Maaf yaaa updatenya telat sekali🙏🙏
Darren tiba di kediaman Toni dan langsung masuk ke rumah, pria itu memaksakan senyum saat berhadapan dengan Tania.Padahal kebenciannya sangat membumbung tinggi saat mengingat obrolan Tania dengan Raka di telepon kemarin malam. Namun, Darren belum ingin masuk ke permainan inti, dia masih ingin membuka dengan sesuatu yang manis."Makasih, ya, Mas. Aku kira kamu nggak akan pulang, aku sudah khawatir akan merayakan ulang tahun sendirian," kata Tania."Aku sudah berjanji, Tan. Tentu aku akan menepatinya," sahut Darren.Tania memeluk tubuh kekar itu, menyandarkan kepala pada dada bidang Darren. Ia sangat senang, dengan begini dia bisa mendengar detak jantung Darren.Namun, tidak dengan Darren. Pria itu malah semakin geram, tetapi belum mau gegabah."Aku nggak sabar ingin periksa kandungan dan mendengarkan detak jantung anak kita, Mas. Pasti rasanya bahagia sekali, kita sudah menunggunya sejak lama 'kan? Pasti anak kita juga tidak sabar untuk segera lahir ke dunia," bisik Tania yang hanya d
"Maafkan aku, Sayang," rintih Tania seraya berusaha menyentuh tangan Darren, tetapi pria itu segera menarik tangannya."Aku sudah tidak sudi mendengar panggilan menjijikkan itu lagi. Kau juga memanggil Raka dengan panggilan itu, dan aku tidak mau kau menyamakanku dengan selingkuhanmu!" Darren menunjuk tepat di depan wajah Tania, membuat wanita itu semakin merasa sesak.Tania menggeleng dengan bibir bergetar lantaran isak tangis yang terdengar semakin menyayat. Hatinya perih sekali, tidak menyangka semua akan berakhir seperti ini.Darren mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya, kemudian menyerahkan kepada Tania."Lihat! Aku sudah melakukan tes DNA janinmu, dan hasilnya cocok dengan DNA Raka," bisik Darren.Tania menerima amplop itu, tangannya gemetar membuka amplop berwarna putih berlogo sebuah rumah sakit.Pandangannya semakin kabur saat membaca tulisan di kertas itu, kenyataan ini begitu menyentak relung hatinya."Kamu mau mengelak seperti apa lagi, Tania? Semua bukti sudah ada,
Bidan Eva datang dan langsung memeriksa Tania, wanita itu baik-baik saja dan tidak ada masalah dengan janinnya. Membuat Darren geram karena ia merasa dibohongi."Pikirkan sekali lagi, Nak. Wanita yang hamil tidak boleh dicerai, haram hukumnya. Apa kamu mau mendapatkan azab? Setidaknya tunggu dulu sampai bayinya lahir," ucap Mella.Darren mengurungkan niatnya memarahi Tania, ia kembali fokus pada wanita paruh baya itu.Mella menatapnya tajam, tetapi tidak membuatnya gentar. "Itu kalau Tania hamil anakku, Bu. Tapi dia hamil anaknya Raka, dan aku yakin ibu tahu masalah ini," sahut Darren."Apa ...?!" teriak Toni yang baru saja masuk kamar Tania.Toni baru saja pulang dari rumah rekannya, melihat Bidan Eva keluar dari kamar Tania tentu membuatnya khawatir. Namun, tak menyangka kalau ia malah mendengar kabar mengejutkan ini.Mella meneguk salivanya dengan susah, demikian juga Tania yang langsung bangkit. Matanya membelalak, pandangannya dipenuhi ketakutan melihat Toni berjalan mendekati D
"Pasti Raka suka sama hadiah yang ku bawa," gumam Nadia, wanita cantik berusia 22 tahun pemilik iris coklat itu tengah membawa kue di tangan kanannya dan sebuah paper bag berwarna biru di tangan kirinya.Kaki jenjangnya berhenti di depan apartemen Raka, ia hendak memberikan kejutan karena hari ini ulang tahun sang calon suami.Nadia menempelkan kartu akses khusus, ia mendapatkannya dari Raka. Bola matanya mengedar saat baru saja membuka pintu unit. Senyumnya semakin lebar saat mendapati kamar ini sepi."Aku akan bersembunyi di lemari."Lemari berukuran besar itu muat oleh tubuhnya, dari sini ia bisa mengawasi situasi di luar lewat celah kecil."Semoga Raka nggak lama, aku takut kuenya leleh," bisik Nadia.Tidak seberapa lama kemudian ia mendengar suara pintu terbuka, senyum di bibirnya semakin merekah saat menduga pasti itu kekasihnya.Namun, keningnya tiba-tiba mengerut saat mendengar sayup-sayup suara wanita. "Aah ... kakiku lemas, Sayang."Deg! Nadia terhenyak kaget.'Aku tidak as
