Setelah bercerai, tidak banyak pria yang masih mengingat mantan istrinya.Sementara itu Irfan yang berada di sampingnya, merasa sedikit tidak beres setelah mendengar hal tersebut."Ah, Nona Alya, omong-omong apakah kamu memiliki koneksi dengan mantan istri bos itu?""Koneksi?"Bagaimana dia bisa memiliki koneksi dengan sang pemilik rumah?Memikirkan hal ini, Alya tersenyum dan berkata dengan lembut, "Apakah koneksi dapat membuatku bisa menyewa rumahnya?""Kalau memang ada koneksi, mungkin bisa? Nona Alya, nama pemilik rumah ini sama denganmu.""Namanya Alya juga?""Ya, kabarnya dia juga sangat muda dan cantik."Alya terdiam.Entah kenapa setelah mendengar semua ini, Alya merasa bahwa ada yang tidak beres.Akan tetapi dia pun tidak terlalu memikirkannya.Mereka pun turun dengan lift. Di pintu keluar, mereka bertemu dengan seorang pria paruh baya yang mengenakan jas, kemungkinan orang ini adalah atasan sang agen.Begitu melihat agen itu, wajahnya pun seketika menjadi suram."Wilsen, kena
Apa?Alya kira dia sudah salah dengar.Bos? Inspeksi?Sikap sopan agen ini membuat Alya bingung. Tiba-tiba dia teringat dengan apa yang dikatakan agen ini tadi, yaitu bahwa area tersebut diberikan oleh seorang bos besar kepada mantan istrinya.Ekspresinya pun sedikit berubah.Mungkinkah bos besar dan mantan istri yang dibicarakan sang agen adalah dirinya dan Rizki?Bernama Alya, pergi ke luar negeri, juga tidak bisa dihubungi.Rasanya kebetulan sekali. Sekarang, mereka telah melihat KTP miliknya dan memanggilnya bos.Meskipun dia tidak berani memercayainya, Alya masih menatap sang agen dengan serius dan berkata, "Tadi kamu bilang, kalian nggak bisa menghubungi pemilik rumah itu. Bisakah aku melihat nomor teleponnya sebentar?"Mendengar ini, sang agen jelas tampak bingung."Ah, Bu Alya, bukankah pemilik rumah itu adalah dirimu?"Meskipun berkata seperti itu, sang agen masih dengan patuh mencari nomor telepon tadi dan memberikannya pada Alya.Alya melihat nomor telepon tersebut dan menem
Mendengar ini, Alya pun menatapnya."Kamu mau mengambil uang sewa dariku?""Ya, anggap saja menghasilkan uang tambahan."Uang tambahan ....Bagaimana mungkin Irfan kekurangan uang tambahan?"Berapa? Kalau kamu mau menyewakannya dengan murah untukku, nggak usah.""Nggak murah. Lokasinya bagus dan harga propertinya sangat mahal, aku menghabiskan banyak uang untuk mendapatkannya. Kalau kamu mau menyewanya, harganya 20 juta per bulan."Ketika mendengar harganya, Alya pun terkejut.Bukan karena dia merasa itu mahal, lagi pula lokasinya sangat bagus dan memulai harga dari 20 juta adalah hal wajar. Dia hanya tidak menyangka bahwa Irfan benar-benar serius, pria itu benar-benar berencana untuk menyewakannya.Namun, tak lama kemudian, Alya merasa jauh lebih baik."Oke."Melihat Alya yang jelas senang, ketidakberdayaan pun muncul di mata Irfan yang berada di balik kacamata.Jika dia tidak mengambil uang sewa, dia takut tidak akan ada lagi cara yang berhasil.Setelah memastikan bahwa Alya dan anak
Begitu mendengarnya, Rizki yang tadinya tidak berekspresi seketika menyipitkan matanya dengan mengancam."Nggak lagi di hotel ini? Pergi ke mana dia?""Pak Rizki, untuk hal ini kami juga tidak tahu. Lagi pula, dia hanya tamu hotel. Dia nggak mungkin memberi tahu kami ke mana dia pergi."Cahya mengangguk setuju. "Itu benar.""Tapi ...." Rizki menyipitkan matanya pada para staf resepsionis dengan curiga. "Apa dia benar-benar pergi? Atau kalian sengaja menyembunyikannya?""Nggak, dia benar-benar sudah pergi. Selain itu, dia pergi nggak lama sebelum kalian datang."Mendengar jawabannya, raut wajah Rizki pun memburuk.Begitu dia datang, wanita itu pergi.Saat dia datang ke rumah Lisa, Alya kebetulan sedang pergi.Kali ini juga begitu. Ketika dia baru saja tiba, wanita itu sudah meninggalkan tempat ini.Apakah ini hanya kebetulan atau disengaja?Memikirkan hal ini, Rizki menatap mereka dan bertanya dengan suara dingin, "Dia pergi sendiri?"Beberapa resepsionis tertegun sejenak, lalu mereka b
