Sutradara Ben terus memuji Ian, “CEO Lex, bakat seperti Ian harus kita ikat. Apalagi, aku yakin drama ini, ‘Hantu? Siapa Takut!’, pasti akan populer di Internet. Deretan artis yang tergabung dalam drama ini sangat megah. Ditambah dengan kemampuan akting Ian dan Lisa yang luar biasa serta plot yang menakjubkan, itu akan cukup untuk menarik perhatian penonton.”
CEO Lex mengangguk. Ia menyadari bahwa dirinya telah meremehkan kemampuan Ian. Ia mengira Ian hanya bisa menulis naskah. Tapi ia tidak menyangka selain menulis naskah, kemampuan Ian lainnya juga mengejutkan. Memikirkan semua itu, CEO Lex tersenyum. Dengan adanya seseorang seperti Ian, ia yakin industri entertainment Indonesia akan lebih maju.Sementara drama “Hantu? Siapa Takut!”, jika drama itu menjadi populer, CEO Lex tentu saja akan membeli naskah musim keduanya dengan harga tinggi.“Tidak banyak artis yang bisa menerima pujian seperti itu dari Sutradara Ben. Sepertinya Ian benar-benar bukan orangPostingan Lisa di Sosial Media membuat banyak penggemar heboh. Dulu, ketika dihadapkan pada segala macam gosip negatif, Lisa sangat jarang memposting apa yang ada dia pikirkan di Sosial Media. Paling-paling, dia akan memberikan klarifikasi resmi yang didukung oleh Golden Entertainment. Tapi hari ini, ketika Ian diragukan oleh seluruh warganet, Lisa berinisiatif untuk memposting pendapatnya di Sosial Media. Kata-katanya tidak banyak, tetapi sangat kuat. Dengan kata lain, Lisa mendukung Ian. Tentu saja, satu postingan dari Lia di akun Sosial Medianya saja tidak akan cukup untuk menghentikan keraguan warganet. Segera setelah itu, Alicia juga ikut memposting sesuatu “Aku berani menjamin, akting Ian sangat luar biasa!” Sementara Linda, dia sama sekali tidak memposting sesuatu yang mendukung Ian, Namun, ia me-like postingan milik Lisa dan Alicia, menunjukkan sikapnya pada masalah ini. Xavier juga muncul dan memposting sebuah foto di akun Sosial Medianya. Dalam foto itu, ada gambar diri
Xavier dengan secepat kilat berpakaian rapi. Meski ia tampak seperti bersemangat, tapi dalam lubuk hatinya, ia merasa hidupnya sangat suram. “Aku sudah berusaha menghindar, tapi tetap saja aku tidak bisa mengelaknya …” gumamnya penuh kepedihan.Xavier tidak bisa menolak permintaan Sutradara Ben. Selain itu, meski ia tidak ingin melihat Ian dan Lisa dapat merekam adegan ciuman dengan baik, tapi hati kecilnya tetap ingin membantu Ian.Bagi seorang yang menjunjung tinggi keadilan, ia ingin melakukan persaingan yang sehat dengan Ian. Meski hasilnya, dia selalu kalah telak, Xavier tidak menyesalinya.“Bukankah itu hanya adegan ciuman antara Ian dan Lisa?”“Aku telah sering bermain film dengan begitu banyak adegan ciuman. Aku yakin hatiku pasti siap ketika melihat mereka melakukannya!” Xavier terus meyakinkan dirinya sendiri, bahkan selama perjalanan menuju lokasi syuting. Satu jam kemudian, Xavier akhirnya tiba di lokasi syuting. Ketika ia me
Waktu seakan terhenti. Bidikan kamera menangkap momen yang abadi. Ian menggenggam pinggang Lisa, bibirnya menyentuh dengan kelembutan yang tak terucapkan. Hangatnya sentuhan itu berpadu dengan rasa manis yang terpendam, menciptakan harmoni yang sempurna. Dunia luar lenyap, tak ada lagi yang tersisa selain sosok mempesona yang berdiri di hadapannya. Bagi Ian, ini bukan sekadar adegan; ini adalah realitas yang ia tinggali. Meski banyak wanita yang mendekatinya, hatinya tetap terkunci. Ciuman ini, ciuman yang pertama, ia persembahkan untuk satu-satunya yang ia cinta. Pikiran Ian kosong, terbuai dalam dekapan yang mendalam. Dan ketika ia akhirnya melepaskan ciuman itu, ia menatap Lisa, pipinya yang merona menambah kecantikan yang tak terkatakan. Ian segara melanjutkan aktingnya, menyelesaikan adegan dengan penuh emosi. Dan bagi mereka yang menyaksikan, adegan itu bukan hanya sekedar tontonan. Itu adalah pengalaman yang menyentuh jiwa, melelehkan setiap hati yang memandang. Alici
