“Bohong, kamu sama sekali tidak pernah merindukanku. Kamu tidak pernah merindukan kami semua,” ucap Patricia dengan suara pelan. Dia sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi setelah beberapa tahun.“Aku sungguh merindukanmu, kupikir kau dan yang lainnya sedang marah padaku lalu pergi berlibur. Makanya aku membiarkan kalian pergi. Bagaimana kabar kalian semua? Dimana sekarang kalian tinggal? Biarkan aku tahu kabar kalian, terutama Amber,” ujarnya sambil mendekat.“Stop, jangan mendekat lagi! Aku sudah muak dengan semua kebohongan yang kamu ucapkan. Anggap saja kita tidak pernah saling kenal. Aku bahkan sudah tidak sudi mengakuimu lagi,” balas Patricia dengan menahan marahnya.“Patricia, ada apa? Apa ada sesuatu antara kau dengan dia?” Sean datang mendekat dan berdiri di samping Patricia. Dia sedikit menarik Patricia kebelakang karena tepat di bawah kaki Patricia ada pecahan beling dari gelas yang terjatuh.“Tidak ada, aku sama sekali tidak mengenalnya. Maaf Tuan, anda se
“Akhirnya aku bisa makan dengan benar. Jujur saja, makan kue atau cemilan yang porsinya tidak seberapa itu sama sekali tidak membuatku kenyang. Kamu yang bayar semuanya bukan?” tanya Patricia begitu tahu Sean membawanya ke sebuah restoran.“Memangnya kau sanggup membayar satu jenis makanan di sini? Mungkin kau hanya sanggup membayar minuman saja,” celoteh Sean.“Hei, aku tidak membawa uang banyak saat kamu memaksaku ikut denganmu. Pokoknya kamu yang membayar semuanya karena kamu yang mengajak dan memaksaku untuk ikut!” balas Patricia. Dia sudah mengganti sepatu heels dengan sepatu converse miliknya, jadi bisa berjalan lebih nyaman dan leluasa. Namun, pakaiannya masih tetap dress yang berwarna biru karena Sean tidak mengizinkannya ganti pakaian.“Sudahlah masuk saja, kau terlalu banyak bicara.” Sean berjalan lebih dulu. Setelah masuk, mereka diantar oleh waiters menuju ruangan VIP. Patricia sibuk melihat-lihat interior restoran ini yang lebih terkesan elegan dan minimalis daripada mewa
“Sean, maafkan aku. Sepertinya kita tidak bisa membicarakan kerja sama bisnis kita sekarang, aku tidak sudah tidak ingin membicarakannya lagi. Situasinya sekarang seperti ini…” keluh Darren. “Kita sudahi saja pertemuan hari ini, aku akan meminta asistenku untuk mengatur ulang jadwal pertemuan kita.”“Bukan tentang bisnis, ini tentang Patricia,” sahut Sean.“Oh, apa dia pernah menceritakan masalah keluarga padamu? Itu tidak seperti yang dia ceritakan, sama sekali tidak benar. Aku bukan seorang yang seperti itu,” bantah Darren. Dia mencoba meyakinkan Sean dengan menceritakan versi dirinya.“Aku tidak peduli dan tidak mau tahu masalah keluarga kalian. Melihat kalian saja aku sudah tahu.”“Memangnya kamu tahu apa tentang kami? Jangan bicara seolah kamu tahu segalanya Sean, itu sangat tidak baik untuk citra dirimu,” tutur Rachel yang mencoba membela kekasihnya.“Sepertinya kau sudah ikut campur terlalu jauh Rachel. Tak perlu memikirkan citra diriku, pikirkan saja dirimu sendiri seperti apa
“Sean sialan! Bagaimana bisa dia meninggalkanku sendirian di hotel, sedangkan pihak hotel menahanku sendiri di sini,” gerutu Patricia sambil berjalan bolak-balik di lobi hotel menunggu orang suruhan Sean datang menjemputnya. Sean dengan sengaja meninggalkan Patricia di hotel dengan belum membayar fasilitas menginap dan makan selama dua hari. Uang yang Patricia gunakan untuk membayar juga kurang sedikit sehingga dia kebingungan harus mencari siapa untuk menolong dirinya sendiri. Patricia terus menelepon Sean tapi sama sekali tidak diangkat, malah sekarang Sean tampak mematikan teleponnya. “Apa anda sudah bisa menghubungi kerabat anda, Nona?” tanya seorang resepsionis pada Patricia. Tatapan sejak tadi tidak pernah lepas menatap dirinya, seolah takut Patricia tiba-tiba kabur tanpa membayar. “Sebentar, aku masih mencoba menghubunginya. Tenang saja, aku tidak akan pergi tanpa membayar dulu,” imbuh Patricia. Dia merasa sangat malu karena tatapan mereka yang seperti ‘jika tidak punya uang
