Share

Bab 7

Keesokan harinya, Vincen bangun lebih awal dari biasanya. Dia merasa bersemangat untuk menghadapi hari yang baru.

Setelah mandi dan menyiapkan diri, dia mengenakan jas rapi yang sudah disiapkan oleh Noel.

Di depan cermin, Vincen mengenakan dasi yang serasi dengan jasnya, lalu melirik ke arah cermin. Dia tersenyum puas melihat penampilannya yang kini berubah sembilan puluh derajat dari sebelumnya.

Tak ada lagi jejak kekusutan atau kelelahan di wajahnya, kini yang tersisa hanyalah wajah berkarisma dan penuh percaya diri.

"Ternyata aku tampan juga.” Dia tertawa saat mendengar pujian konyol yang dia kumandangkan untuk dirinya sendiri.

Sudah begitu lama sejak Vincen memiliki waktu untuk mempersiapkan dirinya seperti ini. Lagi pula, sebagian besar waktunya dia luangkan untuk bekerja demi menafkahi sang istri, Lidia. Ah salah... Mantan istri harusnya.

Mengingat hal tersebut, Vincen cepat-cepat menggelengkan kepalanya. ‘Berhenti memikirkan yang tidak penting,’ batinnya, sebelum akhirnya berbalik menuju pintu keluar.

Melangkah keluar dari kamar, Vincen yang baru saja membuka pintu apartemennya langsung mendapati sosok Noel sudah berada di sana.

“Tuan Muda,” sapa Noel dengan penuh hormat.

Vincen menganggukkan kepala. “Kita berangkat.” Dia pun mulai lanjut berjalan menuju lift untuk turun ke lobi.

Memerhatikan sang tuan muda yang begitu mirip dengan mendiang tuannya yang telah wafat, mata Noel berkaca-kaca. ‘Andai Tuan Vinicius bisa melihat putranya kembali ke posisi sahnya, betapa bahagia dirinya ….’

“Paman Noel?”

Panggilan Vincen yang bingung lantaran Noel hanya terdiam di tempat langsung membuat pria paruh baya itu tersentak dan langsung mengikuti sang tuan muda.

Mereka pun masuk ke mobil dan berangkat menuju tujuan mereka hari ini; Central Clark Capital, kantor pusat keluarga Clark di Aldasia.

Sepanjang perjalanan, Vincen menatap nanar keluar jendela, matanya mengikuti gerak-gerik orang-orang berlalu lalang. Menatap mereka yang bekerja keras di bawah panasnya terik matahari.

Dulu, Vincen pernah di posisi itu. Semenjak menikah dengan Lidia, dia perlu menguras tenaganya sampai habis demi menyokong gaya hidup sang istri yang tidak main-main.

Tak jarang Vincen terluka di pekerjaannya karena bahkan pekerjaan kasar pun dia ambil demi pulang dengan jumlah uang yang bisa membuat sang istri tersenyum.

Sadar dirinya kembali mengingat sosok Lidia, alis Vincen tertaut dan dia pun mengepalkan tangannya.

"Tuan muda, Anda tidak apa-apa?" tegur Noel, melihat ekspresi kesulitan yang tergambar di wajah Vincen.

Vincen segera tersadar dan langsung menenangkan ekspresinya. Dia menatap Noel dan menggelengkan kepala. “Aku tidak apa-apa, Paman Noel.” 

Vincen menatap ke depan dengan tekun, matanya terfokus pada jalan yang terbentang di hadapannya. 

Setiap keputusan yang diambilnya seolah membawanya satu langkah lebih dekat untuk membuktikan dirinya bukan lagi orang yang sama. 

Dalam hatinya, Vincen menegur dirinya sendiri dengan tegas, 'Lupakan masa lalumu, Vincen. Kamu bukan lagi bedebah bodoh yang dibutakan oleh cinta.' Kata-kata itu menggema di benaknya, menjadi mantra yang mengingatkannya akan perubahan yang telah ia jalani.

Wajahnya yang dulu penuh kebimbangan dan keraguan kini tergantikan dengan ekspresi penuh percaya diri dan keberanian. 

