"Bisakah kamu beri tahu aku bagaimana kamu berhasil mendapatkan Pak Felix? Beri aku kiat-kiatnya, aku juga ingin belajar."Target wanita ini adalah Rizki, sehingga dia tidak memiliki rasa permusuhan pada Alya yang dikiranya adalah kekasih Felix. Dia cepat-cepat menarik Alya masuk ke ruang ganti.Begitu menerima berita bahwa Rizki dan Felix akan bertanding, para staf arena segera menyiapkan arena pertandingan untuk mereka dan memperlakukan pasangan mereka dengan serius.Begitu memasuki ruang ganti, para staf segera membawakan pakaian berkuda untuk Alya dan wanita itu.Salah satu staf membawakan pakaian berkuda untuk Alya dan memuji, "Tubuh Nona ini sangat bagus, ukurannya pasti pas."Setelah mengatakan itu, staf tersebut menyerahkan pakaian berkuda yang dibawanya pada Alya.Alya tak bisa berkata-kata.Dia benar-benar ingin berbalik dan pergi.Namun, jika dia pergi begitu saja, dia mungkin akan mempermalukan Felix di depan umum. Jangankan kehilangan investasi, dia pasti juga akan menying
Seolah-olah tidak mendengar Alya, Rizki tidak hanya tidak melepaskan, dia malah menunduk dan mendekatkan tubuhnya pada Alya.Pada akhirnya, tidak ada lagi jarak di antara tubuh mereka.Suara Rizki terdengar mencemooh."Apa? Irfan membiarkanmu bermain dengan pria lain seperti ini? Tampaknya dia nggak begitu memikirkanmu juga."Mendengar ini, Alya mengerutkan keningnya."Bagaimana dia memikirkanku bukanlah urusanmu."Sambil berbicara, Alya pun memberontak lagi.Dengan tubuh mereka yang saling menempel dan baju mereka yang tipis, saat dia memberontak, Rizki dapat dengan jelas merasakan lekukan tubuh Alya bergesekan dengannya.Raut wajah Rizki berubah, tiba-tiba dia mengencangkan pegangannya pada pergelangan tangan Alya.Ketika tengah memberontak, Alya merasakan sesuatu. Ekspresinya seketika membeku, dia pun mendadak berhenti bergerak.Ada yang terasa tidak beres.Beberapa detik kemudian, pipi putih Alya memerah. Sambil memelototi orang di depannya, dia menggertakkan giginya dan berkata, "
Sebuah tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya.Sentuhan yang tiba-tiba ini menyebabkan Alya berteriak."Ada apa?"Wanita yang berada di luar itu pun mendengar teriakannya. Entah karena curiga atau khawatir, wanita itu mulai memutar-mutar kenop pintu, mencoba untuk masuk.Namun, sebelumnya pintu itu sudah dikunci oleh Rizki. Jadi bagaimanapun dia memutar kenopnya, usahanya sia-sia."Kak, kenapa aku nggak bisa membuka pintu ini? Kamu nggak apa-apa, 'kan? Bisakah kamu berbicara?""Aku nggak apa-apa." Masih terkejut, Alya pun menenangkan dirinya dan berkata, "Barusan aku hanya kehilangan keseimbanganku dan hampir jatuh, sekarang aku nggak apa-apa.""Benarkah?" Wanita itu masih tampak ragu.Dia berdiri di depan pintu ruang ganti, melihat-lihat ke sekelilingnya, lalu menggigit bibirnya.Sebenarnya saat dia sedang ganti baju tadi, entah apakah itu hanya imajinasinya atau tidak, tetapi dia mendengar suara pria dari tempat Alya.Suara pria itu juga sangat mirip dengan suara Rizki.Jadi dia pun ke
"Ada apa?" Felix menoleh.Rizki menatapnya dengan dingin. "Kamu mau ke mana?""Kenapa kamu peduli aku mau ke mana?" Felix tersenyum. "Kudengar pasanganku keseleo di ruang ganti, jadi aku berencana mengeceknya.Mendengar ini, Rizki menyipitkan matanya dengan mengancam.Felix tidak tahu ada apa dengan Rizki. Setelah menjelaskan, dia pun berbalik dan pergi. Ketika dia hendak berjalan ke dalam, langkahnya tiba-tiba terhenti. Dia tertegun di tempat, terbengong menatap Alya yang sudah memakai pakaian berkuda.Dengan menggunakan kombinasi warna merah dan putih, pakaian berkuda wanita ini tampak sangat eleganSetelah mengenakan pakaian berkuda, pinggang Alya yang sudah ramping terlihat diketatkan lagi. Bahunya indah, pinggangnya ramping, rambutnya yang panjang tergerai mencapai pinggangnya.Felix menatapnya dengan takjub.Dia tidak menyangka bahwa Alya, yang mengenakan pakaian berkuda dan menggerai rambutnya, akan terlihat begitu memukau.Jantungnya mulai berdebar tak karuan. Ketika menyadarin
