“Sekarang kita mau pergi ke mana?” tanya Edward. Dia dan Rosemary kini berada di dalam mobil. Mereka telah berpisah dengan Danu dan sekarang berada di dalam parkiran gedung apartemen.
“Terserah Bang Edward saja. Aku nggak ada janji ketemu orang, kok,” jawab agennya polos.
“Aku barusan baca pesan WA dari Indri,” kata Edward kemudian. “Selamat ya, Rose. Kamu lulus ujian. Sekarang udah resmi jadi agen, deh.”
“Wah, iyakah, Bang? Aduh senangnya!” seru gadis itu bersukacita. Secepat kilat atasannya itu mencium keningnya. Rosemary tersipu malu. Jantungnya berdegup kencang.
“Aduh!” cetus laki-laki itu seperti kesakitan. Tangannya memegang lehernya.
“Kenapa, Bang?” tanya Rosemary kaget.
Edward tersenyum kikuk. “Sepertinya leherku kecetit dikit gara-gara tadi mencium keningmu. Heh
“Lagipula seperti yang dulu pernah kujanjikan sebelumnya, Rose. Kamu akan benar-benar kupantau. Supaya lebih cepat mencapai keberhasilan di bisnis ini. Bukankah kamu juga ingin segera membuat keluargamu di Balikpapan bangga?” ujar laki-laki itu dengan pintarnya menyentuh titik lemah si agen.Rosemary mengangguk. Betul sekali, pikirnya setuju. Aku tidak boleh berprasangka buruk. Orang ini sudah banyak membantuku. Kalau dia bermaksud mencelakakan diriku, tidak perlu menunggu selama ini untuk melakukannya.Demikianlah gadis berusia dua puluh lima tahun yang selama ini hidup dalam perlindungan mendiang ayah dan kekasihnya itu mulai terperosok ke dalam jebakan pria matang yang berkedok kebaikan.***Setelah membeli makanan, Rosemary dan Edward berdiskusi berdua di dalam kamar hotel bintang empat yang dihuni laki-laki itu. Ruangan itu cukup luas dengan tempat tidur double bed, dua buah kursi be
Rosemary diam membisu. Dilepaskannya kedua tangannya dari pipi laki-laki itu. Gadis itu duduk kembali.“Kalau dengan minum bir, Abang merasa lebih nyaman, ya sudah. Minumlah sepuas-puasnya malam ini. Aku akan menunggu di sini sampai kamu tidur pulas, Bang. Setelah itu aku pulang ke kos naik taksi…,” ucapnya lirih.Edward meraih kedua tangan gadis itu. Rosemary bergidik. Dirasakannya ciuman hangat laki-laki itu pada punggung tangannya.“Terima kasih banyak atas support-mu, Rose. Cuma kamu yang perhatian sekali padaku. Cuma kamu….”Selanjutnya laki-laki itu merangsek maju ke depan. Diciumnya bibir gadis itu. Rosemary benar-benar tak menyangka. Bau alkohol menyeruak dari dalam atasannya. Namun gadis itu menyukainya.Dia memejamkan mata. Menikmati kuluman hangat bibir dan lidah manajer yang telah menawan hatinya. Kedua tangannya merangkul leher E
Rosemary adalah gadis perawan kedua yang pernah ditidurinya. Yang pertama adalah Dina, istrinya. Selanjutnya yang pernah bercinta dengannya adalah perempuan-perempuan yang memang membuka dirinya untuk bersenang-senang tanpa ikatan apapun.Diciuminya rambut harum gadis itu. Rosemary yang berbaring membelakanginya menjauh. Edward tersentak. Gadis itu bangkit berdiri dengan tubuh terbalut selimut. Dia mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai lalu melangkah menuju ke kamar mandi.Edward terkekeh geli. Dasar gadis ingusan! umpatnya dalam hati. Tadi saja belingsatan nggak karuan bercinta denganku. Sekarang berlagak dingin. Langsung menghindar begitu hendak kusentuh. Hahaha….Sementara itu di dalam kamar mandi Rosemary melepas selimutnya. Dipandanginya tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun di depan cermin. Air mata menitik membasahi pipinya yang halus. Semakin lama semakin deras. Dia menangis sesenggukan. Keho
