"Uhuk, uhuk, uhuk!"Zack tersedak minumannya mendengar pernyataan sang sahabat. Dengan cepat, ia mengelap mulut dan menatap tajam wajah Vigor."Jatuh cinta? Kau pikir aku percaya?" Zack sangat kesal mendengar pengakuan Vigor."Normal saja, bukan?" Lelaki itu masih terang-terangan menatap Aurora."Jaga matamu! Dia adikku!" sentak Zack."Adik angkat!" ralat Vigor. "Ya Tuhan, aku tak menyangka kau memiliki adik yang sangat cantik dan bertubuh bagus.""Jangan sentuh dia, Vigor. Atau persahabatan kita berakhir." Zack mengancam tegas.Bukannya takut, Vigor justru tergelak. Ia malah mengingatkan Zack saat lelaki itu merebut kekasihnya ketika mereka kuliah dulu. Tak tanggung-tanggung, Vigor malah menemukan keduanya di atas ranjang."Kau sudah memaafkanku. Kenapa kau ungkit-ungkit lagi masalah itu. Lagipula aku sudah menjelaskan bahwa mantan kekasihmu itulah yang mengajakku ke ranjangnya!""Ya, ya. Memang sudah kumaafkan. Tapi tidak akan kulupakan." Vigor mengibaskan tangannya."Dasar pendenda
Zack bernapas lega lalu menyandarkan tubuh lelahnya pada punggung sofa. Akhirnya pesta usai. Energinya seperti terkuras harus menyapa para tamu.Lagi-lagi, ia mendengar suara tawa. Kepalanya menoleh ke samping. Aurora dan Alzard sedang makan sambil bercanda.“Mereka memang begitu.” Tiba-tiba, Clara duduk di samping Zack. “Kalau bertemu selalu seru berduaan.”Zack tersenyum pada sang mami. “Kenapa Mami tidak istirahat saja? Pasti lelah ‘kan?”Clara menepuk lengan atas sang putra sulung. Wanita setengah baya itu mengatakan bahwa ia rindu mengobrol bersama Zack. Malam ini adalah kesempatan yang menurutnya tepat.Netra Clara berotasi ke sekitar kediaman mewah milik keluarga yang kini menjadi warisan Zack. Bibirnya mengukir senyum, matanya berkaca-kaca.“Terakhir Mami pergi dari sini, tempat ini hanya bangunan besar yang tidak terurus. Kamu memugarnya dengan sangat baik, Zack.”“Butuh hampir tiga tahun. Aku membangunnya satu lantai demi satu lantai, tergantung dananya.” Zack membanggakan d
“Cantik sekali.” Vigor memuji Aurora yang baru saja datang.“Terima kasih.” Aurora menjawab dengan senyum tipis. Ia duduk setelah Vigor mendorong kursi untuknya.Berbasa-basi, Vigor menanyakan perjalanan Aurora ke restoran ini. Dengan singkat, wanita cantik itu menjawab bahwa situasi jalan raya cukup padat yang menyebabkan ia sedikit terlambat.“Menunggu lama pun tak masalah untukku.” Vigor tersenyum penuh pengertian.Makan malam ini akhirnya disetujui Aurora sebagai tanda terima kasihnya karena Vigor memberikan champagne. Lelaki itu menolak dibayar, namun memberikan syarat agar Aurora bersedia pergi dengannya.Di luar dugaan Aurora, Vigor ternyata lelaki yang santun. Sikapnya sangat elegan sesuai dengan wajah karismatiknya. Dengan cepat, Aurora dapat mengurangi ketegangan.Baik Aurora maupun Vigor sama sekali tidak sadar, bahwa ada mata yang terus menerus memperhatikan mereka. Mata emerald milik Zack seolah tidak berkedip menatap pemandangan di depannya. Apalagi saat melihat Aurora d
“Bagaimana hubunganmu dengan adikku?” Zack bertanya penasaran pada Vigor.“Sangat baik. Entah kenapa dengan Aurora, aku merasakan ada ikatan batin yang kuat.”Zack menggeleng keras. “Gombalmu keterlaluan!”Embusan napas panjang dari Vigor membuat Zack yang sejak tadi sibuk bermain games beralih menatap sang sahabat.“Aku harus pulang. Kakek Viscout sudah mencariku.”“Ya, sudah, pulang sana. Kasihan kakekmu itu.”“Visaku masih satu bulan lagi. Sayang, kan? Tapi, sepertinya aku akan pulang setelah reuni kita akhir minggu ini.”Zack mengangguk penuh pengertian. Selain itu ia juga cukup lega karena artinya, Vigor tidak akan berdekatan dengan Aurora lagi.*****“June?” Aurora sedikit memekik kesenangan saat mendengar suara wanita yang meneleponnya.“Hai, cantik.” Suara balasan di sana membuat Aurora tertawa.June adalah sahabat Aurora sejak di bangku sekolah senior. Mereka bahkan satu universitas, hanya berbeda jurusan. June kini adalah seorang desainer yang cukup terkemuka.“Jadi, kamu ak
