Share

Nomor Tak Dikenal

Tangisku kian lama makin pecah. Makin lama oksigen makin sulit masuk ke dalam paru-paruku.

"Ri, Riana! Kamu kenapa?" Suara Rafif terdengar tepat di telingaku. Cengkeraman kuat di kedua bahuku sontak membuat kesadaranku kembali.

"Sayang, kamu mimpi?"

"Mas dari mana? Aku kira kamu pergi ninggalin aku," ucapku masih dengan air mata bercucuran. Tangisku pun kulanjutkan di atas dadanya.

"Ngomong apa si kamu? Siapa yang mau ninggalin kamu?" Dia tertawa. "Lagian kamu kenapa? Mimpi buruk?"

Aku mengangguk berkali-kali seraya memeluk erat tubuhnya.

"Maafin aku, Mas. Maaf. Aku nggak nyangka kalau kamu bakal marah banget. Maaf, Mas."

Rafif menarik napas dalam. Sontak, perasaanku langsung lega saat ia membalas pelukanku. Meski ia tidak mengatakan apa pun, aku yakin kalau dia sudah memaafkanku.

"Ya sudah, sekarang kamu solat dulu." Rafif menyeka kedua sudut mataku dengan ibu jarinya.

"Mas udah solat?"

"Udah, ni baru pulang dari masjid."

"Tadi aku habis tahajud rencana pengen nunggu Subuh sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status