Share

Malika

Sepia masih duduk di samping Malika yang masih terbaring. Sudah hampir satu jam, tetapi Malika masih terlelap dalam tidur yang entah memiliki mimpi atau tidak. Ada rasa bersalah yang menyeruak dalam diri Sepia perihal sikapnya terhadap Panji yang selama ini selalu cenderung menghindar dan menjauh. Padahal Panji selalu membantunya, tetapi Sepia selalu memberi jarak seolah Panji tetap orang bersalah yang telah membuatnya menjadi sangat sedih.

“Aku mau keluar sebentar, ya,” kata Panji sambil beranjak dari duduknya. “Tidak akan lama, kok.”

“Iya, tenang saja aku akan menemani Malika, tidak akan kemana-mana,” sahut Sepia.

Ruangan kembali hening ketika Panji meninggalkan ruangan itu. Terbayang oleh Sepia bagaimana letihnya Panji membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus adiknya seorang diri. Pantas saja Panji sering terlambat datang ke tempat kerja, ternyata alasannya adalah Malika.

Sepia kembali menatap wajah Malika. “Hai, Malika. Kata Kakakmu, kamu sangat ingin bertemu denganku, ya? Seka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status