Share

24. Ungkapan Cinta

Una merunduk, menyandarkan tangan dan keningnya di pinggir peti mati. Napasnya panas menyentuh wajah pucat Reza. Isak kian terdengar. Dari luar, pelayat lain hanya bisa berempati melihat sengguk duka pada punggung Una.

Dalam hati Reza, ia berkali-kali menyebut nama tulang rusuk pertamanya itu. Cinta. Satu kata yang membuat Reza luluh, terutama ketika memori kebersamaan mereka berdua terulang kembali.

Tanpa sadar, telapak tangan kiri Reza bergerak perlahan. Itu akibat niat ingin membelai kepala wanita pujaannya dan mengusir duka.

Lantas isak Una berhenti. “Tapi bohong.”

Seketika tapak tangan Reza terkunci di udara, dan Una belum menyadari. Reza tetap memejam. Untuk kedua kalinya, sang pria berwajah oval dibuat kebingungan oleh sikap Una, apalagi ketika wanita cantik itu perlahan mengintip dan cekikikan.

“Matilah kamu, lelaki keparat!” bisik Una. “Tersiksalah di neraka, sementara aku bersenang-senang dengan pacarku yang kaya raya.”

Sekali lagi Reza harus merasakan sensasi tersambar gele
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status