Saat terbangun, Kayla merasakan pusing di kepalanya. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul dua belas siang, ternyata Ia lama juga tidur. Kayla lalu bangun menjadi duduk sambil menyenderkan punggungnya. "Astaga mataku sampai bengkak," ringisnya melihat bayangan wajah sendiri di cermin. Bagaimana tidak bengkak jika terus menangis, bahkan dari semalam pun tidak berhenti. Sepertinya baru kali ini Kayla menangis karena cinta, kalau di bandingkan dengan saat bersama Abimanyu tentu tidak ada bandingannya. "Adrian dimana yah?" tanyanya seorang diri, "Huh kenapa juga aku memikirkan dia?"Seharusnya kan Kayla bersikap acuh dan tidak peduli, Ia akan bersikap dingin menghadapi pria itu nanti. Kayla keluar kamarnya sambil memperhatikan rumahnya yang sepi, berharap di dalam hati semoga tidak bertemu dulu dengan Adrian. "Kamu dari mana saja?"Perlahan Kayla menoleh ke asal suara, terlihat Ibunya yang baru keluar kamar. Kayla berusaha mengabaikan dan melanjutkan langkahnya menuju dap
"Kamu kenapa di luar? Ayo masuk, waktunya makan."Kayla hanya menoleh sekilas melihat Ibunya itu, tanpa berniat mendengarkan perintahnya. Entah sudah berapa lama Kayla duduk di bangku depan rumahnya, Ia hanya menunggu seseorang. "Memangnya Adrian gak ngabarin ke kamu dia kemana?" tanya Ibunya yang duduk si sebelahnya. "Enggak.""Ya sudah, kamu aja kalau gitu yang hubungi dia.""Gak mau.""Kenapa?"Tentu saja Kayla gengsi jika harus menghubungi Adrian lebih dulu, nanti terkesan khawatir dan takut ditinggalkan. Bukankah laki-laki itu yang seharusnya lebih peka? Bukan dirinya. Kayla ingin dihubungi duluan. "Nanti juga Adrian pasti pulang, percaya sama Ibu.""Hm.""Kamu dari kemarin cuek banget sama Ibu, masih marah ya?""Enggak tuh! ""Masa? Terus kenapa nada bicaranya ketus gitu?""Biasa aja."Hana menghela nafasnya sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap putrinya. Ia tahu Kayla pasti sedikit marah kepadanya karena meminta berpisah dengan suaminya itu. Tetapi Hana juga kan m
Walaupun kamar yang Adrian tempati sangat bagus dan nyaman, tapi tidak membuat pria itu dengan mudah terlelap tidur. Setiap memejamkan mata, yang selalu dipikirkannya adalah Kayla. Kira-kira istrinya menunggunya tidak ya? "Aku gak ngabarin apapun ke Kayla, semoga dia gak nungguin aku."Adrian tidak mau terlalu percaya diri menganggap Kayla sedang menunggunya pulang. Toh Ia kan sudah membuat perempuan itu menangis karena mereka akan berpisah. Tetapi semoga saja Kayla itu tidak sampai ke tahap benci kepadanya. "Padahal nanti juga kita akan bersama lagi, tapi kenapa Kayla tidak mau berpisah sebentar ya?" gumam Adrian, "Seharusnya kan aku yang khawatir jika dia ke lain hati."Melihat waktu yang sudah menunjukan pukul dua belas malam, membuat Adrian memaksakan diri untuk tidur. Awalnya cukup sulit, tapi akhirnya Ia bisa juga terlelap. Di besok paginya pukul tujuh an, Adrian baru bangun. "Hoam enak juga tidur di sini," ucap Adrian sambil menguap lebar. Adrian memang masih mengantuk, tap
"Terima kasih kepada semuanya yang sudah berkumpul di sini, menyisihkan pekerjaannya sejenak," ucap Agung membuka pertemuan. Beberapa pria paruh baya yang berada di ruangan itu mengangguk pelan sambil tersenyum. Tentu mereka akan selalu menuruti perintah dari atasannya itu, sepertinya pertemuan tiba-tiba ini pun penting. "Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian, di luar tentang pekerjaan."Terlihat kebingungan dari mereka semua yang berkumpul di sana, jika di luar pekerjaan lalu apa? Tetapi ada juga beberapa yang bisa menyimpulkan saat melihat seorang pria muda yang duduk bersebelahan dengan Agung. Dari tadi dibuat bingung, Kira-kira siapa pria muda itu? "Adrian, ayo kenalkan diri kamu," perintah Agung. Adrian mengangguk lalu berdiri dari duduknya sambil sedikit merapihkan jas. Ia berdehem pelan menghilangkan gugup, kini dirinya lah yang menjadi pusat perhatian di ruangan itu. Adrian harus bersikap tenang dan profesional. "Perkenalkan nama saya Adrian Bagaskoro, mohon