Jangankan Sarah dan Felix.Bahkan para staf pun takut dengan aura yang tiba-tiba memancar dari tubuh Rizki.Nada bicaranya yang dingin seolah-olah mengumumkan awal dari sebuah badai.Selain itu hari ini, tokoh paling berkuasa di arena pacuan ini adalah dia. Tidak ada yang berani menyinggungnya, sehingga tidak ada yang berani campur tangan dengan kejadian ini.Dibandingkan dengan ketakutan orang-orang, Alya yang bersosok ramping berdiri di sana dengan tenang. Dia tampak tak terpengaruh dengan ketidaksenangan Rizki.Bahkan, dia mengerutkan keningnya dan berkata di depan semua orang, "Kamu salah orang. Aku ke sini bersama Pak Felix, aku bukan pasanganmu."Pernyataan ini menyiratkan penolakannya.Semua orang terkejut oleh respons Alya. Mungkin mereka tidak menyangka bahwa Alya akan menolak dan berani menyinggung Rizki seperti ini.Tentu saja, Rizki pun menyipitkan matanya dan menatap Alya dengan mengancam. Pria itu tiba-tiba menggertak kudanya dan menuju ke arah Alya.Melihat ini, Sarah sa
Rizki meliriknya. "Wanita milikmu?"Lirikannya dingin dan tajam, begitu garang hingga bulu kuduk Felix berdiri.Namun, melihat wanita cantik di atas kuda Rizki, dia pun berkata dengan kesal, "Dia orang yang aku bawa, 'kan? Cepat kembalikan dia padaku."Rizki tertawa dingin dan langsung menarik tali kudanya, membawa Alya pergi.Begitu kudanya bergerak, Alya refleks memegangnya dengan erat lagi sambil berkata, "Turunkan aku, Rizki, Rizki!"Semua orang hanya bisa menonton ketika Rizki membawa wanita itu ke titik start. Selama itu, wanita tersebut terus memarahi Rizki. Namun, Rizki tidak hanya tidak bergerak, dia juga tidak marah bahkan ketika Alya mengutuknya di depan semua orang.Melihat pemandangan ini, Felix pun hanya bisa mengutuk.Sepertinya hari ini dia tidak bisa mendapatkan Alya kembali.Felix hanya bisa berbalik dan menatap Sarah yang sedang bengong."Mau naik kudaku?"Sarah tersadar kembali, lalu mengangguk dengan bingung dan mengikuti Felix.Ketika berjalan menghampiri kuda ber
"Jadi? Masih mau bertaruh?""Sial." Felix menggertakkan giginya, lalu melihat Sarah yang berada di depannya. "Bagaimana, kamu bisa? Kita harus mengalahkannya!""Um, aku rasa keselamatan jauh lebih penting?" ujar Sarah.Felix tak bisa berkata-kata.Alya terdiam.Meskipun dia tidak mau berbicara, sejujurnya dia juga merasa bahwa keselamatan itu lebih penting.Seorang staf pun menghampiri mereka dan berkata, "Pak Rizki, Pak Felix, pacuannya akan segera dimulai."Felix menarik tali kudanya dan menggertakkan gigi. "Mulailah, aku nggak percaya aku nggak bisa mengalahkannya!"Masih ada 1 menit sebelum pertandingan dimulai.Staf arena pun mulai menjelaskan peraturannya lagi."Sekali lagi, yang pertama mendapatkan benderanya adalah pemenangnya.""Di titik finish, kami telah menyiapkan hadiah untuk pemenangnya. Semuanya, harap jaga keselamatan kalian. Waktunya akan segera dimulai, sepuluh, sembilan, delapan ...."Alya masih berusaha untuk turun dari kuda.Akan tetapi, sejak Rizki menariknya ke a
Alya terprovokasi olehnya dan berkata, "Memangnya kamu pikir itu mungkin?""Kalau begitu duduk yang benar." Rizki mendekat lagi, seluruh dadanya hampir menempel dengan punggung Alya. Kehangatan tubuhnya dapat terasa dengan jelas. Pria itu pun mendekat dan bibir tipisnya hampir mengenai daun telinga Alya. "Akan kubawa kamu menuju kemenangan."Sesaat kemudian, kuda mereka pun melesat di lintasan yang sudah ditetapkan.Angin dingin berderu kencang, menabrak tubuh dan juga wajah Alya, serta membuat rambutnya berkibar. Beberapa helai rambutnya pun mengenai leher Rizki.Rizki mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu nggak ikat rambutmu?"Alya terdiam.Ha, dia masih berani bertanya?Kalau bukan karena dia yang memasuki ruang ganti, Alya tidak perlu memberontak dan jepit rambutnya tidak akan jatuh dan rusak. Akhirnya jepit rambut itu pun tidak bisa dipakai.Ada dua atau tiga jalan menuju puncak bukit, tiap jalan tidaklah sama.Jadi untuk waktu yang lama, mereka berdua terus memacu kuda mereka tanpa