Share

Bab 18

"Sarapan telur tiap hari, bisa bisulan aku." 

Kia berusaha tak membalas. Sesuap demi sesuap sarapan di hadapan ia lahap, walau tidak berselera. 

Evan terlihat mengeluarkan kunyahan nasi dan telur dari mulut. Pria itu taruh di pinggir piring. Wajahnya keruh, jecut dan kesal. "Kamu kalau enggak niat masak, jangan masak, Ki. Telur digoreng sama kulit-kulitnya juga?" 

Sendok di tangan Kia taruh kasar. Suara denting karena besi membentur piring keramik menghentikan acara sarapan pagi itu. 

"Menurut kamu aku enggak boleh salah, gitu? Kamu sengaja mau ngajak ribut pagi, ini? Ayok, ribut sekalian, Van." 

Si lelaki ikut-ikutan melepas sendok dari tangan. "Kok jadi kamu yang marah? Yang salah kamu, Ki." 

"Apa? Apa salah aku?" 

Kia mengaben sendiri apa-apa saja yang menjadi kesalahannya pagi ini. Pertama, kembali menghidangkan telur dadar sebagai sarapan, setelah kemarin-kemarin juga menyajikan menu yang sama.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status