pergi menenangkan d
“Minumlah dulu,” ucap Ansel sambil memberikan sebotol air untuk Aruna. Aruna tak mau pergi dari rumah sakit, hingga akhirnya Ansel mengajak Aruna di taman yang ada di samping gedung rumah sakit. “Terima kasih,” ucap Aruna sambil menerima botol minum dari Ansel, lantas menenggak perlahan. Ansel sendiri tidak tega melihat Aruna yang seperti ini. Terlihat sedih, kosong, juga seperti putus asa. “Semua akan baik-baik saja, seperti yang kamu katakan kepadaku dulu,” ucap Ansel sambil menggenggam telapak tangan Aruna. Aruna diam memandang botol air mineral itu. Dia menyesal berdebat dengan Bintang, tapi juga kesal karena Bintang tak mau memahami perasaannya. “Aku tidak tahu lagi cara meyakinkan Mommy,” ucap Aruna setelah minum. “Mommymu sedang dalam kondisi syok, karena itu tak bisa diajak bicara dengan baik. Mungkin kita harus lebih bersabar lagi, takutnya jika terlalu memaksa, akan semakin membuat kondisi kesehatannya buruk,” balas Ansel agar Aruna tidak sedih. Aruna diam karena fru
“Papi, Oma Bintang marah, ya?” Emily sedang bersama Ansel di kamar. Gadis kecil itu pergi ke kamar ayahnya karena cemas dan takut dengan sikap Bintang siang tadi. Ansel menatap Emily yang sedang sedih. Dia pun berusaha tersenyum agar Emily tidak semakin merasa terbebani. “Papi juga belum tahu, tapi yang jelas Oma Bintang sedang sakit sekarang. Emi jangan merasa bersalah karena ini bukan salah Emi,” ucap Ansel menjelaskan. “Iya, tapi karena aku tidak jawab, Oma Bintang jadi pergi begitu saja. Bahkan wajah Oma Bintang seperti saat Papi atau Oma marah,” balas Emily yang benar-benar memperhatikan bagaimana ekspresi wajah Bintang. Ansel mengangkat tubuh Emily lantas mendudukkan di pangkuannya. “Sudah, Emi jangan terlalu memikirkan itu,” ucap Ansel mencoba menenangkan, meski dirinya sendiri pun gelisah dengan nasib hubungan antara dirinya dan Aruna. Emily memeluk Ansel, lantas berkata, “Semoga Oma Bintang tidak marah, biar Kakak Cantik bisa jadi mamiku.” Ansel hanya bisa mengamini s
“Kamu sudah menemui Mommy lagi?” tanya Ansel saat siang itu menemui Aruna. Aruna menggelengkan kepala, lantas mengguyar kasar rambut ke belakang. “Mommy tidak mau menemuiku. Jadi percuma jika aku ke sana,” ucap Aruna terlihat sangat sedih. Aruna mengaduk-aduk makanannya tanpa menyantap karena tak berselera memikirkan Bintang yang tak merestui hubungannya dengan Ansel. Ansel pun tidak bisa melihat Aruna seperti ini. Dia benar-benar merasa bersalah karena sudah membuat Aruna bertengkar dengan Bintang. “Maaf, jika bukan karenaku, kamu dan mommymu tidak akan bertengkar,” ujar Ansel penuh penyesalan. Aruna langsung memandang Ansel saat mendengar ucapan pria itu. “Aku tidak bisa melihatmu sedih seperti ini, Runa. Jika bersamaku membuatmu sedih, lebih baik--” Apa yang ingin dikatakan Ansel terjeda karena dipotong cepat oleh Aruna. “Apa? Kamu mau bilang apa? Lebih baik kita berpisah, begitu? Jadi usahaku meyakinkan diriku sendiri untuk kembali menerimamu itu salah!” Aruna langsung meng
“Papi, sepertinya Oma Bintang benar-benar marah kepadaku,” ucap Emily mengadu karena tak mendapat balasan dari Bintang. Ansel baru saja menginjakkan kaki di rumah saat mendengar aduan putrinya itu. Dia pun bingung dengan maksud ucapan Emily. “Kenapa Emi bilang begitu? Berprasangka buruk ke orang itu tidak boleh,” ucap Ansel menasihati. Emily malah memanyunkan bibir mendengar ucapan Ansel, hingga ayahnya itu akhirnya menggendong lantas mengajaknya ke ruang keluarga. “Coba sini cerita, memangnya apa alasan Emi bilang begitu?” tanya Ansel memastikan meski yakin jika Bintang membenci Emily karena tak menyukai dirinya. Emily memandang Ansel sambil memainkan jemari, lantas menjawab, “Tadi itu, aku minta Bibi buat antar ke rumah sakit. Terus aku ketemu Opa Langit yang ngajak buat jenguk Oma Bintang, tapi aku ga mau. Aku takut kalau Oma Bintang marah terus tambah sakit.” Ansel pun sangat terkejut mendengar ucapan Emily. Dia tidak menyangka jika Emily pergi untuk menemui Bintang. “Kamu