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Nadia, membuat wajah gadis itu terbuang ke samping. Namun, setitik air matapun tidak luruh dari netranya. Sakit hatinya lebih besar dari pada tamparan panas yang dilayangkan ibu tirinya."Jaga bicaramu, Nadia! Anakku sudah menikah, suaminya kaya raya dan pengertian. Tidak mungkin anakku selingkuh," desis Mella.Nadia menatap dua bola mata yang melotot ke arahnya, sesekali ia akan melirik ke arah sang ayah yang tampak tidak peduli.Sungguh! Sakit hatinya kian bertambah lantaran Toni yang memilih acuh. Padahal ia putri kandungnya dan Tania bukan, seharusnya ia lah yang dibela."Aku tidak mau mendengar omong kosong lagi, Nadia. Sudah cukup drama dan fitnah yang kau buat." Mella menjeda ucapannya sejenak, berusaha menormalkan deru napasnya. "Atau jangan-jangan ... ini semua hanya bualanmu? Kau punya kekasih lain dan ingin menikah dengannya, makanya kau memfitnah Raka dan anakku?!"Nadia menggeleng. "Untuk apa aku melakukannya, Bu. Aku bukan tukang fi
Nadia berjalan cepat tanpa menoleh ke belakang, padahal ia tidak tahu mau pergi ke mana. Ia ingin menyewa kos, meskipun belum tahu seluk beluk daerah sini.Hingga netranya tertuju pada banner yang menginformasikan tentang kos putri, bibirnya tersenyum lebar dan langsung mengikuti arah panah yang ditunjukkan banner tersebut.Langkah kakinya menuju gang kecil, tetapi senyum lebar di bibirnya langsung sirna saat mendapati segerombolan pemuda mabuk menghadang jalan. Nyalinya menciut, Nadia langsung berbalik hendak pergi, tetapi kehadirannya sudah diketahui oleh pemuda-pemuda itu dan dirinya pun dikejar."Mau ke mana, cantik? Kenapa nggak jadi lewat?" tanya salah satu pemuda sambil mencengkram lengan Nadia.Gadis itu berusaha melepaskan cengkeraman, tetapi tenaganya kalah."Lebih baik kamu bersenang-senang dulu sama kami, jangan langsung pergi," bisik pemuda itu, aroma alkohol menyeruak dan langsung menusuk hidung."Lepaskan saya," kata Nadia yang langsung membuat pemuda itu tergelak.Bebe
"Nad, kayaknya kita perlu menjalin kesepakatan," kata Darren saat melihat Nadia baru saja selesai mencuci piring."Kesepakatan apa, Kak?""Kita 'kan sama-sama dikhianati, bagaimana kalau kita bekerja sama untuk balas dendam?"Hening! Nadia tidak langsung menyahut, raut wajahnya tampak kebingungan."Ya ... aku tahu balas dendam itu nggak baik, dan semua perbuatan pasti ada karmanya. Tapi mereka sudah jahat sama kita, Nad. Kalau kita diam saja, itu sama saja kita mempersilakan mereka untuk semakin menjajah hati kita. Kita harus punya prinsip Kalau tidak ada siapapun yang bisa mempermainkan kita, apalagi sampai selingkuh seperti itu," jelas Darren.Nadia sebenarnya juga ingin melakukan hal yang sama. Dia benci sekali kepada Raka, Tania dan juga ibu tirinya. "Tapi bagaimana caranya, Kak?""Aku sudah memikirkan caranya semalam," jawab Darren. "Sekarang kamu kirimkan video itu ke nomorku."Nadia mengangguk dan lekas mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Darren, pria itu mengulas senyum l
Tania mengunci dirinya di kamar dan tidak keluar sampai pagi, dia sangat takut Darren melihat video itu dan mengenali bentuk tubuhnya.Tok! Tok! Tok!"Tan, buka pintunya. Ini aku." Kedua mata cantik itu langsung membelalak lebar saat mendengar suara Darren di depan pintu. Jam masih menunjukkan pukul empat, sejak tadi dia tidak mendengar suara apa-apa."Duh, Mas Darren tahu-tahu ada di depan, mana aku belum siap-siap," gumamnya panik. "Semoga dia nggak sadar sama mata panda ku."Wanita itu membuka pintu dengan perlahan, senyumnya merekah guna menutupi kegelisahan hatinya."Kamu baru bangun?" tanya Darren yang langsung diangguki oleh Tania. "Ayo masuk, Mas."Darren sekuat mungkin menahan agar tangannya tidak menampar Tania, meskipun j1j1k sekali rasanya saat mengingat kelakuan istrinya dengan Raka."Tan, kamu sudah lihat 'kan tentang video yang beredar di media sosial itu. Aku nggak nyangka Raka bisa kayak gitu, untung Nadia pergi dan nggak jadi nikah," ujar Darren seraya mendudukkan