Di sepanjang jalan Akandra kembali memikirkan perkataan Agha yang tidak ia duga. Dia kira kedatangan Agha tadi hanya untuk memaksanya berhenti dengan niatannya. Namun, ternyata pikirannya salah dan dengan sikap serta wajah garangnya itu, ternyata Agha memiliki rasa khawatir dan peduli kepadanya.Dengan rumor yang beredar tentang kekuatan besar saat kemampuan penjaga timur dan barat disatukan, semua orang berpikir jika mereka berdua adalah sahabat yang saling melengkapi satu sama lain. Tapi, nyatanya semua itu hanya rumor yang tidak terbukti akan kebenarannya. Mereka malah lebih tepat disebut sebagai musuh, yang sering berdebat untuk masalah sepele dan acuh tak acuh satu sama lain.Dan baru saat ini Agha memperlihatkan rasa pedulinya, yang malah membuat Akandra bergidik ngeri. Karena bahkan sebelum ini, jarang diantara mereka yang mendatangi ruangan satu sama lain, jika bukan hal serius yang menyangkut akademi maupun padepokan. Tapi kali ini Agha datang kepadanya hanya untuk menanyakan
"Bukankah itu aliran energi yang pernah guru perlihatkan sebelumnya?" jawab Pandya ragu."Benar. Kupikir kau akan lupa, hahaha..." tawa Akandra cukup keras yang membuat Pandya bingung dibagian mana titik kelucuan dari perkataannya tadi.TAP TAPTidak lama kemudian, Akandra menghentikan tawanya dan berjalan untuk menyusuri sub ruang itu. Langkah kakinya menggema walaupun terlihat sangat ringan. Pandya yang masih bingung hanya mengikutinya berjalan dibelakang, sambil ikut mengamati keadaan di dalam sub ruang itu.ZHIIING!BAAAST!BWAATS!Akandra memainkan aliran energi di tangannya setelah berhasil menemukan tempat yang nyaman sambil berbalik dan menatap ke arah Pandya. Aliran energi di tangannya itu tampak menjadi tidak beraturan dan arahnya saling bertubrukan. Pandya semakin mengerutkan keningnya, karena tidak paham dengan maksud gurunya melakukan hal itu.Dengan beberapa gerakan, aliran energi tadi berubah warna dan semakin lama menjadi keruh dan tidak berbentuk. Pandya cukup takjub d
"Pasang kuda-kuda terbaikmu!" perintah Akandra yang langsung dilaksanakan oleh Pandya.Sebenarnya Akandra sudah pernah melatih bela diri 3 inti kepada Pandya, sehingga dia tidak meragukan posisi kuda-kuda yang dilakukannya. Tapi kini setelah tahu tentang aliran energi milik Pandya, dia harus melatih kontrol di setiap gerakannya. Karena mengontrol aliran energi dengan tepat akan membuat setiap gerakan menjadi lebih bertenaga.ZZZHIIIIING!Akandra kembali memegang punggung Pandya dan menyalurkan tenaga dalam untuk mengontrol aliran energi milik Pandya. Sedangkan Pandya mulai merasakan perasaan yang berbeda—yang membuat kakinya sebagai tumpuan terasa lebih ringan. Padahal, untuk melakukan posisi kuda-kuda memerlukan pondasi yang kuat dibagian kaki, dan itu membuat beban tersendiri."Rasakan aliran yang aku lakukan saat ini, dan ingat-ingatlah! Itu untuk membuat tumpuan di bagian bawah terasa lebih ringan namun tetap bertenaga."Akandra mengatakannya sambil tetap mengulang kontrol aliran e
Akandra menatap wajah Agha dengan lekat, dia tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan mendadak seperti itu. Padahal, sebelum-sebelumnya Agha akan melewatinya begitu saja dan menganggap dirinya tidak ada disana. Dia bingung apa yang membuat perubahan sikap itu, dan membuatnya merasa aneh seperti sekarang."Entahlah, mungkin kurang dari sepuluh murid. Walaupun tenaga dalam milik mereka sudah cukup bagus, tapi sepertinya ketangkasan dan keseimbangan mereka tidak terlalu bagus," jawab Akandra setelah berpikir sejenak."Lalu bagaimana dengan keponakanmu? Apa ketangkasan dan keseimbangan miliknya lebih baik daripada para murid itu?" Agha kembali mengungkit Pandya untuk melihat respon Akandra."Hah, entah apa niatmu menanyakan hal itu. Tapi aku tidak akan terusik dengan apapun yang akan kau rencanakan. Lebih baik kau fokus saja memimpin akademi di tahun ajaran ini, agar berjalan dengan lancar!" jawab Akandra kemudian berbalik dan meninggalkan Agha yang masih berdiri menatap punggungnya.A
