Share

41. Ramen Roulette

Pria jas abu-abu itu duduk. Para tentara mengawasi tanpa menoleh, mengira itulah sang target. Berbeda dengan Reza. Reza malah menatap pria yang baru masuk itu secara langsung layaknya koboi bertemu lawan duel.

Meja kembali diketuk. Kali ini tentara berjanggut oranye di meja sebelah kiri yang memulai percakapan.

[Dia benar si pembunuh legendaris, ‘kan?]

[Dasar bodoh! Jangan bertanya seperti itu di depannya!]

[Benar. Fokus saja ke pria yang baru datang ini.]

Si tentara kulit hitam buru-buru menghadap Reza dengan sedikit keringat dingin. “Maaf Anda harus mendengar itu. Mereka tidak bermaksud kasar.”

Sekali lagi Reza mengernyit dahi. Padahal tidak satu pun di antara pria dalam kedai yang berucap sesuatu, tapi si botak malah meminta maaf. Dalam pikiran Reza kini hanya ada satu kemungkinan. Mereka berakting sedang menggunakan telepati.

“Tidak apa-apa. Akan kubereskan semuanya setelah pesananku datang.”

Sebuah pernyataan yang membuat perasaan para tentara campur aduk. Antara senang mendengar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status