Puluhan pasang mata menatap Shania dengan penuh emosi hingga membuatnya menciut. Perempuan itu tidak menyangka bahwa hari ini akan menjadi seperti ini. Dia sudah mencari orang profesional untuk mengubah laporan keuangan, tetapi kenapa masih bisa ketahuan?Pasti ulah Rachel!Orang licik ini langsung merebut setengah saham miliknya ketika baru kembali. Sekarang perempuan itu malah memaksa Shania untuk melepaskan jabatannya. Seharusnya hari ini dia yang membuat Rachel mengundurkan diri dari jabatan manajer utama, bukan?Kenapa justru dia yang dipaksa mengundurkan diri? Kenapa orang licik ini terus menyerangnya?Jari Shania bergetar dengan bibir yang mulai memucat. Dengan suara bergetar dia berkata, “Ini laporan palsu yang dibuat oleh Rachel untuk mencelakaiku! Aku nggak melakukan ini semua!”“Karena Shania merasa aku yang sengaja menuduhnya, kita boleh meminta pihak berwajib yang memeriksanya saja,” sahut Rachel tetap dengan senyuman di bibirnya.“Kamu berani telepon pihak berwajib nggak?
Kenapa lelaki itu masih bisa gentayangan ketika sudah pergi dari Suwanda?“Ya sudah, ini saya terima,” sahut Rachel.Ramli tampak tersenyum lega dan berkata, “Bu Rachel, Pak Melvin memang sedikit senang bermain, tetapi dia sangat peduli dengan Ibu. Saya merasa mungkin Ibu boleh mempertimbangkan untuk menjadi kekasihnya.”“Hei, hei, hei, Pak Ramli! Hanya satu proyek saja nggak akan membuatku harus merelakan diriku untuk Melvin ‘kan?!”Lelaki itu terbahak dan berkata, “Ini hanya saran aku saja, terserah kamu mau mendengarkannya atau nggak.”Rachel hanya menyandarkan dagunya tanpa bisa berkata apa pun. Dulu dia memperkenalkan Ramli pada Melvin, karena itu Ramli mendapatkan pengakuan dari para petinggi Bode Group. Perjalanan karirnya dimulai sejak saat itu.Ini juga merupakan salah satu alasan mengapa Ramli bersedia bekerja sama dengan Hutomo Group. Akan tetapi, jika dia tahu dari awal bahwa bunga dari Melvin juga ada di sini, seharusnya dia tidak meminta bantuan Ramli.Ada sepasang mata y
Eddy segera bangkit ketika mendapati Rachel yang melangkah ke arahnya. Dia baru berjalan dua langkah, ponselnya sudah bergetar. Lelaki itu meliriknya sekilas dan membaca tulisan “Mama” di layar ponselnya.Eddy menipiskan bibir yang mirip dengan Ronald tersebut dan menerima panggilan telepon itu. Baru saja dia menggeser tanda hijau di layarnya, detik selanjutnya sebuah suara isakan dan tangisan terdengar.“Eddy, Mama habis sudah! Kali ini Mama benar-benar habis ….”Eddy mengerutkan keningnya dan berkata, “Ma, ada masalah apa? Coba ceritakan dengan perlahan, ini aku dengarin.”“Rachel menjebak Mama dan memaksa Mama untuk mengundurkan diri dari posisi sebagai manajer utama. Selain itu Mama juga nggak boleh ikut dalam Rapat Umum Pemegang Saham lagi,” cerita Shania dengan terisak hebat.“Mama adalah penerus dari Hutomo Group dan merupakan pemegang saham terbesar kedua! Mama nggak terima! Eddy, kamu bantuin Mama, kamu harus bantu Mama!”Lipatan di kening Eddy semakin dalam. “Kenapa bisa terj
Dia seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Rachel mencoba memutar kembali memorinya dan sedetik kemudian dia membuang kembali pemikiran tersebut. Rachel berjongkok untuk merendahkan tubuhnya dan berkata dengan lembut,“Ok, tanya saja.”“Kenapa mau menyerang keluarga Hutomo?”Setiap kata yang terucap dari bibir Eddy terasa bagaikan belati tajam. Pertanyaan tersebut membuat Rachel tercenung di tempatnya. Anak ini merupakan malaikat penolongnya, sehingga ketika Rachel bertemu lagi dengannya membuat dia sangat bahagia.Namun saat ini perasaan bahagianya lenyap tak bersisa. Dia baru menyadari sorot tatapan bola mata anak ini terlihat sangat dingin ketika menatapnya. Mata tersebut tidak sama seperti binar mata milik anak berusia empat tahun.Bibirnya terkatup rapat dan berkata, “Kenapa kamu tahu tentang keluarga Hutomo?”“Shania Hutomo, dia adalah mamaku,” kata Eddy dengan suara datar tetapi terdengar dingin. Dia terlihat cukup tenang ketika mengucapkan kalimat tersebut, tetapi Rachel ju
