Pandya terdiam sejak pertarungan pertama dimulai. Walaupun, sikap Tibra cukup memprovokasi di awal pertandingan, tapi Pandya tidak bergeming sedikitpun.Sedangkan para pengikutnya menatap Pandya dengan nanar dan khawatir. Mereka pikir Pandya sedang berpikir dan mencari cara agar tetap bisa merebut papan nama, walaupun kekuatan sang guru akan sangat jauh lebih hebat.Padahal, saat ini Pandya sedang mengamati dan menyalin setiap gerakan yang menurutnya cukup berguna untuk menambah jurus disaat-saat genting. Dia sama sekali tidak khawatir dengan pertarungan yang akan dihadapinya nanti.'Bagaimana menurutmu pertarungan sebelumnya?' tanya Pandya pada Sakra saat pertarungan berikutnya dimulai.Dia tidak merasa tertarik dengan kemampuan yang dimiliki pemimpin kelompok itu, karena jika dibandingkan dengan pertandingan Tibra—tingkat perbedaannya sangatlah jauh.'Tenaganya sangat besar. Jurus yang digunakannya dan tubuhnya seperti menyatu dan membuat aliran energi yang memperkuat tenaga dalamny
Guru Wiyata masih tetap berada di posisinya, hanya anggota kelompoknya yang bergerak untuk melindungi sang guru di barisan depan. Sejak awal, sang guru memanglah target Pandya, jadi dia tidak terlalu memperdulikan anggota kelompok musuh. Pandya yakin anggota kelompoknya akan bisa mengatasinya tanpa dia perlu membantu.BAAATS!Tebasan pedang Pandya yang sudah dialiri dengan tenaga dalam, berhasil dihindari oleh sang guru hanya dalam beberapa gerakan. Pandya terkesiap untuk segera sesaat, namun dia langsung kembali memusatkan pikirannya ke dalam pertarungan.PLAAAK!CLIIING!TRAANG!Terdengar suara senjata dua kelompok yang saling beradu dan berbenturan dengan sangat cepat. Pandya kembali mempersiapkan diri sebelum kembali menyerang, kekuatan dari batu Ratnaraj benar-benar membantunya. Jika dulu, dia pasti akan sangat mudah kehabisan tenaga, tapi sekarang dia tidak perlu khawatir lagi akan hal itu.PAAATS!WHUUUSH!BHUUUM!Pandya kali melakukan serangan, kini dia menambah tenaga untuk
Suara riuh sorak sorai dan tepuk tangan dari kelompok pengikut Pandya yang lain ,terdengar memenuhi halaman utama itu. Para guru yang melihat langsung pertandingan Pandya dan guru Wiyata, cukup takjub dengan hasil akhir yang didapatkan. Padahal untuk guru dengan kemampuan tingkat tinggi saja, belum tentu mampu mengalahkan guru Wiyata. Namun, Pandya berhasil membuat sang guru mengakui kekalahannya, dengan melepaskan pedang dari genggamannya. Nyatanya, sangat jarang seorang pendekar sampai melepaskan pedangnya, jika merasa masih bisa melakukan perlawanan. Walaupun, semua berpikir jika Pandya hanya beruntung, karena melihat celah yang diperlihatkan oleh guru Wiyata. Tapi, pikiran itu langsung terbantahkan dengan sikap yang guru Wiyata perlihatkan. Sikap guru Wiyata yang rela menjatuhkan pedangnya itu berasal dari penilaiannya terhadap Pandya selama pertarungan tadi. Walaupun kemampuannya belum masuk ke dalam tingkatan empu menengah, tapi diantara guru-guru dengan kemampuan tingkat ti
Guru Dharma sudah berdiri tegap di tengah area pertarungan bersama seluruh anggota kelompoknya. Sedangkan Dipta masih tampak khawatir, terlihat jelas di wajahnya ada keragu-raguan yang membuat anggotanya yang lain ikut merasakan ketakutan sebelum bertanding.Pandya yang melihat hal itu,langsung tergerak untuk memberikan ucapan penyemangat untuk kelompok Dipta—sebelum ada aba-aba untuk mereka naik ke arena pertarungan. Karena, jika Dipta mempertahankan kondisi itu dan tetap bertarung, kelompoknya akan lemah sejak awal dan kesempatan untuk menang sangatlah tipis."Dipta!" panggil Pandya sambil memberi isyarat meminta Dipta untuk mendekat."Ada apa Pangeran?" tanya Dipta setelah berada di hadapan Pandya."Cobalah melihat ekspresi wajah dari semua anggota kelompoknya!" perintah Pandya yang langsung dituruti oleh Dipta. "Apa kau tidak bisa melihat mereka khawatir, karena pemimpin mereka tidak percaya diri?!" tanya Pandya pada Dipta yang masih menatap anggotanya.Dipta terdiam, dia paham de
