Share

Menjalin Kesepakatan

"Nad, kayaknya kita perlu menjalin kesepakatan," kata Darren saat melihat Nadia baru saja selesai mencuci piring.

"Kesepakatan apa, Kak?"

"Kita 'kan sama-sama dikhianati, bagaimana kalau kita bekerja sama untuk balas dendam?"

Hening! Nadia tidak langsung menyahut, raut wajahnya tampak kebingungan.

"Ya ... aku tahu balas dendam itu nggak baik, dan semua perbuatan pasti ada karmanya. Tapi mereka sudah jahat sama kita, Nad. Kalau kita diam saja, itu sama saja kita mempersilakan mereka untuk semakin menjajah hati kita. Kita harus punya prinsip Kalau tidak ada siapapun yang bisa mempermainkan kita, apalagi sampai selingkuh seperti itu," jelas Darren.

Nadia sebenarnya juga ingin melakukan hal yang sama. Dia benci sekali kepada Raka, Tania dan juga ibu tirinya.

"Tapi bagaimana caranya, Kak?"

"Aku sudah memikirkan caranya semalam," jawab Darren. "Sekarang kamu kirimkan video itu ke nomorku."

Nadia mengangguk dan lekas mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Darren, pria itu mengulas senyum lebar saat video tidak senonoh itu sudah masuk ke ponselnya.

"Untuk rencana selanjutnya aku akan mengabari. Sekarang, lebih baik kamu bereskan barang-barangmu dan pindah ke unitku yang satunya. Nanti siang aku antar ke butik buat ketemu temanku," ucap Darren.

"Baik, Kak." Nadia beranjak menuju kamarnya semalam dan segera mengambil semua barang-barangnya.

Darren turut mengantarkan Nadia karena unit itu terletak berbeda lantai dengan unit utamanya. Setelah semuanya beres, Darren segera membuka pesan dari Tania yang sengaja ia abaikan sejak semalam.

[Aku hamil, Mas.] tulis Tania seraya menyertakan foto sebuah tespek bergaris dua.

Pria itu menyeringai, detik selanjutnya dia menekan ikon berbentuk telepon dan menunggu beberapa saat hingga panggilannya tersambung.

"Halo, Sayang. Tumben kamu telepon pagi-pagi. Memangnya nggak kerja?" ucap Tania di seberang sana.

"Aku mau minta maaf karena semalam sudah tidur, jadi nggak bisa balas pesanmu. Oh, iya ... hari ini aku pulang, Tan. Sekalian membahas foto yang kamu kirim semalam," kata Darren.

"Iya, Mas. Aku hamil, akhirnya penantian kita selama tiga tahun berbuah manis. Kita akan segera punya anak."

Darren hanya mampu tersenyum kecut mendengar ucapan istrinya. Entahlah, dia jadi ragu anak siapa yang dikandung oleh Tania.

"Ya, aku juga senang." Darren membuka pintu unit apartemennya, kemudian mendudukkan diri di sofa ruang tamu. "Jaga baik-baik kandunganmu, setelah acara pernikahan Nadia kita akan periksa ke dokter."

Terdengar helaan napas kasar dari seberang telepon. "Nadia kabur, Mas. Dia kayaknya keluar dari jendela, ayah lihat jendela kamarnya nggak kekunci."

"Hah? Kabur? Bagaimana bisa?" tanya Darren yang pura-pura terkejut.

"Aku juga nggak tahu, Mas. Anak itu emang suka bikin malu keluarga. Pernikahan tinggal besok, tapi dia malah kabur. Kasihan banget ibu sama ayah. Nggak tahu, deh, besok mau jelasin apa ke keluarganya Raka," kata Tania.

Darren kembali mengulas seringai senyum. "Aku akan bantu cari, semoga koneksiku bisa menemukan Nadia."

"Kamu memang bisa diandalkan, Mas. Ya sudah kalau begitu, aku mau menenangkan ibu yang dari tadi nangis terus gara-gara si anak nggak tahu diri itu!" ketus Tania.

Darren Langsung mematikan sambungan telepon tanpa menjawab sepatah kata pun. Tangan kirinya terkepal erat mendengar Tania menjelek-jelekkan Nadia.

'Padahal Nadia kabur juga karena melihat kelakuan bejatmu dan Raka, Tan,' batinnya seolah tidak terima.

Pria itu menghela nafas kasar, kemudian bergumam lirih, "aku akan mengembalikan nama baikmu, Nad."