Setelah berpisah dengan Rachel, Eddy pergi ke rumah sakit. Shania masih terkulai lemas di atas ranjang pasien. Wajahnya terlihat sedikit berbinar ketika melihat Eddy yang baru saja masuk.“Eddy, Mama tahu kamu pasti anak yang paling berbakti. Mama bahagia sekali kamu mau datang ke rumah sakit untuk menjenguk Mama. Hal yang paling beruntung dalam hidup Mama adalah sudah melahirkan anak sepintar dan sebaik kamu.”Dia menarik tangan Eddy dan menggosok telapak tangan kecil itu dengan cukup kuat. Eddy yang merasa tidak biasa dan tidak nyaman langsung menarik tangannya dan berkata, “Ma, Mama nggak perlu mikirin urusan di kantor lagi. Mama rawat diri dengan baik.”“Bagaimana mungkin nggak perlu mikirin?” ujar Vrilla yang duduk di samping ranjang pasien.“Eddy, sekarang mama kamu sudah diusir dari Rapat Pemegang Saham, Rachel akan masuk ke perusahaan dengan lancar. Nggak lama lagi, Hutomo Group akan jatuh ke tangan Rachel. Kalau sampai saat itu tiba, nggak akan ada gunanya lagi kita berbuat ap
Kedua bola mata Shania melebar sambil mengangguk dengan sekuat tenaga. “Mama sangat mencintai Papa kamu dan juga kamu serta Darren. Mama ingin sekali menjadi keluarga kalian semua! Tetapi Papa kamu justru nggak sudi melihat Mama. Mama benar-benar takut dia menikah dengan perempuan lain dan membuat kalian memiliki mama tiri!”“Mama takut nanti mama tiri itu justru menyiksa kalian dan jahat dengan kalian. Dia akan membuat kalian melupakan Mama yang menjadi ibu kandung kalian ….” Kalimat ini merupakan apa yang ada di dalam hati Shania sekarang. Dia menangis sambil mengucapkan kalimat tersebut.“Papa sudah menghabiskan waktu Mama selama lima tahun dan memang itu adalah kesalahan Papa. Hari ini aku akan bicarakan hal ini ke Papa,” ujar Eddy sambil bangkit berdiri dan kembali berkata, “Mama istirahat saja dan tunggu kabar dari aku.”Setelah mengatakan kalimat tersebut, Eddy melangkah keluar dari kamar.Wajah Shania tampak sumringah sambil menggenggam tangan Vrilla dan berkata dengan girang,
Ronald masuk ke rumah dan disambut oleh pelayan dengan mengambil tas kerja milik lelaki itu.“Pak, Den Darren sedang belajar dan Den Eddy baru saja kembali.”Ronald mengangguk sambil mengganti sepatu kerjanya. Meski dia baru saja kembali dari kantor, lelaki itu tetap masih mempunyai segudang kesibukan untuk diselesaikan. Dia membuka pintu dan menemukan sosok Eddy yang duduk di sofa sambil menunggunya.“Pa, ada waktu buat bicara?” tanya Eddy sambil mengangkat wajahnya.“Kamu mau bicara tentang apa?” tanya Ronald.Putra sulungnya ini sangat mirip dengan dirinya. Baru berusia empat tahun, tetapi sudah menjadi seorang pemimpin yang sangat luar biasa. Dia bisa bersikap begitu sabar menghadapi sikap Shania karena perempuan itu telah memberikannya seorang keturunan yang begitu sempurna.“Aku ingin membicarakan tentang Mama.”Ucapan Eddy membuat wajah Ronald berubah menjadi dingin secara mendadak. Dengan jengah dia membuka ikatan dasi di lehernya dan berkata, “Apa yang harus dibicarakan lagi t
Eddy yang ada di samping diam-diam menghela napas lega.***Setelah Rachel menjemput kedua anaknya, dia tiba di depan rumah milik keluarga Winata. Setiap minggu di hari jumat, di rumah keluarga tersebut akan ada acara. Oleh karena itu, Rachel sengaja memilih datang di hari kamis.Hanya ada Rima dan Roy yang ada di rumah. Di meja makan sudah tersusun rapi makan malam mereka hari ini.“Nenek, Om,” sapa Michael yang menggandeng Michelle sambil berjalan masuk.Rima mengelus kepala kedua anak kecil itu dan tersenyum lembut sambil berkata, “Michael makin lama makin ganteng. Michelle juga makin cantik.”“Nenek, jangan terlalu memuji,” ujar Rachel.“Sebenarnya Michael anaknya sangat pemalu, setelah masuk sekolah guru-guru dan orang tua murid selalu memuji dia ganteng. Sekarang dia merasa luar biasa bangga,” kata Rachel lagi.“Ma, aku mana ada bangga!” seru Michael dengan wajah memerah.“Iya, kamu nggak bangga. Kamu hanya narsis saja!” balas Rachel sambil terbahak dan mencubit pipi bocah lelaki