“Sean sialan! Bagaimana bisa dia meninggalkanku sendirian di hotel, sedangkan pihak hotel menahanku sendiri di sini,” gerutu Patricia sambil berjalan bolak-balik di lobi hotel menunggu orang suruhan Sean datang menjemputnya. Sean dengan sengaja meninggalkan Patricia di hotel dengan belum membayar fasilitas menginap dan makan selama dua hari. Uang yang Patricia gunakan untuk membayar juga kurang sedikit sehingga dia kebingungan harus mencari siapa untuk menolong dirinya sendiri. Patricia terus menelepon Sean tapi sama sekali tidak diangkat, malah sekarang Sean tampak mematikan teleponnya. “Apa anda sudah bisa menghubungi kerabat anda, Nona?” tanya seorang resepsionis pada Patricia. Tatapan sejak tadi tidak pernah lepas menatap dirinya, seolah takut Patricia tiba-tiba kabur tanpa membayar. “Sebentar, aku masih mencoba menghubunginya. Tenang saja, aku tidak akan pergi tanpa membayar dulu,” imbuh Patricia. Dia merasa sangat malu karena tatapan mereka yang seperti ‘jika tidak punya uang
“Tidak kusangka kau sudah menjadi asisten pribadi Sean Fernandes. Apa yang kamu lakukan padanya sampai dia menjadikanmu asisten pribadinya?” tanyanya langsung begitu kami berdua sudah berada di ujung koridor yang jauh dari lalu lalang orang lain.“Apa maksudmu?”“Bagaimana bisa kamu tiba-tiba saja menjadi asisten pribadinya dengan pengalaman kerjamu yang baru beberapa tahun itu? Bagaimana caramu merayu dan menggodanya?”“Julia! Aku tidak seperti itu, kenapa kamu bicara seperti itu padaku?” Patricia sama sekali tidak mengerti kenapa Julia menjadi seperti itu padanya.“Kamu bertingkah seolah tidak membutuhkan lelaki disisimu, tapi diam-diam menarik mereka dalam genggamanmu. Hebat sekali, aku benar-benar tidak menyangka,” Julia tersenyum menyebalkan pada Patricia.“Apa maksudmu Julia? Kamu tahu aku tidak tertarik pada lelaki untuk saat ini, kamu tahu kondisiku dengan baik. Kencan bukan prioritasku sekarang,” balas Patricia. Dia sedikit sakit hati ketika Julia mengatakan hal seperti itu p
“Kenapa kamu membawaku ke tempat ini?” Patricia merengut ketika Sean ternyata membawanya ke klub malam. Patricia pikir akan ada satu pekerjaan lagi yang harus dia selesaikan mala mini, ternyata pria ini hanya ingin bersenang-senang saja.“Aku lebih baik pulang dan beristirahat dari pada berada di tempat ini. Kamu tahu aku sama sekali belum pulang dan masih membawa koper kemana pun aku pergi.”“Tidak, kau tetap di sini denganku!” Sean memegang erat tangan Patricia dan membawanya masuk lebih dalam ke dalam klub malam itu.“Aku ingin pulang saja!” sekeras apa pun Patricia menolak, Sean tetap menyeretnya kesana kemari.“Ikut denganku. Kau juga harus menjagaku,” imbuh Sean.“Menjagamu? Aku bukan seorang bodyguard, bagaimana bisa aku harus menjagamu,” keluh Patricia sambil mengerutkan keningnya.“Cih, untuk apa aku menyewa bodyguard seperti itu. Aku hanya butuh kau untuk mengusir para wanita yang selalu mengerubungiku. Mereka selalu menggangguku untuk bersenang-senang,” jawab Sean.“Itu buk
“Sejak tadi kalian hanya mengomentari penampilan dan fisik orang lain saja, apa tidak ada hal lain yang bisa kalian banggakan? Atau hanya itu yang satu-satunya yang kalian punya? Haha… kasihan sekali,” balas Patricia tidak mau kalah.Bagaimana tidak, sejak tadi para wanita ini hanya membanggakan penampilan mereka yang glamor dan barang-barang bermerek yang mereka pakai di tubuh. Lalu mereka membandingkan semua yang mereka pakai itu denganku, tentu saja sangat tidak seimbang. Patricia yakin wanita-wanita ini hanya memanfaatkan lelaki untuk kesenangan mereka saja, tidak lebih dari itu.“Apa maksudmu, sialan? Jika dibandingkan dengan kami, kau itu terlihat seperti seorang pengemis di sini.”“Lebih baik kau segera keluar sebelum kami mempermalukanmu lebih jauh. Yah, itu pun kalau kau masih punya malu berada di sini dengan pakaian gelandangan seperti itu.” Mereka tertawa terbahak-bahak dengan cukup keras.“Maaf sekali, aku tidak bisa keluar dari sini karena bossku masih ada di tempat ini.