Share

38. Serangan Mendadak

Terkadang di tengah malam yang sangat gelap, bocah lelaki kecil itu mulai berpikir. Dia sudah berada di rumah, tetapi kenapa dia masih bertanya seperti apa rumah itu?

Bukan karena pendingin, tetapi rumah ini sangat dingin untuknya. Apakah memang sudah sepantasnya dia diperlakukan seperti itu? Tapi apa salahnya? Kenapa Ibu dan Ayahnya tidak pernah manatap dirinya dengan ramah?

Setiap malam, dia selalu berdoa agar Ayahnya bisa memancarkan kehangatan dari matanya. Namun, tiap paginya dia hanya mendapati kenyataan bagaimana si Ayah enggan melirik ke tempat duduknya saat makan pagi bersama.

Seperti biasa, anak lelaki itu tidak berkata-kata apa pun meski saudara-saudaranya sangat berisik.

"Hari ini aku yang duduk di depan!" seru si anak kedua saat baru menduduki kursinya. Sedangkan si anak pertama hanya menggeleng sembari mencibir, bermaksud menggoda agar si adik lebih kesal. "Ayo, dong, sekali-sekali kamu mengalah. Kamu kan anak paling tu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status