“Jadi kamu kenal Trevor? Pengusaha bisnis perhotelan itu?” June bertanya pada Aurora ketika melihat sahabatnya telah selesai mengobrol cukup akrab dengan lelaki tampan.Aurora mengangguk pelan. “Trevor salah satu tamu undangan saat pesta ulang tahun Zack. Aku bertemu dengannya di pesta itu.”“Begitu. Trevor juga salah satu sponsor acara pagelaran busana ini. Jadi, aku banyak mengenal pengusaha terkenal karena managementku sering memberikan proposal pada mereka termasuk kepada empat sekawan."Satu garis muncul di antara alis Aurora. Ia tidak mengerti apa yang diucapkan sahabatnya barusan.“Empat sekawan? Kamu tidak tau? Para lelaki muda yang sukses dan menjalin persahabatan sejak mereka kuliah. Zackery, Vigor, Louis dan Elvis,” jelas June.Setelah mendengar penjelasan detail tentang empat sekawan, Aurora mengangguk mengerti. Terkadang dalam laporan keuangan perusahaan atau pribadi Zack, Aurora memang melihat beberapa aliran dana untuk suatu yayasan tertentu.Ternyata selama ini, selain
Berita tentang resminya hubungan Aurora dan Vigor membuat Zack sangat kesal. Ia sampai mematikan notifikasi pesan grup karena para sahabatnya berlomba-lomba mengucapkan selamat pada Vigor.“Sudah kukatakan bahwa aku melarangmu berpacaran dengan sahabatku!” Dengar murka Zack menegur Aurora.“Kenapa? Mami dan Alzard saja tidak masalah.” Aurora membalas santai.Kedua alis Zack terangkat sedikit. “Kamu bilang pada Mami dan Alzard?”Kepala Aurora mengangguk. Ketika Vigor menyatakan keinginannya untuk mulai menjalin hubungan serius dengan Aurora, ia memang tidak langsung menjawab. Aurora memilih berkonsultasi lebih dulu pada Mami dan Alzard.Keduanya tidak keberatan karena memang telah mengenal Vigor sebagai salah satu sahabat terbaik Zack. Namun begitu, Clara mengingatkan agar Aurora tetap menjaga kehormatannya sebagai wanita. Juga agar tidak terburu-buru dalam menjalankan hubungan serius tersebut mengingat Vigor baru saja menyandang status duda.Mendengar itu, tentu saja Zack bertambah ke
Amber menarik tangan Aurora. Di pergelangan tangan itu melingkar sebuah gelang yang setengah lingkarannya terdiri dari berlian-berlian kecil. Dengan cepat Amber menarik perhiasan tersebut.“Jangan.” Aurora menahan tangannya, namun malah tergores kuku Amber yang panjang.Kini terdapat goresan panjang di tangan Aurora. Ketika melihat luka dengan darah itu, Aurora terpaku sesaat. Kewaspadaannya berkurang, hingga tak sadar Amber kembali menyerangnya.Gelang itu akhirnya berada di tangan Amber. Aurora yang sadar kemudian berusaha merebutnya kembali. Terjadi tarik-menarik hingga akhirnya gelang tersebut putus dan berlian-berlian kecilnya berhamburan di lantai.“Ya, Tuhan. Hiks, hiks.” Aurora langsung merosot ke lantai untuk mengumpulkan berlian-berlian tersebut sambil terisak sedih.Melihat Aurora yang bersedih, tidak membuat Amber berhenti. Ia malah mendapat kesempatan saat melihat cincin berlian di jari Aurora. Dengan Cepat, Amber mencekal jari itu dan melepaskan cincinnya.“Kembalikan!”
Sambil menangis, Aurora menggedor pintu kaca balkon. Ia melihat Zack tidak memperdulikannya. Lelaki itu keluar dari kamar Aurora lalu kembali mengunci kamarnya.Udara dingin mulai menyerbu kulit Aurora. Tubuhnya mulai menggigil karena saat ini hanya mengenakan piyama pendek. Tak lama kemudian, ia mendengar deru mobil sport Zack yang menjauh.Saat ini, Aurora hanya berharap salah satu pelayan datang dan menolongnya membuka pintu balkon. Sialnya lagi, Aurora sempat meletakkan telepon genggamnya di meja sebelum Zack menariknya keluar balkon.Melalui pintu kaca balkon, telepon genggam itu terlihat menyala tanda ada yang meneleponnya. Aurora menduga pasti Vigor yang menelepon. Ia hanya bisa mengembuskan napas panjang saat akhirnya teleponnya itu kembali mati.Zack baru kembali dari club malam pukul dua dini hari. Ia langsung ke kamarnya dan tidur. Hingga keesokan pagi saat sarapan, lelaki itu tersadar bahwa semalam ia meminta semua pelayan untuk tidak ada yang masuk ke kamar Aurora dengan