keesokan harinya saham perusahaan Herlan Corp mengalami penurunan yang sangat dratis. Bayu menerima telepon dari stafnya bahwa ada isu miring terhadap perusahaan mereka. Pria itu menghampiri Naila istrinya dan berpesan pada wanita itu untuk tidak pergi kemanapun juga dalam kondisi seperti ini dan tetap berada di rumah lalu ia menghubungi Hatan untuk berjaga istri dengan sangat baik karena ia yakin bahwa ini adalah ula dari tuan Regan untuk memecah perhatiannya dari anak dan istrinya yang mungkin akan menjadi kesempatan untuk mereka menculik istrinya itu.Ia Menatap Naila seolah berat untuk meninggalkannya. "Mas, Pergilah aku tetap akan di rumah tidak kemana-mana, percayalah aku tidak akan pergi lagi meninggalkanmu, di sinilah tempat yang paling aman dan Mas Hatan akan menjagaku dengan sangat baik maka fokuslah untuk menyelesaikan masalah perusahaan, Mas," pesan Naila.Setelah Bayu merasa yakin bahwa istrinya tidak akan pergi kemana-mana, begitu juga anaknya tetap tinggal di dalam rum
Naila berjalan ke dapur meminta bik Surti menyiapkan minuman dan hidangan ke ruangan kerja lalu ia kembali bergabung di sana membahas tentang penyelesaian masalah yang dihadapi saat ini.Perbicangan mereka terhenti saat bik Surti masuk menghidangkan minuman dan makanan, setelah bik Surti keluar dari ruangan tersebut mereka melanjutkan perbincangannya.Ada beberapa ide yang dikemukakan Naila untuk mengatasi persoalan perusahaan, membuat Bayu semakin kagum pada sang istri.Semua sibuk, di perusahaan juga dipimpin oleh Frans dan Jelita mereka mengatasi permasalahannya kantor yang tiba-tiba sulit, hingga waktu makan siang pun mereka belum selesai.Semua divisi sibuk tak terkecuali Firda. Selama tiga hari yang lalu ia libur dari pekerjaan barunya dengan Dokter Rizal sebab pria itu mengurus mutasi pekerjaannya ke Jakarta, dan seharusnya hari ini dia akan bertugas kembali, tetapi ia harus meminta ijin pada pria itu untuk tidak bisa datang hari ini karena suatu hal terjadi di perusahaannya.D
Dokter Rizal pun pergi setelah berpamitan pada Firda, Ia berjalan dengan sangat cepat ke dalam lift. Pintu tertutup saat Ia menekan angka satu. Tak lama kemudian ia sampai dan lansung masuk ke mobilnya yang berjalan dengan kecepatan kencang, pikiran sedang menebak-nebak apa yang terjadi antara sahabatnya dengan ayah itu.Selama ini teman-teman tidak pernah mengetahui identitas orang tuanya, karena ia menutup rapat -rapat identitasnya itu. Ia malu punya ayah yang suka menikah dan main perempuan.Tiga puluh menit kemudian ia sampai di kediaman Bayu, Ia pun mengucap salam yang di jawab Oleh bik Surti. "Oh Den Rizal, ayo mas masuk, Den Bayu dan nyonya serta temannya ada di ruangan kerjanya, Mari saya antar," ucap bik Surti sambil berjalan mendahului Dokter Rizal ke sebuah ruangan setelah sampai di depan pintu bik Surti mengetuk beberapa kali tidak lama kemudian pintu terbuka dan Naila yang biasa dia panggil Rosmala itu berada di depannya.Naila terpaku dan terbelalak melihat Dokter Rizal
Jam sembilan malam akhir saham Herlan Crop menguat kembali, semua merasa lega begitu pula staf kantor. Dokter Rizal menelpon Firda dan mengatakan akan menjemputnya."Bay aku pulang dulu ya terimakasih makan malamnya," ucap Dokter Rizal."Tidak menginap di sini," tawar Bayu pada Dokter Rizal."Tidak, aku harus menjemput seseorang," jawabnya.Hugo, hanya menatap Dokter Rizal, ia tidak mencegah sahabatnya itu untuk pulang duluan."Ok! hati-hati di jalan ya," ucapnya pada Dokter Rizal. Kedua sahabatnya tidak tahu betapa gemuruhnya hati Dokter Rizal karena tahu ternyata ayah adalah sumber masalah antara Bayu dan Naila dan berusaha merongrong pernikahan mereka, sungguh ini membuatnya malu, bagaimana jika Naila tahu kalau dia adalah putra dari lelaki gila yang mengejar wanita itu.Dengan langkah lebar ia keluar dari rumah Bayu dan langsung masuk kedalam mobilnya. Ia memacu dengan kecepatan sedang dan berusaha untuk meredam kem