Tak ada lagi rasa takut atau penyesalan yang menghantui pikirannya. Kini, Vincen yakin bahwa masa lalunya telah ia tinggalkan jauh di belakang, dan ia siap untuk menghadapi tantangan apa pun yang mungkin menghadang di depan.

***

Setelah beberapa saat perjalanan, mobil yang dinaiki Vincen pun sampai di area perkantoran yang terlihat mewah dan elit.

Vincen pun berkata, “Kita sudah sampai?”

Noel menganggukkan kepala. “Sedikit lagi, ada di sana,” ucapnya seraya menunjuk ke satu arah.

Mengikuti arah jari Noel, Vincen melihat sebuah gedung yang jauh lebih mencolok dibandingkan gedung-gedung lainnya di area tersebut. 

Dengan tinggi menjulang ke langit, gedung pencakar tersebut seolah menunjukkan dominasinya sebagai perusahaan terbesar yang terletak di kota Aranka—Aldasia.

Napas Vincen agak tercekat, terpukau dengan kegagahan gedung yang logo perusahaannya terpampang di puncaknya itu. ‘Jadi, ini Central Clark Capital,’ batinnya.

Melihat ekspresi Vincen, Noel tersenyum tipis. Dia merasa cukup senang bisa melihat sang tuan muda terpukau dengan kepunyaan keluarganya itu.

“Tuan Besar sudah menunggu Anda, jadi nanti Anda bisa lebih dulu–”

“Hentikan mobilnya!”

CIIIT!

Noel langsung menginjak rem akibat terkejut oleh suara Vincen. Dia menoleh ke belakang, lalu mendapati Vincen sudah membuka pintu mobil untuk keluar.

“Tuan Muda, apa yang–!?”

“Paman pergilah dulu ke kantor! Aku ada urusan sebentar dengan seseorang!” Sebelum Noel bisa membalas, Vincen langsung berlari cepat keluar mobil dan berbelok ke satu jalanan sempit, seperti mengejar sesuatu. Noel sempat mengejar, tapi Vincen terlalu cepat!

Terengah-engah, Noel bertanya-tanya dalam hati. Apa yang terjadi kepada tuan mudanya itu? Apa mungkin tuan mudanya mengurungkan niat kembali ke keluarga karena merasa tertekan!? Tidak mungkin, bukan!?

Baru melihat wujud gedungnya saja, masa sudah takut? Bagaimana kalau Vincen tahu

mengenai pasukan pengawal khusus yang Pak Tua Clark bangun secara diam-diam!? Tepat di saat itu, seseorang tampak menelepon Noel. Itu adalah Pak Tua Clark.

“Tuan Besar,” sapa Noel dengan gugup.

“Di mana kalian? Para eksekutif sudah hadir!” tegur Pak Tua Clark, tampak tidak sabaran.

Menyisir rambutnya ke belakang dengan wajah kesulitan, Noel berkata, “Tuan Muda... menghilang, Tuan Besar!”

“Apa?! Bagaimana bisa?!” terdengar suara terkejut diseberang telepon.

Jantung Noel berdebar. Dia sendiri tidak tahu jawabannya, tapi ….“Tampaknya, Tuan Muda tanpa sengaja melihat seseorang yang dia kenal, jadi diam engejarnya,” jelas Noel. “Hanya saja … saya tidak bisa mengejarnya, jadi Tuan Mudam enghilang dari pandangan saya ….”

Pak Tua Clark terdiam sebentar, sebelum akhirnya dia berkata, “Kembalilah ke kantor

terlebih dahulu. Aku yakin dia akan datang setelah urusannya selesai.”

“Baik, Tuan,” balas Noel sebelum mematikan panggilan.

Masuk ke dalam mobil dan melajukannya menuju kantor, Noel tak elak berpikir.

Kiranya, siapa yang sebenarnya Vincen lihat sampai dia nekat langsung turun dari mobil seperti itu!?

‘Mungkinkah … mantan istrinya?’ batin Noel penasaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status