***

Di rumah Toni tengah terjadi kericuhan karena Mella yang terus marah-marah dari tadi, keduanya sudah mencari Nadia ke seluruh sudut rumah dan hasilnya nihil.

Degup jantung keduanya berpacu kian cepat, besok sudah waktunya akad, tetapi Nadia hilang bak ditelan bumi.

"Anak itu bisanya bikin kekacauan, Yah. Sudah minggat, nomornya nggak aktif pula. Seharusnya kalau nggak mau dinikahkan, ya, bilang dari awal. Bukan setuju-setuju saja, tapi akhirnya malah begini," cerocos Mella dengan napas tersengal.

"Lagi pula dia 'kan pacaran sama Raka sudah lama, sudah mengenal keluarga Raka juga. Apa nggak malu kita besok?! Benar, ibunya Raka memang baik, tapi kalau mereka sampai kecewa dan kita nggak jadi dapat modal bikin toko dari Raka gimana?" Mella menggoyangkan tangan Toni guna meluapkan kekesalan.

Mella dan Raka sudah sepakat, bahwa setelah menikah menantunya itu akan memberikan uang besar untuk modal toko sembako.

"Kamu takut Nadia kenapa-napa atau takut uangnya nggak jadi dikasih, sih, Bu?" tanya Toni yang sontak membuat Mella gelagapan.

Ia terlalu kalut, sehingga tidak dapat mengontrol ucapannya.

"Aku takut nadia, lah, Yah. Gitu saja masih kamu tanya," sahutnya dengan suara lirih. "Cepat lapor polisi saja, bilang kalau sudah dua puluh empat jam biar langsung diproses. Bisa gila aku kalau anak itu nggak balik."

Toni mengangguk dan lekas pergi meninggalkan istrinya di kamar Nadia, tidak lama kemudian Tania muncul sambil membawa dua paper bag besar.

"Tadi Mas Darren telepon, Bu. katanya dia mau bantu cari Nadia," kata wanita dalam balutan dress berwarna hitam itu.

"Baguslah kalau begitu. Semoga besok si anak durhaka itu sudah kembali, Ibu nggak mau kehilangan mahar besar dari Raka," sahut Mella.

"Iya, Bu."

"Anak itu nggak pernah bikin Ibu tenang sehari saja, semua tetangga sudah tahu kalau dia kabur. Terus wajah kita mau taruh di mana?! Ibu sampai nggak punya muka untuk menemui orang-orang, semua ngomong kalau Ibu dan Ayah nggak becus jaga Nadia. Padahal dia sendiri yang berontak!" Mella terus aja mengomel dan meluapkan kekesalannya.

Tania hanya membalas dengan anggukan, kemudian ia membawa ibunya keluar kamar. Wanita itu takut tensi ibunya kembali naik dan semuanya semakin rumit.

Jarum jam terus bergulir hingga waktu menunjukkan pukul tujuh malam, polisi belum memberikan kabar apa-apa tentang keberadaan Nadia. Demikian juga Toni dan Mella yang terus ditodong banyak pertanyaan dari orang-orang tentang kenapa sampai Nadia bisa seperti ini?

Tania hanya menyimak saat ibunya memutar balikkan fakta dan menuduh Nadia lah yang sengaja mengacaukan semuanya, wanita itu mengulas senyum lebar saat orang-orang mencemooh adik tirinya.

Hingga tiba-tiba ponselnya berdering, ternyata pesan dari Raka yang memintanya untuk segera membuka media sosial. Tanpa berlama-lama Tania segera melakukannya, detik berikutnya dia merasa jantungnya mau copot saat melihat sebuah video syur yang tersebar di media sosial.

'Astaga ... ini 'kan—' Tania meneguk salivanya dengan kasar saat menyadari video itu menampilkan dirinya dan Raka di kamar apartemen.

Dia di posisi atas dan wajahnya tertutup rambut, sementara wajah Raka terlihat jelas di kamera. Suara d3s4h4n terdengar jelas dan mengundang komentar negatif dari beberapa akun.

Apalagi saat Raka menyebutkan ia merasa jenuh dengan Nadia yang merupakan tunangannya. Pasalnya, semua orang sudah tahu bahwa Raka akan menikahi Nadia, kalau begini caranya maka orang-orang akan balik mencemooh Raka yang telah bermain gila dengan wanita lain.

'Bagaimana ini bisa tersebar, apa Raka sempat merekamnya lalu bocor? Akh, s14l!' makinya di dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status