Kedai Si Tampan bergema dengan suara gemuruh dan cekikikan puluhan pengunjung. Seperti serigala yang telah lama tidak makan, mereka menyantap makanan dengan lahap, suara garpu dan sendok beradu dengan piring menjadi latar belakang. Beberapa orang bahkan menambah pesanan, seolah piring kosong di depan mereka adalah petunjuk bahwa mereka masih membutuhkan lebih banyak.Di tengah keramaian itu, Ian, dengan keringat mengalir di keningnya, sibuk di dapur, mencampur bumbu dan membalikkan daging di atas api. Di antara hiruk pikuk pengunjung, seorang pria tua berdiri di meja konter, dengan rambut putih tipis yang hampir tidak ada dan wajah yang tampak ramah. Ia berdiri dengan sabar, menunggu Ian menyelesaikan tugasnya, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.Melihat pria tua itu, Ian meletakkan spatula dan mengelap keringatnya sapu tangan yang ada di dekatnya. Dengan senyum ramah di wajahnya, ia bertanya, "Apa yang bisa saya pesan untuk kakek?"Tiba-tiba, suara dering notifikasi yang tak
Kakek Sugiono menatap Ian dengan senyum yang hangat dan penuh makna, "Seperti yang tertera di sistem, namaku Sugiono Saputra. Tapi, kamu bisa memanggilku Kakek Sugiono." Ian merasa ada yang aneh. Nama 'Kakek Sugiono' itu terdengar sangat familiar di telinganya, seperti melintas di pikirannya beberapa kali. 'Bukankah nama Kakek ini seperti nama panggilan aktor kakek-kakek tua dalam JAV?' pikirnya.Nama 'Kakek Sugiono', atau yang sering dijuluki 'Kakek Legend', adalah sebutan populer di Indonesia untuk Shigeo Tokuda, aktor JAV yang terkenal. Dia telah merajai dunia film untuk dewasa selama hampir dua dekade. Walau sudah pensiun, namun jejaknya masih melekat kuat di ingatan penikmat JAV. Ian, yang tumbuh dan besar di desa, tentu saja pernah mendengar dan melihat karya-karyanya. Film-film 'Kakek Legend' itu seolah menjadi bagian dari percakapan rahasia di kalangan siswa SMP dan SMA di Nganjuk.Ian memperhatikan Kakek Sugiono dengan wajah yang sedikit canggung. Dengan suara yang pelan, ia
Ekspresi penuh kebingungan yang jelas terpampang di wajah Ian. Ia melihat Kakek Sugiono dengan tatapan penuh tanda tanya. "Kakek, dengan keahlian memasak yang luar biasa seperti itu, mengapa Kakek justru memilih untuk melamar kerja di sini?" tanyanya.Kakek Sugiono, dengan wajah yang tampak lelah namun tetap penuh semangat, menghela napas pendek. Ia menggelengkan kepalanya, seolah mengusir bayangan mimpi yang belum bisa terwujud. "Kalau saja Kakek memiliki cukup uang," katanya dengan suara berat namun penuh harapan. "Kakek pasti akan membuka restoran sendiri. Tapi, untuk saat ini, Kakek harus bekerja dulu, mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Hingga suatu hari nanti, Kakek bisa mewujudkan impian itu, membuka restoran milik Kakek sendiri."Ian mengangguk, matanya berbinar-binar dengan rasa penasaran. "Baik Kakek ... tapi sebelum kita melanjutkan pembicaraan itu, aku ingin melihat langsung bagaimana Kemampuan Lidah Dewa milik Kakek dan juga kemampuan memasak Kakek.”Mata Kakek Sugiono
Tanpa terasa, mobil Toyota Corolla merah yang ditumpangi Lisa dan Alicia tiba di kedai Si Tampan. Ramainya pengunjung membuat kedatangan mereka berdua tidak banyak menarik perhatian.“Meong~” Suara lembut seorang wanita terdengar dari belakang Ian. Tanpa perlu berbalik pun, Ian tahu bahwa wanita yang mengeong tersebut adalah Lis inia.‘Wanita menjijikkan itu pasti kemari untuk menagih janjiku semalam!’ gumam Ian dalam hati.Lisa berjalan mendekat dan duduk di kursi kosong meja konter. Melihat Ian yang tetap diam tanpa mempedulikannya, Lisa berkata, “Apakah aku tidak diterima datang kemari?”“Bagaimana mungkin aku tidak menolakmu?” Ian berbalik dan melihat Lisa sambil tersenyum.Hari ini, Lisa berpakaian sangat cantik. Dia bahkan merias wajahnya. Biasanya, Lisa berkunjung tanpa menggunakan riasan apapun. Dan kali ini, Lisa mengenakan topi bertelinga kucing, membuatnya semakin imut.Namun, saat melihat wanita yang duduk di samping Lisa, Ian terkejut. Wanita itu juga tidak kalah cantikny
