Share

Melunak

"Sayangnya dia nggak bisa bahasa Indonesia."

Sontak, mataku membulat. "Ha? Kok bisa, Om?"

"Ya, karena sejak kecil dia tinggal di Belanda, Ri. Orangtuanya juga dinas di sana. Mungkin aja selama berkomunikasi dan aktivitas sehari-hari, mereka lebih sering pakai Bahasa Belanda."

Seketika otakku yang sempat adem kembali memanas.

"Ri, kok malah makin uring-uringan gitu, sih? Jadi nggak ni Om kenalin anaknya Om itu sama Liana?"

Masih sambil menunduk dan menutup wajah, aku melambaikan tangan kanan. "Percuma, Om. Liana nggak bakal suka. Dia nggak suka cowok bule. Apalagi nggak bisa ngomong Bahasa Inggris."

"Ya sudah, kalau begitu kau terpaksa terima saja si Damar jadi menantu."

"Tauk, ah, Om. Riana pusing."

Setelah pertemuan terakhirku dengan Damar di restoran, Liana semakin sering pulang malam. Jika ditanya ia akan menjawab kalau lembur di kantor. Padahal aku tahu benar dia sudah pulang sejak sore. Damar! Menyebut namanya saja sukses membuat seluruh kulitku gatal-gatal. Bisa-bisanya dia me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status