"Ghea, loe kenapa sih tiba-tiba ngejauhin gue kayak gini?" Tanya David, yang merasa bingung dengan sikap Ghea baru-baru ini."David inget ya, kita enggak ada hubungan sama sekali, jadi gue mohon jangan hubungi gue lagi!" Jawab Ghea mengingatkan David agar tidak menghubunginya lagi.David langsung geram mendengarnya, ia lalu meminta penjelasan dari Ghea."Salah gue sama loe apa? Bukankah sebelumnya hubungan kita baik-baik saja? Dan sekarang loe tiba-tiba saja ngehindar dan enggak mau kenal lagi sama gue maksudnya apa coba?" "Kita enggak ada hubungan apa-apa David, apalagi hubungan spesial seperti sepasang kekasih, harusnya loe tahu itu!" Elak Ghea."Loe gila ya, enggak ada hubungan gimana? Kita udah sering tinggal bersama bahkan tidur di kasur yang sama, loe bilang enggak ada hubungan spesial sama sekali?" Cecar David yang tetap tidak terima dengan keputusan dari Ghea."Udahlah David, kita kan udah dewasa, apa yang terjadi sebelumnya atas dasar sama-sama butuh tanpa di dasari rasa suk
“Kamu mau makan di mana, Ghe?” tanya Adit setelah merapikan barang-barangnya. Ghea pura-pura berpikir kemudian menatap Adit. “Kita makan di restoran yang ada di hotel ini saja, aku males dan cape kalau harus keluar lagi,” kata Ghea. Padahal saat ini Ghea sudah merencanakan sesuatu yang sangat jahat untuk Adit. Sayang, Adit terlalu naif untuk bisa melihat kejahatan Ghea. Akhirnya, ia dan Ghea pun makan malam di sebuah restoran yang ada di hotel berbintang di kota pahlawan itu. Ghea sengaja memesan makanan kesukaan Adit dan ia juga memesankan mojito strawberry untuk Adit dan untuknya sendiri lemon squash. Tanpa Adit tahu jika Ghea sudah bekerja sama dengan waiters untuk mencampurkan sesuatu ke dalam minuman Adit."Kita udah lama ga makan berdua kayak gini, ya? Aku seneng banget loh bisa kebetulan ketemu kayak begini, makan bareng kayak dulu.""Aku juga kadang ingat masa kita dulu, tapi sudahlah sekarang aku sudah memiliki Rani dan Tasya. Tapi, sekarang ya kita nikmati saja kebersama
Hari itu juga Adit memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Dia tidak ingin berlama-lama bersama Gea di kota itu."Kamu jadi pulang hari ini?" Tanya Ghea saat mereka berpapasan di lobby hotel.Adit menganggukkan kepalanya tetapi ia juga mengerutkan dahi saat melihat Gea membawa kopernya. "Kamu mau ke mana?" Tanya Adit."Kamu pikir setelah apa yang terjadi semalam saya tetap mau tinggal di sini? Saya juga mau pulang. Harusnya tadi malam saya menghadiri pernikahan teman saya tapi gara-gara kamu saya jadi nggak bisa ke pesta. Parahnya lagi semalam kamu sudah...." Dia sengaja tidak melanjutkan ucapannya. Iya memang sangat pintar mengintimidasi seseorang. Saat ini yang ia inginkan adalah rasa bersalah dan ketakutan Adit. Iya tidak mau rencananya gagal, walau bagaimanapun Adit sebentar lagi harus menikahinya. "Pesawat saya 2 jam lagi take off Jadi sekarang saya harus langsung ke bandara," kata Adit.Tanpa Adit ketahui ponselnya sudah disadap oleh Gea, sehingga gaya bisa mengetahui aktivitas
"Mas kamu udah pulang? Kok nggak kasih tahu kalau udah di jalan, aku kan bisa siapin kamu makanan," kata Rani menyambut kedatangan Adit siang itu. Sebenarnya Adit sudah sejak pukul 09.30 tadi sampai di Jakarta. Tapi Gea memaksanya untuk pergi ke apartemen Gea terlebih dahulu. Rupanya Gea memiliki apartemen sendiri selain rumah orang tuanya. "Iya. Aku sengaja mau kasih kejutan jadi aku pulang nggak bilang-bilang," kata Adit.Mendengar suara Adit di halaman depan Pak Tommy pun langsung menghampiri anak bungsunya itu. "Udah pulang Dit? Jadi ceritanya Ayah nggak mungkin bisa beli tanah di sana, karena lokasinya nggak strategis, ya?" "Ayah anaknya baru pulang jangan langsung ditanyain yang macam-macam dong. Kan bisa disuruh istirahat dulu, ini udah jam makan siang kita bisa makan siang sambil ngobrol-ngobrol," kata Bu Ana.Pak Tomi hanya mengangkat bahunya lalu berkata. "Dia kan naik pesawat juga, bukan jalan kaki dari Surabaya. Selama di sana baik-baik aja kan?""B-baik kok, ga ada ap
