Alya dalam sekejap tak bisa berkata-kata.Lagi pula, mereka adalah guru dan murid. Mereka mendiskusikan segalanya bersama, hal ini sepertinya juga normal.Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa."Maafkan aku, Nona Alya. Aku nggak tahu apakah hal ini akan memengaruhimu, tapi tenang saja, guruku bukanlah seseorang yang suka menyebar rumor."Mendengar hal ini, Alya jadi sedikit tenang."Terima kasih.""Nona Alya, apakah kamu perlu mencari seorang profesional untuk mengelola properti-properti ini untukmu?""Nggak." Alya menggeleng. "Apa besok Pak Nathan memiliki waktu? Kupikir kita perlu bertemu.""Kalau begitu besok siang.""Oke."Keesokan harinya di siang hari.Mereka berdua bertemu di sebuah restoran.Meskipun Nathan telah melihat dokumen Alya saat mendata properti, dia masih sangat takjub ketika melihat Alya secara langsung.Alya berjalan menghampiri dan menyapanya, Nathan tertegun untuk waktu yang lama sebelum akhirnya tersadar kembali."Halo, Nona Alya.""Halo, Pak Nathan."Ked
Kalimatnya yang terakhir mengejutkan Alya."Kamu mengenalku?"Orang itu tersenyum dan mengangguk."Tentu saja, meskipun sudah 5 tahun dan kamu lebih cantik dibandingkan dulu, aku masih mengenalimu pada pandangan pertama. Saat kamu bekerja di Perusahaan Saputra, kamu datang ke perusahaan kami untuk membicarakan kerja sama. Saat itu, aku masih seorang staf junior."Mendengar hal ini, Alya pun mengerti."Jadi, kamu menghabiskan 5 tahun dan menjadi staf senior?""Ya.""Bagus juga."Alya cukup menyukai kemampuannya ini.Namun, masalah yang harus diatasi ini masih masalah perusahaan.Manajer yang Alya rekrut ini bernama Angga Wardhana, Angga pun segera memberinya ide."Sebenarnya, Nona Alya, solusi dari masalah ini sangat sederhana."Mendengar ini, Alya meliriknya. "Coba katakan.""Tarik investasi." Angga berkata, "Kalau kita bisa menarik investasi dari perusahaan besar, dengan dukungan mereka, kita nggak perlu mengkhawatirkan operasi perusahaan."Alya memang sudah mempertimbangkan untuk men
Setelah mengirim pesan itu, Felix tidak membalasnya.Alya memegang ponselnya, ekspresinya perlahan menjadi serius.Apa dia terlalu blak-blakan?Namun, bila dia tidak seperti ini, Alya takut orang itu akan salah paham. Mungkin karena peringatan Angga, dia jadi lebih waspada.Setelah 5 menit yang terasa panjang, orang itu pun membalas: "Lintasan balap kuda di area timur, apakah kamu bisa ke sana sekarang?"Lintasan balap kuda?Meskipun itu bukan tempat yang ideal untuk berdiskusi, ini adalah sebuah kesempatan!Alya tidak begitu ragu, dia segera mengambil tas dan syalnya lalu pergi.Angin di luar cukup kencang. Alya memakai syalnya sambil turun tangga, lalu dia memanggil sebuah taksi.Lintasan balap kuda.Pasir beterbangan di lintasan balap, seekor kuda hitam berlari kencang di dalamnya. Di atasnya, seorang pria tampan dan ramping menungganginya dengan ekspresi dingin.Wajah pria itu tampak suram. Tangannya menggenggam tali dengan erat. Bahkan dari kejauhan, aura dingin dan mengancam yang
Ketika taksinya sampai di arena pacuan kuda area timur, Alya baru turun dari mobil ketika dia melihat Felix yang berdiri di pintu masuk arena.Pria itu menggunakan pakaian berkuda yang kokoh, tampak tinggi dan tampan. Begitu melihat Alya, sebuah senyum seketika muncul di bibirnya."Nona Alya."Alya tidak menyangka pria itu akan keluar dan menunggunya, dia pun segera berlari sambil membawa tasnya."Pak Felix, kenapa kamu keluar?""Ck, Nona Alya, lagi-lagi kamu memanggilku Pak Felix. Kenapa, apa aku terlihat setua itu?"Tanpa menunggu Alya menjawab, Felix langsung menyelanya, "Kalau nggak keberatan, kamu bisa memanggilku Felix."Alya terdiam.Apakah dia berani?Lagi pula, mereka berdua tidak begitu dekat. Bagaimana mungkin Alya memanggilnya seperti itu?"Pak Felix, aku khawatir itu kurang pantas."Mendengar ini, Felix pun menyipitkan mata dan memandangnya dengan penuh arti. Kemudian dia berkata, "Oke, panggil aku Pak Felix saja dulu. Kita bisa menggantinya nanti."Alya terdiam."Tapi, to
