Share

Sosok Pemuda Asing

Pov Author

Sepuluh tahun kemudian

Liana baru meninggalkan meja kerjanya saat telepon di mejanya berdering. Gadis itu mengerutkan dahi seraya mendecap. "Siapa, si? Baru juga mau pulang," ucapnya seraya kembali duduk. Sambil memasang raut wajah kesal ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

"Hallo, selamat sore, dengan pengacara Liana. Ada yang bisa dibantu?"

Meski kesal, tapi ia tetap bersuara ramah. Maklum saja, jika ia ketus sudah pasti jasanya sebagai pengacara akan tidak terpakai. Bisa dimarahi oleh Ibu dan Opungnya dia nanti.

"Kak, udah mau pulang belum?" ucap Riana di ujung telepon.

"Oh, Ibu. Kirain siapa? Kok, nggak ke hp kakak aja, Bu?"

"Udah, Sayang. Udah ratusan kali," kata Riana sambil melebih-lebihkan. "Coba itu kenapa hp kamu susah banget dihubungin?"

Liana menjauhkan gagang telepon lalu merogoh ke dalam tas tangan bucherrynya. Setelahnya ia kembali bicara pada Riana.

"Ya Ampun, pantesan aja wong hapenya mati, Bu."

"Tuh, kan. Kakak mah kebiasaan. Suka banget lupa ng
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status