Tak ada hal lain yang terjadi pada Thea selain mimisan, saat di cek seluruh kesehatannya semua tampak normal ... Sepertinya ini hanya reaksi tubuh selepas mengalami stress berat. Dokter telah pergi beberapa saat lalu, hanya menyisakan Thea dan Yohan di dalam ruangan. Thea berbaring di ranjangnya dengan posisi yang hampir duduk sementara Yohan duduk di dekat Thea menggunakan kursi besi yang dapat digeser.Ruangan tampak hening sebelum akhirnya Yohan memulai percakapan, "Hallo ... Thea," ucapnya. Jantungnya berdegup kencang bahkan hanya untuk mengatakan hal itu, untunglah suaranya tidak bergetar sama sekali. Yohan sedikit takut Thea akan histeris karena bertemu dengan orang yang telah membuat hidupnya hancur. Thea menolehkan kepalanya ke arah Yohan, pria yang baru saja ia lihat secara telanjang tadi kini tengah duduk di hadapannya.Jujur Thea tidak merasa takut lagi pada pria di depannya, entah apa yang terjadi mungkin Thea memang sudah terlalu lelah dengan kehidupan
"Apa yang kau tulis sebenarnya?" tanya Yohan setelah bosan menunggu tapi Thea hanya memutar bola matanya. Yohan kemudian merebahkan kepalanya di atas ranjang tempat Thea berbaring, aneh menurutnya. Saat Thea menyentuh rambutnya tadi dia sama sekali tidak merasakan perasaan jijik yang biasa timbul saat orang lain menyentuhnya. Walau tidak sampai pada tahap akut di mana biasanya penderita akan muntah tapi hal ini cukup mengganggu Yohan, perasaan tak nyaman sering menjalar di perutnya sehingga membuat dirinya mual.Yohan memejamkan matanya, berharap dia bisa istirahat untuk sejenak dari banyaknya pekerjaan yang menunggunya. Saat Yohan benar-benar hampir terlelap, tepukan kecil di bahu kirinya berhasil membuatnya terperanjat kaget. Jika saja orang lain yang melakukan hal itu mungkin saja Yohan akan segera mengumpatinya, tapi dia harus bersabar ... Karena di depannya adalah Thea."Apa?" tanyanya dengan mata yang masih sayu. Thea hanya menyodorkan ponsel milik Yohan seba
“Baiklah, apa yang akan kau tawarkan padaku?„Kening Yohan berkerut saat membaca hal itu, bukannya Thea sudah mendengar bahwa Yohan akan memberikan semua hal yang ia inginkan padanya? Yohan berpikir, mungkin saja Thea ingin mengetahui hal spesifik apa yang akan ia berikan kepadanya."Aku sebenarnya akan memberikan apapun yang kau inginkan ... seperti rumah, mobil, perhiasan, pakaian, kehidupan yang jauh lebih mewah dari pada di keluarga Peterpeon ... atau jika kau mau kau mungkin bisa mendapatkan status Nyonya Radcliffe,p" jawab Yohan dengan dengusan geli di akhir kalimatnya. Thea memutar bola matanya malas.“Bagaimana jika aku meminta seluruh saham Radcliffe?„ tulisnya lagi. Yohan mengangkat alis kirinya ke atas."Aku bahkan tidak memiliki seluruh saham Radcliffe, bagaimana caraku bisa memberikanmu seluruh saham itu?" Yohan mulai tertawa, "Tapi jika itu benar-benar suatu hal yang kau inginkan aku akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan sah
"Tenang saja, aku akan segera mencari solusi untukmu," Namun pernyataan Yohan kali ini malah menambah amarah Devan yang sedari tadi berusaha diredam."Hei bajingan, apa maksudmu segera? Aku akan mati karena kelelahan sampai sebelum kata 'segera' itu terwujud!" bentaknya kasar. Tarikan napas berat terdengar di pengeras suara yang berasal dari ponsel Yohan. Yohan menggelengkan kepalanya yang kaku sebentar, kemudian berucap, "Kemari, bawakan aku beberapa setelan pakaian, aku akan tidur di sini malam ini," ujarnya kemudian menerima semangkuk salad yang diberikan oleh penjaga kantin tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Yohan mulai menusuk sayur-sayuran di mangkuk menggunakan garpu, beberapa helai selada ia masukan ke dalam mulut sembari menunggu jawaban dari Devan yang ada di seberang telepon.Bunyi renyah langsung terdengar saat Yohan mulai mengunyah saladnya, cukup lama Yohan menunggu namun masih tidak ada suara yang terdengar dari seberang. Yohan mengerutkan