Mobil Dokter melaju kembali menuju apartemen sang Mama, semenjak tak ada lagi kehangatan cinta mereka mamanya tinggal di apartemen, tetapi sang Daddy selalu tahu tempat tinggal sang Mama dan akan datang jika sang Mama ikut campur urusannya.Mobil berhenti di basement gedung megah, Dokter Rizal melepaskan sabuk pengaman dan menoleh pada Firda."Ra, ayo ikut!" pinta Dokter Rizal"Namaku bukan Ra, Dok!" protes Firda sambil melepaskan sabuk pengamannya."Aku tidak bisa menyebut nama dengan huruf d yang ada di tengah, gak enak di lidah seperti makan daging dimasak tapi belum matang jadi susah nelennya. Lebih enak, Ra anaku ku panggil Na saja," kekehnya sambil meraih jemari Firda dan menggandengnya disepanjang perjalanan."Terserah, Dokter saja," jawabnya kesal "Ya jelas, Ra. ini, 'kan mulut saya, Ra," ucap Dokter Rizal sambil terkekeh "Dok, saya belum tua tidak usah di gandeng," ucap Firda."Kamu masih kecil takut hilang, kamu masih belum tahu area sini, kalau hilang bagaimana, nanti ana
Setelah tiba di apartemen, Dokter Rizal segera memesan makanan online tadi ia lupa untuk mengajak Firda untuk makan di sebuah restoran sebelum menjemput sang putri yang berada di apartemen Neneknya, tak lama kemudian bel pintu berbunyi dan Rizal berjalan ke arah pintu dan mengambil pesanannya tersebut lalu ia mengetuk pintu kamar putrinya dan sang putri menyembul keluar dari balik pintu."Daddy mau bobok sama kita?" tanyanya tanpa rasa bersalah gadis usia enam tahun itu menatap penuh tanya pada sang Daddy."Eem ... tidak Daddy mau kamu ajak Bunda makan sepertinya tadi belum makan dan Daddy gak bisa temani kalian ada yang harus Daddy urus sebentar," jawab Rizal lalu ia menatap Firda."Bun, Nanti kalau ada yang ketuk pintu atau menekan bel, jangan di bukakan," ucap Rizal sambil mengulum senyum ketika gadis menatapnya tajam saat Dokter Rizal memanggilnya, Bunda."Nara juga tidak boleh Dad?" tanyanya pada sang Daddy, Ia kalian berdua tidak boleh membuka pintu sebelum Daddy pulang dan Dadd
Linda mengambil kunci serep ruang kerja suaminya itu dan di berikan pada Rizal. "Bukalah sendiri, aku mau menemani Brave adikmu di kamar, dia tadi sangat ketakutan saat Papinya mengamuk.Rizal tertegun mendengar apa yang di katakan Linda, mematung tanpa menerima kunci yang di sodorkan Linda."Zal, Kau dengan Ibu, 'kan," ucapnya sambil menguatkan diri untuk tidak menangis"Jadi aku sudah punya adik? Ia bernama Brave? Kenapa diberi nama Brave?" tanya Rizal dengan pelan, ia tidak tahu kenapa bertanya demikian pada mantan kekasihnya itu."Karena saat itu aku ketakutan dan hanya dialah yang membuatku berani," jawabnya sambil pergi berlalu meninggalkan Rizal yang masih belum bergeming di depan ruangan kerja sang Daddy.Ia menghembuskan napas, menghilangkan sesak di dadanya melihat mantan kekasih terlihat kuyuh dengan tubuh kurus dan tatapan hampa. Bukan karena masih cinta. Tidak, tetapi rasa kasihan melihatnya begitu memprihatinkan. '
mobil Rizal pun berhenti basement gedung apartemennya lalu ia keluar dari mobilnya dan berjalan cepat masuk ke dalam lift. Ia menekan tombol angka menuju ke apartemennya.Pintu terbuka Rizal keluar dan berjalan dengan tergesa-gesa. Iya ini seberapa ketemu dengan Firda dan menatap wajah sejuknya itu.Ia buka pintu dengan key cardnya lalu masuk ke dalam dan berjalan menuju kamar Nara dibukanya pintu perlahan. dua orang wanita yang berbeda umur tidur dengan pulasnya.Ia menatap Firda yang tertidur lelap, wajah polos tanpa make up itu membuat daya tarik sendiri baginya. 'Tuhan tolong hadirkan cinta di hati gadis ini untuk saya dan putrinya,' bisiknya dalam hati.Dia itu menutup pintu dengan perlahan lalu berjalan menuju kamarnya, membuka kemejanya dan menggantinya dengan baju tidur kemudian ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan mulai terlelap meluapakan apa yang telah dilaluinya hari ini.Di rumah besar dan di sebuah kamar nampak wanita