David segera membawa Hadi ke rumah sakit untuk mendapat perawatan dokter. Hari itu juga, seluruh saudara dan keluarga Sandra mengadakan pertemuan penting. Mereka semua merasa terkejut, karena Sandra telah berhasil menipu mereka dan merencanakan perbuatan sejahat itu. "Mama gak percaya kalau Sandra bisa berbuat sejahat itu, Nak. Dulu dia orang yang baik," kata Mama David dalam perjalanan ke rumah. "Iya, Ma. Secepat itu manusia bisa berubah, ya. Dulu aku juga mengenal Om Hadi sebagai orang yang baik. Aku gak menyangka Om Hadi bisa meninggalkan istri dan anak-anaknya demi wanita lain," ujar David sambil mengemudi. Mama David bertanya, "Apa kamu sudah memberi tahu keluarga Mario?" "Ah, hampir saja aku lupa. Aku hubungi Riana dulu, Ma," kata David. David mengambil ponselnya dari dalam saku dan menelepon Riana. "Halo, Ria. Aku punya kejutan untukmu. Besok pagi aku jemput, ya," kata David. David tersenyum membayangkan reaksi Riana saat menerima kabar yang akan ia sampaikan. ***Keeso
Hadi diijinkan pulang ke rumah dan menjalani rawat jalan. Riana berusaha membujuk ibunya untuk mengijinkan ayahnya tinggal di rumah untuk sementara, tapi Hana tidak menanggapinya. Siang itu Riana menjemput ayahnya sendirian di rumah sakit. Ternyata Hadi sudah meminta pengacaranya untuk mencari sebuah panti jompo. Sebenarnya Hadi bisa saja membeli rumah sendiri dan mencari asisten rumah tangga.Namun Hadi sengaja mencari sebuah tempat yang menampung beberapa orang lanjut usia. Ia sadar, sendiri di masa tua seperti ini adalah hukuman bagi kesalahannya di masa lalu. Penyesalan yang mungkin akan tersisa sampai akhir hidupnya nanti. Secara rutin Riana mengunjungi Hadi, menemani berbincang, bercerita, dan menyuapi ayahnya. Itu merupakan satu hal yang bisa menghibur dan menguatkan Hadi. Kondisi Hadi kini mulai membaik dan stabil. Ia juga cukup menikmati waktu dengan beraktivitas dan berkomunikasi dengan penghuni lainnya. Beberapa penghuni yang menderita stroke atau tidak bisa berbicara de
Sejak pertemuan itu, Hana mencoba tetap berhubungan baik dengan mantan suaminya. Satu kali dalam sebulan, Hana menemui Hadi dan membawakan makanan atau buah untuknya. Tanpa terasa Riana telah lulus SMA. Hari itu setelah acara kelulusan, Riana mengajak Mario dan ibunya ke panti jompo. Hadi mengusap air mata haru yang mengalir di pipinya, ia melihat putrinya telah tumbuh dewasa. David juga menyempatkan diri untuk pulang dari luar kota, demi menemani dan merayakan hari bahagia kekasihnya tersebut. Hana tersenyum melihat Riana sangat bahagia. Beberapa kali Riana mengajak semuanya untuk berfoto bersama. Hana juga merasa bahagia melihat keluarga mereka seakan kembali utuh walau hanya untuk sesaat. Sampai saat ini, Hana masih merasakan cinta pada Hadi. Namun rasa cinta itulah yang membuatnya merasakan sakitnya luka dan pengkhianatan itu. Jika persoalan rumah tangga yang harus dihadapi adalah ekonomi atau hal lain, mungkin dirinya akan bertahan. "Ayah, doakan aku, ya. Aku akan kuliah di
Riana sudah mulai kuliah di sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Hadi melalui pengacaranya membiayai kuliah Riana dan menyediakan semua keperluannya sampai lulus. Hadi juga mengembalikan rumah yang dulunya dihuni oleh Hana. Di rumah itu, Hana memulai kembali kehidupannya dengan lebih tenang. Jadi juga memberi modal untuk Hana, agar bisa mengembangkan usahanya. Walaupun Hana belum bisa menerima kembali Hadi sebagai suaminya dan mencintai dia seperti dulu, tapi ia secara rutin mengunjungi Hadi di panti jompo. Itu membuat Hadi merasa sangat bersyukur, karena setelah Riana pergi ke luar kota untuk melanjutkan pendidikan, tentu ia merasa sendiri dan kesepian. Hana dan Hadi berusaha menjalin hubungan baik seperti dua orang sahabat. Seperti pagi itu, Hana datang ke panti dan membawa makanan kesukaan Hadi. Ia meluangkan waktu untuk makan siang bersama dengan Hadi. Hana membuka kotak makan yang dibawanya dan meletakkannya di meja. Hadi mengamati makanan yang tersaji di hadapannya. Menu yang
