Share

Penolakan Damar

"Kakak?" ucapku terkejut seraya berdiri memandangi Liana. Ia sontak menjauh. Lalu dengan wajah tegang ia kembali menatapku.

"Coba Ibu bilang terus terang sama Liana. Apa benar dulu Ibu pernah punya hubungan sama Damar?"

Aku menggeleng cepat. "Bukan seperti itu ceritanya. sini duduk dulu. Kamu nggak boleh emosi gitu, dong." Untungnya gadis kecil itu menurut. Meski usianya sudah hampir kepala 3 tapi di mataku tetap saja dia seorang gadis

Rafif yang masih belum selesai makan memilih diam. Mungkin ia merasa jika aku pasti bisa menyelesaikan masalahku dengan Liana tanpa campur tangannya. Padahal aku sangat ingin mendengarnya menasihati Liana, tapi ya sudahlah.

Liana memilih duduk di hadapanku, di sebelah kanan Rafif. Fuh, tenang Riana. "Dulu, Ibu memang pernah suka sama Damar. Tapi cuma satu arah. Damarnya juga nggak tahu kalau Ibu suka sama dia. Waktu dia kelas 3 ibu baru kelas 1. Dia ketua OSIS, populer, ganteng, anak basket. Siapalah yang nggak suka, kan?" Kulirik Rafif yang memandan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status