Yohan berjingkat kaget, seketika tubuhnya merinding saat merasakan tepukan orang asing di bahu kanannya. Segera Yohan memutar tubuhnya untuk membuat tangan lancang yang asal memeganginya itu terlepas. Yohan memandang tajam manusia yang ada di depannya, alisnya berkerut saat mengenali pria remaja yang berdiri di hadapannya. Yohan menghembuskan napas kasar, sensasi merinding masih terasa di sekujur tubuhnya. Namun, Yohan harus mengambil sikap tenang."Apa?" tanyanya dengan nada bicara yang sepenuhnya datar. Remaja laki-laki yang berada di hadapannya tersenyum miring."Aku meminta bayaranku!" jawabnya singkat kemudian melangkahkan satu kakinya mundur. Kening Yohan berkerut, dia ingat dia telah membayar anak di depannya ini. Beberapa saat Yohan berusaha untuk memutar ingatan hingga ia menemukan saat yang dimaksudkan oleh anak yang berada di depannya ini."Saya akan mengirimkannya nanti, lewat rekening bank. Berikan alamat rekening milikmu!" ucap Yoha
Yohan menoleh, ia mendapati Thea tengah memandangnya dengan mata yang sayu. Wajahnya sangat pucat nampak seperti kelelahan ... Yohan yang panik langsung berjalan mendekat ke arah Thea, "Kenapa?" tanyanya kemudian duduk pada kursi di sebelah ranjang Thea. Tangannya bergerak mengelus jari-jemari gadis itu, tetapi itu hanya berlangsung sebentar karena Thea segera menepisnya."Lapar ... " ucapnya mengadu ... bohong, sebenernya dia baru saja mimpi buruk. Namun, ia terlalu malu untuk mengakuinya. Yohan menorehkan senyumnya halus, dengan mata yang mulai memerah karena menahan kantuk pria itu bertanya, "Kau ingin makan sesuatu? aku akan segera membelikannya," Yohan berdiri ... Saat ia akan melangkah ujung bajunya ditarik oleh Thea."Tidak ... Aku tidak ingin makan," jawabnya membuat kening Yohan berkerut. Dia pusing, fajar hampir menyingsing, tapi dia belum mendapatkan tidur sama sekali ... kemudian di sini Thea mengadu lapar, tetapi tak ingin makan. Yohan menarik napas da
Di pintu masuk terlihat Yohan yang tengah menenteng dua buah tas kertas di masing-masing tangannya. Pria itu tersenyum sebentar ke arah Thea, "Lama?" tanyanya ramah. Ia kemudian meletakan tas kertas yang berisikan pakaian gantinya ke dalam lemari khusus di ruangan ini, pria itu segera berjalan ke arah dapur pribadi untuk menghangatkan susu. Harap maklum, ini ruang VIP...Lama Thea menunggu hingga akhirnya yohan kembali datang bersama segelas susu di tangannya. Pria itu membangunkan Raka yang tengah tertidur pulas bersandar pada ranjang Thea, kemudian memintanya untuk berpindah posisi agar tidur di sofa. Tanpa perlawanan Raka langsung pergi merebahkan tubuhnya yang terasa amat sangat kaku ke atas sofa.Yohan yang melihat hal itu meringis ngilu, hidup anak laki-laki itu terlalu berat baginya yang sedari lahir sudah dihujani emas.Begitu Thea menghabiskan susu yang dibawakan oleh Yohan, ia merasakan sensasi aneh dalam dirinya. Entahlah tiba-tiba Thea ingin me
"Pulang kemana?" Akhirnya kata itu terucap dari mulutnya setelah beberapa saat. Alis Yohan tersangka ke atas, dia memandang aneh wanita di depannya."Ke rumahku lah, kemana lagi?" ucapnya bingung. Lalu tanpa menunggu lagi dia segera berjalan keluar ruangan dengan menenteng sebuah tas kecil yang berisikan keperluannya sendiri. Thea yang melihat hal itu lantas berjalan mengikuti Yohan di belakangnya."Bisa mampir ke rumahku sebentar?" tanya Thea. Yohan lantas menghentikan langkahnya membuat Thea yang tidak siap akan hal itu menabrak punggung tengapnya. Pria itu menoleh ke belakang mendapati Thea yang sedang mengelus dahinya sendiri."Ngapain?" tanyanya bingung, satu alisnya terangkat ke atas. Gadis itu mendongakkan kepalanya ia bersusah payah menelan ludahnya saat bertatap mata secara langsung dengan Yohan."Ambil gawai," jawab Thea kemudian kembali menundukkan pandangannya. Yohan mengangguk sebagai tanda persetujuan, walaupun hal itu tak mungkin da