Memasuki kontrakannya yang sepi, membuat Kayla menghela nafas berat. Padahal Ia sempat menduga jika Adrian ada di sini, membuatnya memutuskan pulang dari rumah Ibunya. Tetapi ternyata harapannya terlalu tinggi. "Dia sebenarnya dimana sih?" tanya Kayla kesal sendiri. Tidak ada kabar juga dari Adrian, sekedar pesan ataupun telpon, membuat Kayla frustasi. Kayla juga tidak mau menghubungi pria itu duluan, Ia terlalu gengsi. Lagi pula yang seharusnya minta maaf kan Adrian. "Apa ini?" tanya Kayla melihat sesuatu di atas ranjang. Ia pun duduk di sana sambil membaca tulisan di kertas itu. [Ini adalah keputusan yang berat untuk kita berdua, tapi percayalah hanya sebentar saja. Tunggu aku ya, kita pasti akan bersama lagi. Terima kasih untuk semuanya, bertemu dengan kamu adalah takdir terindah yang pernah aku temui. Percayalah Kay, aku pergi bukan karena tidak mau memperjuangkan cinta kita. Aku akan kembali, semoga hati kamu masih tetap untuk aku. Aku mencintaimu.]Perlahan kedua mata Kayla
Sudah sepekan lamanya Kayla menjalani hari sendirian, tidak ada lagi ada Adrian di sampingnya. Surat gugatan cerai yang pria itu berikan pun sudah di proses, sebentar lagi Ia dan Adrian benar-benar akan berpisah. "Terima kasih banyak Pak karena saya sudah diberikan kesempatan untuk bekerja di sini. Saya akan bekerja dengan baik dan rajin," ucap Kayla semangat. "Sama-sama, apalagi pengalaman kerja kamu sangat bagus. Semoga betah ya bekerja di sini.""Iya."Setelah melamar bekerja ke berbagai tempat, Kayla memutuskan bekerja di sebuah perusahaan terkenal di Jakarta. Ia terbilang cukup mudah diterima, bahkan lamaran pekerjaannya pun diterima semua. Tetapi Kayla tentu harus memilih-milih mana yang paling terbaik. "Besok mulai kerja lagi, ayo semangat Kayla," gumamnya. Saat sedang asik menyemil jajanannya, perhatian Kayla teralih mendengar nada pemberitahuan penting di ponselnya. Itu dari bank yang memberitahu jika ada uang masuk ke kartu ATM nya senilai lima juta rupiah. "Ini pasti d
Adrian menatap laut lepas di depannya, terkadang matanya terpejam menikmati angin bersepoy dan juga pemandangan tenang itu. Saat sendiri seperti ini, Ia selalu memikirkan Kayla. Sungguh sangat merindukannya. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini lagi, bagaimana bisa kebetulan seperti ini ya?"Suara lembut itu, membuat Adrian menoleh dan baru menyadari kehadiran perempuan lain. Adrian hanya tersenyum tipis lalu kembali menatap ke depan. Untuk beberapa saat, keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. "Kenapa pindah?" tanya Adrian. "Aku ingin mencoba melamar di perusahaan Kapal Pesiar ini, tapi ternyata malah bertemu kamu. Sudah lama bekerja di sini?" tanya perempuan itu balik. "Belum, ini baru bergabung.""Aku dengar kamu cucu Pak Agung Bagaskoro. Benar-benar sangat tidak terduga, ternyata kamu dari keluarga berada.""Kami juga baru bertemu, aku juga masih tidak menyangka punya Kakek sesukses dia.""Ternyata keputusan aku pindah kerja kesini benar, karena kita bisa kete
"Hah akhirnya selesai juga," desah Kayla sambil meregangkan badannya yang pegal. Perempuan itu melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukan pukul tujuh malam. Ia lembur beberapa jam, tapi untungnya tidak sampai larut malam juga. Kayla beranjak untuk bersiap pulang, membereskan barang-barangnya. "Loh Kayla, kamu belum pulang?" tanya salah satu atasannya. "Belum Pak, pekerjaannya baru selesai tadi.""Kalau ada kesulitan, jangan sungkan bertanya pada saya. Mungkin saya bisa bantu."Kayla menggeleng pelan, "Tidak perlu Pak, saya masih bisa kok.""Kamu memang pintar."Keduanya turun ke lantai bawah bersama, hanya mereka saja yang berada di lift itu. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kayla memilih memainkan ponselnya dan melihat media sosialnya. "Kamu pulang sendiri?" tanya atasannya itu yang bernama Gavin. "Iya Pak, saya pulang biasa naik ojek online saja," jawab Kayla. "Sudah malam, mau saya antar pulang?""Tidak perlu Pak, saya pulang sendiri saja," tolak nya. "Kamu selalu