Hana berusaha mengalihkan pikirannya dari paket menyeramkan malam itu. Setiap kali mengingat hal itu, Hana sangat cemas dengan keadaan Mario dan Riana yang jauh darinya. Ia hanya bisa terus berdoa, memohon pada Tuhan untuk keselamatan kedua anaknya. Pagi itu, Hana bersiap berangkat ke butik seperti biasa. Ia juga akan meminta karyawan butiknya untuk lebih waspada dan memperketat keamanan. "Ibu sudah siap?" tanya Pak Asep, sopir pribadi Hana. "Sudah, Pak. Tolong bawa kardus dan barang-barang ini ke mobil!"Pak Asep membawa kardus berukuran sedang berisi buku gambar desain dan beberapa paper bag berisi perlengkapan menjahitnya.Hana menuju ke mobil sambil membawa tas di tangannya. Ia membuka pintu belakang mobil dan duduk, sambil menunggu Pak Asep memasukkan semua barang ke bagasi. Pak Asep masuk ke dalam mobil dan mulai mengemudikan mobil itu menuju ke butik. Jarak dari rumah ke butik itu hanya sekitar dua kilometer. Hadi melalui pengacaranya telah membeli ruko tiga pintu yang berl
"Jadi mereka selamat? Kalian bodoh!" rutuk seorang pria muda yang sedang menerima kabar melalui ponselnya. "Maaf, Pak. Kami sudah memastikan rem mobil itu tidak berfungsi. Mereka menabrak sebuah pohon dan mengalami luka-luka. Nyonya Hana dan sopirnya masih dirawat di rumah sakit," jawab pria suruhannya. "Kalian bodoh! Seharusnya mereka mati dalam kecelakaan itu!"Richard memutuskan pembicaraan itu sepihak, lalu melemparkan ponsel itu ke atas tempat tidur. Ia berjalan bolak-balik di dalam kamarnya. Richard Ajisaka, adalah seorang pria muda yang menjadi kekasih gelap Sandra selama ini. Awalnya Richard menganggap wanita yang usianya beberapa tahun lebih tua darinya itu hanya sebagai mesin uangnya. Namun walau tak lagi muda, Sandra adalah seorang wanita yang mempesona dan menggoda. Sandra mampu membuat hati Richard terpaut padanya dan mau menuruti segala perintahnya. Setelah Sandra ditangkap polisi dan dipenjara, dengan terpaksa Richard harus menyembunyikan diri. Ia sempat merasa kece
Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, Hana dan sopirnya diijinkan untuk pulang ke rumah. Mario yang mengemudi mobil untuk menjemput Hana dari rumah sakit."Bu, apa masih ada yang terasa sakit?" tanya Riana."Ibu baik-baik saja, Nak. Gak ada yang sakit," jawab Hana."Tapi Ria sangat cemas dan takut kejadian buruk ini akan terulang, Bu. Apalagi Ibu menerima teror paket misterius kemarin. Apa yang harus kita perbuat, Mas?" tanya Riana pada Mario."Aku juga belum bisa berpikir dengan jernih. Aku dan David sudah menyelidiki siapa yang melakukan semua ini, tapi kami belum menemukan titik terang," jawab Mario."Jahat sekali orang itu, aku sempat berpikir bahwa Tante Sandra pelakunya, tapi dia ada di rumah sakit jiwa dan mendapat penjagaan ketat." Riana berpikir keras."Ibu juga berpikir seperti itu, Nak. Kalian harus berhati-hati selama pelakunya belum bisa ditemukan. Selalu waspada dan berdoa, ya," pinta Hana.Riana menggenggam tangan ibunya dan menyandarkan kepala di bahunya. Ia berdoa
Mendengar apa yang telah terjadi pada Riana dan keluarganya, David segera mempercepat rencana kepulangannya."Nak, kenapa pulang mendadak? Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Mama David."Terjadi sesuatu yang buruk pada Riana dan keluarganya, Ma."Mama David terkejut dan tidak menduga apa yang sedang terjadi."David bingung siapa pelakunya, ya Ma?" tanya David."Apa seluruh kejadian yang terjadi pada Riana dan keluarganya itu sesuatu yang disengaja?" Mama David balik bertanya."Mungkin saja, Ma. Mana mungkin semuanya hanya kebetulan? Semua terjadi begitu cepat dan bertubi-tubi.""Apa kamu mencurigai Tante Sandra? Tidak mungkin dia yang melakukannya. Dia masih berada di rumah sakit jiwa itu.""Entahlah Ma. Ya sudah David pergi dulu untuk membantu Mario. Doakan agar semua kejadian ini bisa terbongkar dengan jelas dan pelakunya dapat ditangkap.""Berjanjilah untuk hati-hati, Nak!"David langsung menemui Riana dan Mario. Siang itu Riana dan Mario ada di rumah mereka. Mereka sedang melihat