"Uhuk-uhuk!" Aksi Alicia ini membuat Lisa terbatuk. Ia tak menyangka teman baiknya itu akan berbicara omong kosong.Alicia mengedipkan matanya dan melihat reaksi Ian dengan rasa ingin tahu. Ia mengambil kerupuk putih dari kotak di meja konter dan menggigitnya sedikit seraya menunggu reaksi pria tampan di hadapannya itu.Tak tahan dengan sikap temannya, Lisa berteriak, "Alicia!" Wajah Lisa sedikit merah saat ia menatap Alicia dan mulai menggelitik pinggangnya."Hahaha, geli sekali … padahal aku membantumu menyatakan perasaanmu, Kak Lisa." Alicia terkikik tidak kuat menahan geli.“Jika kamu menggelitikku, aku akan balas menggelitikmu juga!” Alicia menggigit kerupuknya dan meletakkan tangannya di pinggang Lisa.“Alicia, jangan bicara omong kosong! Aku tidak ingat pernah berkata seperti itu!” Lisa memiringkan kepalanya ke samping, wajahnya sedikit merah. Ia sendiri bahkan tidak tahu mengapa dirinya bereaksi seperti itu.Padahal, baru saja beberapa hari yang lalu, Lisa berkata pada Ian bah
“Kamu yang anjing! Oh maaf, tidak. Kamu yang kucing dan akulah anjingnya. Aaauuuu~” balas Alicia seperti seorang anak kecil.“Aaauuuu itu suara serigala!” bantah Lisa. Ia menatap Alicia seperti orang idiot.“Hmmp! Aku tidak peduli, aku tidak peduli! Aaauuuu terdengar lebih galak dibanding guk-guk!” Alicia mendengus.“Menurutku guk-guk jauh lebih cocok untukmu, anjing.”Mendengar ucapan Lisa, Alicia tetap bersikukuh. “Aaauuuu~ aku tidak mau guk-guk! Aku akan memukulmu jika kamu tidak setuju!”Lisa tidak takut. “Ayo sini, aku cakar kamu, nyaa~”Melihat tingkah keduanya, Kakek Sugiono memasang wajah aneh. Tidak hanya Kakek Sugiono, beberapa pengunjung yang masih makan di sana juga melihat ke arah Lisa dan Alicia dengan tatapan aneh. Untungnya mereka berdua memakai topi, sehingga tidak banyak orang menyadari bahwa mereka berdua adalah artis terkenal.Kakek Sugiono lalu bertanya pada Ian yang masih memasak. “Apa kedua teman wanitamu sehat? Mereka bukan pasien rumah sakit jiwa yang kabur k
Melihat datangnya pria mesum itu, Lisa dan Alicia mundur beberapa langkah sambil berteriak. Di saat yang sama, sang sopir pribadi milik Alicia melihat ada yang tidak beres dan turun dari mobil. Namun, tetap saja dengan jarak di antaranya ketiganya, dia tidak akan sempat menghentikan pria berbadan kekar tersebut.Pada saat-saat kritis tersebut, Ian mendadak muncul di belakang pria yang sedang berlari itu. Ia meraih bahunya, dan menariknya ke samping, membuatnya terjatuh.Ian berjalan ke depan Lisa dan berbalik menghadap pria berbadan kekar itu, melindungi Lisa di belakangnya. Ia memandang pria mesum yang itu dengan dingin.“Kedua wanita itu telah memberimu tanda tangan mereka. Apa kamu kurang puas? Jelas-jelas permintaanmu telah ditolak, namun kamu tetap memaksakan kehendakmu. Kamu telah bertindak terlalu jauh!” tegas Ian, matanya menyorot tajam pria berbadan kekar yang mulai kembali berdiri.“Itu bukan urusanmu!” Pria itu balas memelototi Ian.“Mereka adalah pelangganku, jadi tentu s
"Kak, aku takut ..." Suara Jeni bergetar, sepasang mata coklatnya terbuka lebar, penuh dengan rasa takut. Dia bersembunyi di balik bayangan pria berambut klimis."Jangan khawatir, Jeni," kata Theo, suaranya lembut dan menenangkan, tangannya mengusap-usap rambut Jeni dengan gerakan yang menghibur. "Selama aku di sini, tidak ada yang akan menyakitimu."Jeni, gadis berambut lurus panjang itu, mengangguk, matanya masih basah. "Terima kasih, Kak Theo ..."Theo dan Jeni, dua bersaudara yang terjebak dalam kehidupan sulit. Keduanya ditinggal oleh ibu mereka dua tahun lalu, dan sekarang mereka telah ditinggalkan oleh ayah mereka, Robert, seorang penjudi kompulsif yang lebih sering berada di meja judi daripada ada di rumah. Karena kebiasaannya itu, hutang Robert telah menumpuk, hingga mencapai ratusan juta. Sebagai pengangguran, tentu saja dia tidak memiliki uang untuk membayarnya.Semakin hari, bunga pinjaman tinggi yang diberikan rentenir membuat hutang Robert semakin tinggi. Hutang yang awa