Setelah dia pergi, Alya membantu kedua anaknya menyiapkan tempat tidur. Kemudian dia menyalakan penghangat dan menyuruh mereka tidur.Dia sendiri pergi ke ruang kerja sambil membawa laptopnya.Harus diakui, Irfan telah benar-benar mempertimbangkan dirinya. Ruang kerja ini sangat besar. Terdapat sebuah jendela berbingkai kotak-kotak yang besar, lalu di sampingnya ada sebuah rak buku sebesar dinding bersama dengan sebuah tangga kecil.Alya sangat menyukai suasana seperti ini.Akan tetapi, saat ini dia tidak punya rasa untuk mengapresiasi hal-hal ini. Dia pun mengeluarkan laptopnya dan mulai mencari informasi.Kejadian siang ini terus mengganggu pikirannya.Selama bertahun-tahun ini, dia menganggap dirinya telah membalas budi dengan tidak menginginkan apa pun darinya dan bahkan mengembalikan uang yang diberikan olehnya. Namun, jika rumah-rumah itu sungguh berada di bawah namanya, maka apa arti semua tindakannya?Alya membuka sebuah halaman web untuk mengecek. Beberapa informasi memang bis
Setelah mengirimkan data pribadinya, orang itu tidak membalas pesannya untuk waktu yang lama ataupun memberikannya perkiraan harga.Alya melirik jam, lalu memikirkan suara-suara yang dia dengar di telepon tadi. Dia pun menebak bahwa orang itu hari ini pasti sangat sibuk.Selain itu, dia sendiri sudah memeriksa sebagian informasi yang dapat dia temukan. Kalau dia terus mencari, dia mungkin tidak akan menemukan apa-apa lagi.Akhirnya Alya menutup laptopnya dan pergi mandi.Karena dia sudah masuk ke kamar mandi, tentu saja dia tidak melihat ketika Nathan meneleponnya. Setelah dia selesai mandi, barulah dia melihatnya. Pengacara itu sudah mengirimkannya informasi yang dia inginkan.Dia belum membuka informasinya dan baru melihat daftar isi, dia pun menghela napas di dalam hati. Seperti yang diharapkan dari seseorang yang direkomendasikan oleh Kevin.Efisiensinya dalam menangani urusan ini benar-benar menakjubkan.Alya tidak langsung membaca informasi tersebut, melainkan mengirimkan pesan t
Alya dalam sekejap tak bisa berkata-kata.Lagi pula, mereka adalah guru dan murid. Mereka mendiskusikan segalanya bersama, hal ini sepertinya juga normal.Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa."Maafkan aku, Nona Alya. Aku nggak tahu apakah hal ini akan memengaruhimu, tapi tenang saja, guruku bukanlah seseorang yang suka menyebar rumor."Mendengar hal ini, Alya jadi sedikit tenang."Terima kasih.""Nona Alya, apakah kamu perlu mencari seorang profesional untuk mengelola properti-properti ini untukmu?""Nggak." Alya menggeleng. "Apa besok Pak Nathan memiliki waktu? Kupikir kita perlu bertemu.""Kalau begitu besok siang.""Oke."Keesokan harinya di siang hari.Mereka berdua bertemu di sebuah restoran.Meskipun Nathan telah melihat dokumen Alya saat mendata properti, dia masih sangat takjub ketika melihat Alya secara langsung.Alya berjalan menghampiri dan menyapanya, Nathan tertegun untuk waktu yang lama sebelum akhirnya tersadar kembali."Halo, Nona Alya.""Halo, Pak Nathan."Ked
Kalimatnya yang terakhir mengejutkan Alya."Kamu mengenalku?"Orang itu tersenyum dan mengangguk."Tentu saja, meskipun sudah 5 tahun dan kamu lebih cantik dibandingkan dulu, aku masih mengenalimu pada pandangan pertama. Saat kamu bekerja di Perusahaan Saputra, kamu datang ke perusahaan kami untuk membicarakan kerja sama. Saat itu, aku masih seorang staf junior."Mendengar hal ini, Alya pun mengerti."Jadi, kamu menghabiskan 5 tahun dan menjadi staf senior?""Ya.""Bagus juga."Alya cukup menyukai kemampuannya ini.Namun, masalah yang harus diatasi ini masih masalah perusahaan.Manajer yang Alya rekrut ini bernama Angga Wardhana, Angga pun segera memberinya ide."Sebenarnya, Nona Alya, solusi dari masalah ini sangat sederhana."Mendengar ini, Alya meliriknya. "Coba katakan.""Tarik investasi." Angga berkata, "Kalau kita bisa menarik investasi dari perusahaan besar, dengan dukungan mereka, kita nggak perlu mengkhawatirkan operasi perusahaan."Alya memang sudah mempertimbangkan untuk men