Matanya yang tajam dan tenang, hidungnya yang indah, juga bibirnya yang semerah mawar, semuanya tersebar di wajah eloknya yang putih.Tak lama kemudian, seseorang pun tak dapat menahan dirinya dan berkata, "Barang incaran Pak Felix kali ini bagus sekali."Alya sama sekali tidak mendengar apa yang mereka katakan. Dia ingin membicarakan investasi dengan Felix, jadi dia hanya bisa mengikutinya berjalan ke depan.Karena hanya berfokus dengan bagaimana dia harus memulai pembicaraan itu nanti, Alya sama sekali tidak merasa bahwa ada yang tidak beres.Hingga akhirnya, Felix membawanya ke tepi pagar dan berteriak pada orang yang sedang berkuda di kejauhan. Mata Alya mengikuti pandangannya."Rizki, sebelah sini!"Alya yang mengikuti pandangan Felix pun melihat orang yang sedang duduk di kuda itu. Dalam sekejap, senyum menghilang dari bibirnya.Bagaimana bisa ... sekebetulan ini?Setengah bulan telah berlalu sejak kejadian waktu itu, setelah itu Alya selalu sibuk.Jadi, dia kira masalah itu seha
"Bisakah kamu beri tahu aku bagaimana kamu berhasil mendapatkan Pak Felix? Beri aku kiat-kiatnya, aku juga ingin belajar."Target wanita ini adalah Rizki, sehingga dia tidak memiliki rasa permusuhan pada Alya yang dikiranya adalah kekasih Felix. Dia cepat-cepat menarik Alya masuk ke ruang ganti.Begitu menerima berita bahwa Rizki dan Felix akan bertanding, para staf arena segera menyiapkan arena pertandingan untuk mereka dan memperlakukan pasangan mereka dengan serius.Begitu memasuki ruang ganti, para staf segera membawakan pakaian berkuda untuk Alya dan wanita itu.Salah satu staf membawakan pakaian berkuda untuk Alya dan memuji, "Tubuh Nona ini sangat bagus, ukurannya pasti pas."Setelah mengatakan itu, staf tersebut menyerahkan pakaian berkuda yang dibawanya pada Alya.Alya tak bisa berkata-kata.Dia benar-benar ingin berbalik dan pergi.Namun, jika dia pergi begitu saja, dia mungkin akan mempermalukan Felix di depan umum. Jangankan kehilangan investasi, dia pasti juga akan menying
Seolah-olah tidak mendengar Alya, Rizki tidak hanya tidak melepaskan, dia malah menunduk dan mendekatkan tubuhnya pada Alya.Pada akhirnya, tidak ada lagi jarak di antara tubuh mereka.Suara Rizki terdengar mencemooh."Apa? Irfan membiarkanmu bermain dengan pria lain seperti ini? Tampaknya dia nggak begitu memikirkanmu juga."Mendengar ini, Alya mengerutkan keningnya."Bagaimana dia memikirkanku bukanlah urusanmu."Sambil berbicara, Alya pun memberontak lagi.Dengan tubuh mereka yang saling menempel dan baju mereka yang tipis, saat dia memberontak, Rizki dapat dengan jelas merasakan lekukan tubuh Alya bergesekan dengannya.Raut wajah Rizki berubah, tiba-tiba dia mengencangkan pegangannya pada pergelangan tangan Alya.Ketika tengah memberontak, Alya merasakan sesuatu. Ekspresinya seketika membeku, dia pun mendadak berhenti bergerak.Ada yang terasa tidak beres.Beberapa detik kemudian, pipi putih Alya memerah. Sambil memelototi orang di depannya, dia menggertakkan giginya dan berkata, "
Sebuah tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya.Sentuhan yang tiba-tiba ini menyebabkan Alya berteriak."Ada apa?"Wanita yang berada di luar itu pun mendengar teriakannya. Entah karena curiga atau khawatir, wanita itu mulai memutar-mutar kenop pintu, mencoba untuk masuk.Namun, sebelumnya pintu itu sudah dikunci oleh Rizki. Jadi bagaimanapun dia memutar kenopnya, usahanya sia-sia."Kak, kenapa aku nggak bisa membuka pintu ini? Kamu nggak apa-apa, 'kan? Bisakah kamu berbicara?""Aku nggak apa-apa." Masih terkejut, Alya pun menenangkan dirinya dan berkata, "Barusan aku hanya kehilangan keseimbanganku dan hampir jatuh, sekarang aku nggak apa-apa.""Benarkah?" Wanita itu masih tampak ragu.Dia berdiri di depan pintu ruang ganti, melihat-lihat ke sekelilingnya, lalu menggigit bibirnya.Sebenarnya saat dia sedang ganti baju tadi, entah apakah itu hanya imajinasinya atau tidak, tetapi dia mendengar suara pria dari tempat Alya.Suara pria itu juga sangat mirip dengan suara Rizki.Jadi dia pun ke