Rizki meliriknya. "Wanita milikmu?"Lirikannya dingin dan tajam, begitu garang hingga bulu kuduk Felix berdiri.Namun, melihat wanita cantik di atas kuda Rizki, dia pun berkata dengan kesal, "Dia orang yang aku bawa, 'kan? Cepat kembalikan dia padaku."Rizki tertawa dingin dan langsung menarik tali kudanya, membawa Alya pergi.Begitu kudanya bergerak, Alya refleks memegangnya dengan erat lagi sambil berkata, "Turunkan aku, Rizki, Rizki!"Semua orang hanya bisa menonton ketika Rizki membawa wanita itu ke titik start. Selama itu, wanita tersebut terus memarahi Rizki. Namun, Rizki tidak hanya tidak bergerak, dia juga tidak marah bahkan ketika Alya mengutuknya di depan semua orang.Melihat pemandangan ini, Felix pun hanya bisa mengutuk.Sepertinya hari ini dia tidak bisa mendapatkan Alya kembali.Felix hanya bisa berbalik dan menatap Sarah yang sedang bengong."Mau naik kudaku?"Sarah tersadar kembali, lalu mengangguk dengan bingung dan mengikuti Felix.Ketika berjalan menghampiri kuda ber
"Jadi? Masih mau bertaruh?""Sial." Felix menggertakkan giginya, lalu melihat Sarah yang berada di depannya. "Bagaimana, kamu bisa? Kita harus mengalahkannya!""Um, aku rasa keselamatan jauh lebih penting?" ujar Sarah.Felix tak bisa berkata-kata.Alya terdiam.Meskipun dia tidak mau berbicara, sejujurnya dia juga merasa bahwa keselamatan itu lebih penting.Seorang staf pun menghampiri mereka dan berkata, "Pak Rizki, Pak Felix, pacuannya akan segera dimulai."Felix menarik tali kudanya dan menggertakkan gigi. "Mulailah, aku nggak percaya aku nggak bisa mengalahkannya!"Masih ada 1 menit sebelum pertandingan dimulai.Staf arena pun mulai menjelaskan peraturannya lagi."Sekali lagi, yang pertama mendapatkan benderanya adalah pemenangnya.""Di titik finish, kami telah menyiapkan hadiah untuk pemenangnya. Semuanya, harap jaga keselamatan kalian. Waktunya akan segera dimulai, sepuluh, sembilan, delapan ...."Alya masih berusaha untuk turun dari kuda.Akan tetapi, sejak Rizki menariknya ke a
Alya terprovokasi olehnya dan berkata, "Memangnya kamu pikir itu mungkin?""Kalau begitu duduk yang benar." Rizki mendekat lagi, seluruh dadanya hampir menempel dengan punggung Alya. Kehangatan tubuhnya dapat terasa dengan jelas. Pria itu pun mendekat dan bibir tipisnya hampir mengenai daun telinga Alya. "Akan kubawa kamu menuju kemenangan."Sesaat kemudian, kuda mereka pun melesat di lintasan yang sudah ditetapkan.Angin dingin berderu kencang, menabrak tubuh dan juga wajah Alya, serta membuat rambutnya berkibar. Beberapa helai rambutnya pun mengenai leher Rizki.Rizki mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu nggak ikat rambutmu?"Alya terdiam.Ha, dia masih berani bertanya?Kalau bukan karena dia yang memasuki ruang ganti, Alya tidak perlu memberontak dan jepit rambutnya tidak akan jatuh dan rusak. Akhirnya jepit rambut itu pun tidak bisa dipakai.Ada dua atau tiga jalan menuju puncak bukit, tiap jalan tidaklah sama.Jadi untuk waktu yang lama, mereka berdua terus memacu kuda mereka tanpa
Entah berapa lama waktu telah berlalu, angin berembus mengibarkan rambut Alya.Rasa mualnya perlahan mereda. Alya menunduk, melihat lengan yang melingkari pinggangnya."Sudah cukup memeluknya?" tanya Alya dengan dingin.Pria di belakangnya terdiam."Kalau sudah, lepaskan aku. Aku harus turun dan mengambil benderanya."Setelah mengatakan itu, Alya dapat merasakan orang di belakangnya menegang. Tak lama kemudian, orang itu pun melepasnya."Oke, ambil benderanya dulu."Rizki turun dari kuda, lalu mengulurkan tangannya pada Alya untuk membantunya turun.Alya meliriknya, tidak mengambil tangannya dan malah turun sendiri dari kuda tersebut.Tindakannya ini membuat tatapan Rizki menjadi agak dingin.Setelah turun dari kuda, Alya menarik napas dan maju untuk mengambil bendera itu. Dia mengabaikan kotak kecil yang ada di sampingnya, sama sekali tidak tertarik.Tepat ketika dia menegakkan tubuhnya, terdengar Felix yang mengutuk dari kejauhan."Sial. Keterlaluan kamu, Rizki. Kamu benar-benar samp