"Kamu kenapa sih, Mas ... semenjak pulang dari Surabaya kamu jadi aneh," kata Rani kepada Adit.Rani menyadari perubahan sikap suaminya itu sejak Adit pulang dari Surabaya beberapa hari yang lalu. Seminggu ini Rani sering melihat suaminya itu diam dan melamun sendiri. Bahkan Adit juga sering terlihat tidak fokus dalam pekerjaannya. Ia menjadi sedikit lebih pendiam dari biasanya. Hal itu tentu saja membuat Rani kebingungan. "Aku nggak apa-apa kok. Cuman di toko lagi banyak kerjaan aja. Ada beberapa pesanan barang yang belum bisa aku antarkan kepada konsumen karena telat dari pabriknya."Rani mengerutkan dahi. Tidak seperti biasanya suaminya bersikap seperti itu. Rani sangat mengenali Adit, untuk urusan pekerjaan Adit tidak pernah lalai. "Apa kamu sudah menghubungi suppliernya, Mas?" Tanya Rani."Sudah. Memang terlambat dari sananya. Tidak masalah kok kamu tenang saja, semua pasti beres," jawab Adit.Lagi itu pun menghindar dengan cara keluar dari kamar. Sementara Rani yang sedang be
Adit hanya terdiam, Ia memang harus menyampaikan masalah ini kepada sang Ayah. Bener apa yang dikatakan Ghea, saat ini hanya Pak Tomi yang bisa mendukungnya. Jika ia mengadu pada ibunya, itu sama saja ia bunuh diri. Bu Ana dan Rani sangat dekat meskipun pada awalnya Bu Ana juga tidak menyetujui hubungan mereka. Tetapi ternyata Rani sudah berhasil mengambil hati Ibu kandungnya itu. Rani memang gadis yang baik. "Baik aku akan mengatakan semua ini kepada Ayahku. Aku bawa hasil USG dan surat keterangan dokter ini. Aku akan bicara pada ayah malam ini juga," kata Adit."Kamu nggak takut kalau kamu bawa hasil USG dan surat keterangan dokter itu ke rumah lalu Rani memeriksa tasmu dan ketahuan semuanya? Yang paling betul adalah ajak ayahmu bertemu di luar biar kita mengatakan semua ini sama-sama!" Ghea memang tidak percaya jika Adit akan mengatakan semua itu kepada Pak Tomi. Ia memiliki rencana yang lain juga. Belum saatnya Rani mengetahui hubungannya dengan Adit. Tetapi ia akan membuat Ran
"Mama dan Papa akan datang ke pernikahanmu dan Adit jika memang kalian akan menikah. Tapi setelah itu mama dan papa tidak mau bertanggung jawab lagi atas hidup kamu. Jujur saja Papa sudah malu dengan semua kelakuan kamu di luar sana, Ghea. Ini yang Papa takutkan. Tapi semuanya sudah menjadi bubur, silakan jika kalian mau menikah. Kami tidak akan menghalangi, kami juga tidak akan menuntut mahar yang lebih karena kami tahu jika Adit sudah memiliki istri. Dan dia juga menikah tanpa seizin istri tuanya Adit," kata Pak Rustandi.Pak Rustandi dan Bu Silvi memang orang tua yang bijaksana. Selain juga kaya, mereka bukan orang yang sombong. Selama ini mereka selalu mengajarkan yang baik-baik kepada putra-putrinya. Hanya saja dia memang sedikit berbeda dari anak-anak mereka yang lain. Ghea sedikit susah diatur dan juga kadang bersikap seenaknya. "Tapi tetap saja saya sebagai orang tua Adit tidak bisa membiarkan begitu saja Pak, Bu. Kasihan juga Ghea jika menikah tidak diadakan pesta. Apalagi G
"Bagaimana para saksi, sah?" "Sah!""Sah!" Adit menghela napas panjang, akhirnya saat ini ia sudah menjadi seorang suami dengan dua orang istri. Sementara Ghea dan pak Tomi tampak sangat puas. Sementara itu Kayla kakak kandung Ghea hanya bisa menggelengkan kepala melihat pernikahan itu.Kayla sangat mengenal siapa adiknya itu. Kedua orang tuanya tidak pernah percaya jika mereka diberitahu bagaimana kelakuan gaya di luar sana. Tetapi akhir-akhir ini Ibu mereka sudah mulai percaya dengan perkataan Kayla. Mereka tidak heran jika akhirnya dia menikah dengan suami orang bahkan hamil diluar nikah. "Jaga adik saya baik-baik. Semoga saja menikah denganmu bisa merubah akhlaknya menjadi lebih baik lagi," kata Kayla kepada Adit.Adit mengerutkan dahi saat mendengar perkataan Kayla. Bagaimana mungkin seorang kakak bisa berkata demikian kepada adiknya? Tetapi Adit tidak mau ambil pusing. Setelah acara akad dilakukan, saatnya acara makan bersama. Meskipun tidak diadakan resepsi tetapi keluarga