Para calon pewaris dan beberapa murid yang sampai lebih dulu, duduk di bawah sesuai barisan sebelumnya sembari melakukan semedi untuk mengembalikan energi mereka yang cukup terkuras. Agha menatap mereka dari atas dengan senyuman tipis dengan suara tawa sarkas yang lirih. Dia menghitung jumlah murid yang berhasil menyelesaikan pelatihan tahap awal, dan hanya delapan murid yang saat ini bisa dikatakan berhasil tanpa kesalahan."Ternyata tebakannya tidak meleset! Tapi, tidak terlalu buruk jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," ucap Agha lirih.Agha dan semua guru pendamping sangat yakin, jika murid yang sampai setelah mereka akan melakukan kesalahan dan harus mendapat hukuman. Karena dengan tenaga yang mereka habiskan sejak awal, membuat tenaga dalam dan aliran energi milik mereka tidak beraturan. Walaupun, mereka sudah mengisi perut dengan makanan—tidak akan ada yang berpengaruh jika harus langsung menggunakan tenaga dalam kembali untuk berusaha menutup kedua tampungan air sambil me
Suara napas yang terengah-engah saling bersahutan di halaman utama akademi. Setelah tadi sempat beristirahat untuk makan malam, akhirnya semua murid berhasil menyelesaikan hukuman mereka. Dan saat ini mereka kembali berbaris sesuai urutan—masih mencoba untuk menetralkan napas.Semua hukuman hanya dipimpin oleh para guru pendamping, tanpa terlihat sosok Agha yang biasanya berada di aula atas tangga. Hingga saat ini, mereka masih belum mengetahui alasan mereka masih dikumpulkan seperti saat ini. Padahal murid yang baru saja selesai menjalani hukumannya sudah sangat mendambakan waktu istirahat.PAAATS!BUUUKK!Agha tiba-tiba terlihat sudah berdiri di atas aula tanpa seorang murid pun yang menyadari kehadirannya. Semua tampak terkejut dan menduga-duga dari mana dia datang tadi. Sedangkan Agha yang menjadi tokoh utama saat ini, hanya menatap kearah para murid dengan postur tubuh penuh percaya diri.Tidak lama kemudian datang Akandra dari arah belakang Agha yang membawa sebuah kotak kayu ke
"Bukalah!" perintah Akandra dengan wajah seriusnya.Pandya langsung menuruti perintah dan membuka kotak itu. Dan saat melihat isinya, keningnya langsung berkerut. Dia tidak mengerti kenapa sang guru memberikan hal itu kepadanya."Kue kering?" tanya Pandya heran."Hahahaha..." Akandra malah tertawa keras tanpa menjawab pertanyaan Pandya.Akandra memang sengaja untuk mempermainkan Pandya sebelum benar-benar memberikan Pil Cakra kepadanya. Sedangkan Pandya yang sudah sangat sering mendapat keisengan dari sang guru hanya bisa menunggu hingga Akandra selesai dengan tawanya. Dia sudah hapal dengan tingkah pamannya, dan dia tidak berencana mengusik kesenangan Akandra yang sederhana itu.Pandya tahu seberapa berat kesulitan yang selama ini pamannya hadapi, dan disaat seperti inilah Akandra dapat tertawa dengan puas. Pandya cukup senang jika bisa melihat sang paman bahagia walau harus mendapat keisengannya. Dan dia juga tahu jika sang paman membuat lelucon seperti itu, tandanya ada suatu hal y
SYUUK!SYUUK!Pandya mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat berbeda. Dia cukup takjub dengan kondisi tubuhnya saat ini, bahkan otot perutnya terbentuk dengan sempurna. Tubuhnya juga terasa ringan dan jauh lebih bertenaga dari sebelumnya."Bagaimana? Bisa merasakan tenaga dalamnya yang meluap bukan?" tanya Akandra setelah meminum ramuan untuk mengembalikan energinya yang cukup terkuras.Pandya hanya mendengarkan dan masih fokus untuk merasakan tubuhnya yang membuat takjub. Kini dia benar-benar bisa merasakan tenaga dalam miliknya sendiri di dalam tubuhnya. Dia tidak bisa menghentikan bibirnya yang terus tersenyum lebar saking senangnya."Kau sudah bekerja keras! Kini kau sudah memiliki tenaga dalam setara 20 tahun." Akandra mengatakan dengan senyum bangga."Apa? Dua puluh tahun?!" teriak Pandya tidak percaya."Itu hanya perkiraanku. Murid lain yang menyerap Pil Cakra sendiri mungkin hanya bisa menyerap setengahnya," ucap Akandra sambil memperlihatkan deretan giginya.Pandya ya