"Pak Felix, meskipun sangat disayangkan kita nggak bisa berkuda bersama, aku masih berharap kamu dapat memberiku sedikit waktu untuk membicarakan pekerjaan?"Mengingat wajah Rizki yang seperti mayat hidup, tadinya Felix hendak menolak. Namun, begitu melihat senyum manis Alya di depannya, kata-kata yang telah mencapai bibirnya pun berubah. Dia berkata, "Oke, ayo.""Terima kasih."Saat pergi, Alya juga mengajak Sarah.Sarah melambaikan tangannya. "Nggak, pria yang nggak kamu sukai itu adalah incaranku. Aku mau mengambil kesempatan ini."Alya terdiam.Apakah orang-orang ini tidak tahu kalau Rizki sudah bersama Hana? Mereka masih pantang mundur seperti ini?Akan tetapi, Alya tidak terlalu suka menghakimi atau mengomentari kehidupan dan keputusan orang lain. Alya pun memilih untuk menghormati pemikiran wanita ini dan mengangguk."Oke, kalau begitu kami pergi duluan."Dia dan Felix pun pergi bersama.Sambil menuntun kudanya, Felix menghampiri Alya dan menggaruk kepala dengan canggung. "Jalan
Beberapa menit kemudian.Sarah pun duduk di kursi depan. Begitu masuk ke mobil, dia segera menutup pintunya, memasang sabuk pengaman, lalu menunjukkan ekspresi yang seolah-olah mengatakan, 'Kursi ini sekarang adalah milikku, lakukan apa yang kalian mau, pokoknya aku tak akan bertukar tempat.'Sementara itu, setelah keluar dari mobil, Alya berdiri diam untuk sejenak sebelum berkata pada Felix, "Kamu masuk duluan.""Oh."Felix sama sekali tidak keberatan. Lagi pula, mereka semua mau turun dari bukit ini, sekalian saja duduk bersama.Dia pun mendengarkan Alya dan langsung menunduk untuk masuk ke mobil, tetapi dia mendengar Rizki berkata, "Pergi sana."Felix sudah kehabisan kata-kata.Dia membeku dalam posisi itu untuk beberapa saat, kemudian dia mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Alya, "Nona Alya, bagaimana kalau kamu masuk duluan."Melihat tampangnya dan mengingat apa yang terjadi sebelumnya, Alya pun menghela napas dengan tak berdaya di dalam hati. Akhirnya Alya pasrah dan naik ke
Tentu saja, lebih bagus ketika Alya tertidur. Dia jauh lebih penurut.Ketika bangun, dia terlalu sombong dan tak acuh.Mengingat tatapannya yang tak acuh tadi, dada Rizki masih terasa sakit.Sejak mereka berdua bertemu hingga sekarang, mereka jarang memiliki momen hangat seperti ini.Sayangnya, momen ini tidak bertahan lama. Ponsel di dalam saku Alya tiba-tiba berbunyi.Nada dering yang merdu itu pun bergema di dalam mobil yang sunyi, sehingga Alya segera terbangun.Tubuh Rizki tiba-tiba menegang.Tanpa disangka, Alya bahkan tidak membuka matanya. Masih dalam posisi yang sama, Alya mengambil ponselnya dari dalam saku.Karena dekat, Rizki dapat melihat nama pemanggil di layar ponsel Alya. Yang menelepon adalah Irfan.Ekspresinya pun menjadi suram."Halo."Alya mendekatkan ponsel tersebut ke telinganya.Mungkin suaranya terdengar terlalu mengantuk, jadi Irfan di ujung telepon pun terdiam sejenak sebelum bertanya, "Baru bangun tidur? Kamu di mana?""Hmm." Alya masih belum bangun sepenuhny
Mendengar kata-kata "berbagi tempat tidur", Felix dan Sarah yang sedang diam-diam menguping pun terbelalak. Mereka menoleh bersamaan dan memandang kedua orang itu, lalu secara bersamaan berseru, "Berbagi tempat tidur??""Apa maksudnya? Kalian pernah tidur bersama??"Sang sopir juga kaget dan langsung menginjak pedal rem, mengakibatkan mobil itu berdecit dengan kencang.Semua orang menatapnya.Sopir tersebut buru-buru mengambil saputangan dari sakunya untuk mengelap keringat di keningnya, lalu memaksakan sebuah senyum dan berkata, "Sampai, sudah sampai."Mendengar ini, Alya pun menyadari bahwa mobil mereka sudah sampai di arena pacuan.Raut wajahnya berubah, dia segera mendorong Felix.Felix juga segera turun dari mobil.Melihat ini, Alya juga bersiap untuk turun. Namun, dia mendengar suara dingin Rizki dari belakang."Setelah bersandar padaku, kamu akan pergi begitu saja?"Alya tidak bisa berkata-kata.Setelah 5 tahun tidak bertemu, pria ini jauh lebih tak tahu malu dibandingkan sebelu