Kenzaki Kuro tiba-tiba melesat, gerakannya tak lebih dari kabut hitam yang menyelinap di antara sinar bulan. Dengan kecepatan yang menyaingi kilat, ia mengarahkan serangannya pada Lisa, yang berdiri diam di samping Ian. Namun, sebelum teror dapat menyentuhnya, Ian, yang memiliki ranah kultivasi Golden Core Awal, menangkap gerakan itu dalam sepersekian detik.Refleks Ian terbuka maksimal, secepat fajar yang memecah kegelapan. Ia meraih kepalan tangan Kenzaki, mengguncang ruang di sekelilingnya. Sebuah gelombang kejut yang tak terlihat meluas, mengirimkan debu dan daun-daun ke udara, menciptakan badai mini yang mengelilingi mereka. Angin yang tercipta dari benturan itu berdesing di telinga, seperti nyanyian para dewa yang menyaksikan duel antara dua kekuatan besar.Pohon-pohon di sekitar mereka membungkuk seolah memberi hormat, ranting-rantingnya bergetar dalam tarian liar yang disebabkan oleh kekuatan yang dilepaskan. Tanah di bawah mereka retak, menciptakan jaringa
Mata Kenzaki Kuro menatap tajam Lisa, dengan tatapan yang seolah berkata, "Kamu tidak akan kemana-mana." Karena jika ketiga wanita itu, terutama Lisa, tekah berhasil diselamatkan dan dibawa ke tempat yang aman, maka semua rencana yang telah disusun akan gagal. Dengan gerakan yang lebih cepat dari kilat, Kenzaki Kuro merogoh pil misterius dari kantung celananya. Pil tersebut memiliki warna putih, dan terukir ‘NTZ-3010’ di tengahnya. Tanpa ragu, ia menelannya bulat-bulat Seketika itu, tubuh Kenzaki Kuro berubah, otot-ototnya mengembang bak balon raksasa yang dipompa dengan kekuatan superhuman, kulitnya mengeras menjadi seperti baja, warnanya memudar hingga abu-abu pekat, dan urat-uratnya membengkak, menyerupai jalur-jalur magma yang siap memuntahkan api. Ia bertransformasi menjadi monster yang siap menghancurkan segala yang ada di jalurnya. Ian, yang biasanya tenang, kini terkejut. Matanya melebar, dan ia bisa merasakan gelombang energi baru yang mengalir dari Kenzaki Kuro, energi ya
Ian duduk bersimpuh di atas reruntuhan, pandangannya kosong menatap bekas keberadaan Alicia dan Kenzaki Kuro. Sebuah ombak penyesalan menghantamnya, menenggelamkan hatinya dalam lautan kesedihan. Ia merasa seolah-olah dunia telah runtuh di bawah kakinya, kegagalannya melindungi teman dekatnya.Dengan tangan yang masih bergetar, Ian menyentuh kulitnya yang kini mulus tanpa cacat, saksi bisu atas kekuatan yang ia miliki, namun tak cukup untuk menjaga Alicia. "Maafkan aku, Alicia. Aku berjanji, aku akan menyelamatkanmu, tidak peduli apa yang harus aku lakukan. Aku akan membawamu kembali," ucapnya, suara tekadnya memecah kesunyian, seakan menjadi janji suci yang terukir di batu.Lisa, dengan hati yang berdebar seperti drum perang, memeluk Ian dari belakang. Ketakutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya merayapi tulang-tulangnya, ketika ia menyaksikan tangan dan kaki Ian menghilang, seolah-olah bagian dari jiwa Lisa sendiri telah dicabut. "Ian ..." bisiknya, suarany
Di bawah kesunyian malam, Ian berdiri di depan kedai miliknya. Setelah lebih dari satu bulan tidak mengunjunginya, kini kedai Si Tampan telah bertransformasi. Ukurannya jauh lebih besar, dan memiliki banyak spot foto yang aesthetic. Meski begitu, Ian tidak berniat menaikkan harga makanannya. Hal tersebut membuat kedai Si Tampan semakin ramai dikunjungi. Bahkan Kakek Sugiono selalu mengeluh kelelahan karena bekerja sendirian.Ian kemudian melihat detail misi harian “Sehat Itu Penting”. __________________________________Misi Harian: Sehat Itu PentingTingkat Kesulitan: CDetail Misi:Sebagai orang kaya, kesehatan seringkali terabaikan. Sebelum penyakit menyerang tubuh Anda, Host harus berolahraga dengan giat setiap harinya. Selesaikan rutinitas olahraga yang sistem berikan.Push-Up: 100/100Sit-Up: 100/100Squat: 100/100Lari: 10/10 kilometerJumlah hari: 99/100 hariHadiah: K
Di tengah kegelapan malam yang pekat, langit Pulau Gili Iyang terbelah oleh kilatan bintang yang berkedip, seolah-olah mata dewa-dewi sedang mengintip dari balik tirai semesta. Ombak berdansa dengan garangnya, menampar-nampar pasir pantai, namun gemuruhnya kalah oleh siulan angin yang seakan membawa pesan dari medan perang yang jauh.Tiba-tiba, dua sorotan cahaya—satu biru kehijauan dan satu lagi perak—membelah keheningan, mendarat begitu saja di tepian pantai yang terpencil. Kedatangan mereka menciptakan badai pasir mini yang menari-nari liar, seakan pasir-pasir itu pun ingin ikut serta dalam petualangan malam ini. Dua sosok yang muncul dari cahaya itu adalah Ian dan Kakek Sugiono.Dentuman yang mengguncang bumi memecah kesunyian malam, seolah-olah gunung berapi di tengah pulau bangkit dari tidurnya. Burung-burung, dalam kepanikan yang mendadak, terbang berhamburan keluar dari sarangnya, meninggalkan pulau dengan sayap yang berdesir cepat, membawa kabur mimpi-mimp