Dipta memuntahkan cukup banyak darah, karena luka dalam yang dia terima. Untungnya tepat saat dirinya sudah hampir mencapai batas, para anggota kelompoknya yang sudah berhasil menuntaskan anggota kelompok musuh dan bergabung dengannya.Para anggotanya menyerang Guru Dharma bergantian, disaat Dipta mencoba memulihkan tenaganya dengan bersemedi sesaat. Namun, sayangnya tidak butuh waktu lama hingga seluruh anggotanya terpental karena perlawanan dari Guru Dharma.Semua anggotanya menatap Dipta dengan tatapan yang sama. Setelah merasakan kekuatan Guru Dharma, rasa ragu, khawatir dan takut yang tadi sempat hilang kini muncul ke permukaan lagi.Dipta menatap ke arah Pandya yang menganggukkan kepala, sebagai isyarat sesuatu yang Dipta pahami. Dengan percaya diri sambil menahan rasa sakit di tubuhnya, Dipta memberikan isyarat kepada anggotanya yang hanya mereka yang dapat memahaminya.Dipta mundur beberapa langkah, dan membiarkan para anggotanya untuk kembali maju. Dia berniat untuk menjadikan
'Sakra! Apa kau mendengar yang barusan?' tanya Pandya pada Sakra untuk memastikan.'Apa kau memang sudah menebaknya sejak awal, saat izin pada pengikutmu untuk pergi sebentar tadi?' Sakra balik bertanya.'Kau benar! Melihat gerak-gerik Guru Dharma saat dirinya kalah tadi, aku menjadi memiliki firasat buruk. Dan ternyata firasatnya tadi sangat tepat. Aku yang menyarankan mereka untuk memakai trik itu, jadi aku yang harus bertanggung jawab atas hasil selanjutnya!' sahut Pandya tegas.Sakra setuju dalam diamnya. Dia sudah hafal dengan watak Pandya, dia tidak akan tinggal diam jika pengikutnya dalam bahaya. Apalagi, hal bahaya itu terjadi karena dirinya, sudah pasti dia akan turun tangan langsung tanpa membuat pengikutnya khawatir.'Lalu, apa yang akan kau lakukan?' tanya Sakra penasaran dengan apa yang dipikirkan oleh Pandya."Entahlah! Guru Dharma tidak mengatakan apa rencananya sama sekali. Jadi, aku hanya akan memantaunya untuk saat ini. Aku akan menunggu pergerakan, dan mencoba untuk
Tiga kelompok pengikut Pandya yang lain juga berhasil lolos ke tahap 4. Pandya cukup senang dengan hasil akhir dari ujian tahap 3. Tidak ada dari kelompok di bawah naungannya yang tidak lolos, membuatnya dapat bernapas lega.Setelah seluruh ujian tahap 3 selesai, semua murid di arahkan untuk kembali berbaris di halaman utama. Sedangkan kelompok yang gagal di ujian tahap 3, langsung meninggalkan akademi dengan langkah berat.Kini mereka telah berbaris sesuai dengan kelompok masing-masing, tanpa mengikuti nomor urut seperti sebelumnya. Karena, kini nomor urut mereka akan berubah."Byakta, selamat kau telah menyusul kami semua untuk lolos ujian tahap tiga!" ucap Dipta pada Byakta yang ada di sebelahnya.Kelompok Byakta mendapat giliran bertanding paling akhir. Jadi, Pandya belum sempat mengucapkan selamat padanya, karena setelah selesai mereka langsung diminta berkumpul."Terimakasih, Pangeran! Ini semua berkat ilmu yang Pangeran bagikan kepada kami semua!" jawab Byakta dengan tulus."It
'Kau berkata seperti itu lagi, membuatku geli saja!' jawab Sakra dengan suara tidak suka.Pandya hanya tersenyum mendengar jawaban Sakra. Dia sudah bisa mengartikan maksud Sakra berkata seperti itu. Dan Pandya sendiri, tidak berniat untuk menanggapinya lagi.Semua pengikut Pandya berjalan menuju ruang pelatihan, walaupun Pandya belum memberi aba-aba sebelumnya. Sudah seperti kebiasaan untuk mereka berkumpul, setelah ujian selesai mereka akan berkumpul di ruang pelatihan milik Pandya.Sesampainya di ruang pelatihan, mereka semua berteriak meluapkan kebahagiaan. Pandya sendiri merasa sangat bangga saat melihat seluruh pengikutnya masih bertahan, dan dapat berkumpul kembali seperti ini."Setelah ini, aku akan memberi waktu bebas untuk kalian selama satu Minggu. Dan seperti biasa, aku akan melakukan pelatihan tertutup seperti sebelumnya," ucap Pandya menyela sorak kebahagiaan mereka."Apa tidak masalah jika kami beristirahat selama satu minggu, Pangeran?" tanya Faruq ragu."Apa aku tadi b