“Selamat pagi, Nona Rosemary. Anda tepat waktu sekali,” komentar Tedja, klien si agen asuransi ramah. Diulurkannya tangannya yang langsung disambut hangat oleh gadis itu.“Selamat pagi, Pak Tedja. Terima kasih sudah menerima kedatangan saya,” jawab Rosemary tak kalah ramah. Bibirnya menyungging senyuman manis. Gadis itu lalu dipersilakan duduk persis di hadapan laki-laki paruh baya itu.Selanjutnya mereka terlibat pembicaraan yang serius namun rileks tentang program asuransi yang dikehendaki si klien. Tedja mendengarkan dengan seksama penjelasan Rosemary tentang ilustrasi yang telah dibuatnya.“Menarik,” kata laki-laki itu sambil mengangguk-angguk. “Tapi nominal premi yang Anda ajukan terlalu besar buat saya saat ini. Anak kembar saya akan masuk perguruan tinggi tahun depan. Uang pangkalnya sudah harus lunas dalam tiga bulan ke depan. Anda tahu kan, betapa besarnya biaya masuk un
Gadis itu baru saja kembali ke booth pameran untuk mengambil brosur lagi. Puluhan brosur yang dipegangnya sudah habis dibagi-bagikan kepada pengunjung mal.“Beginilah kalau orang kepepet butuh uang, Dam,” celetuk Rosemary sambil tersenyum pahit. “Kerjanya kudu semangat kayak kuda. Mumpung masih muda. Hahaha….”Damian dapat merasakan kegetiran dari nada suara gadis itu. Pemuda itu lalu mengalihkan pembicaraan. “Kemarin kok nggak datang kemari? Follow up database, ya?”“Yes,” jawab Rosemary mengiyakan. “Paginya aku ujian lisensi keagenan. Syukur lulus.”“Wah, selamat, ya,” ucap kawannya itu dengan wajah berseri-seri. “Semoga lekas pecah telor.”“Amin,” sahut gadis itu singkat. “Brosur-brosurnya masih banyak, kan? Punyaku habis. Boleh minta lagi?”&
“I miss you so much, Rose,” ujar Edward lirih. Ditatapnya sang kekasih dalam-dalam. “Hampir gila rasanya kemarin kautinggalkan di hotel dan tidak ada kabar sama sekali. Kenapa kamu tidak menerima teleponku dan bahkan tak sudi membaca chat WA-ku, Rose?”Kamu nggak ngerti, batin gadis itu sendu. Aku sudah kehilangan kehormatanku sebagai wanita. Bagaimana mungkin sikapku bisa serileks dulu? Aku butuh waktu untuk menenangkan diri.“Apakah kamu menyesali kejadian di hotel itu, Rose?” tanya manajernya hati-hati. “Jangan takut. Takkan ada yang tahu tentang hubungan kita. Sampai…ehm…aku resmi bercerai dengan Dina.”“Lalu setelah kalian bercerai, apakah Bang Edward akan langsung menikahiku?” tanya Rosemary spontan. Dia memberanikan diri untuk menengadahkan wajahnya. Ditatapnya serius manajernya tersebut.“Memangnya kamu ingin lang
Keesokan paginya, pukul sepuluh kurang lima belas menit Rosemary telah berada di rumah Sarita, klien yang diperolehnya dari pameran. Ibu muda berusia awal tiga puluhan itu menyambut kedatangannya dengan hangat. Kedua anak Sarita yang duduk di bangku SD sudah berangkat ke sekolah.“Sebenarnya kalau untuk proteksi kesehatan, kami sekeluarga sudah ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan tempat suami saya bekerja, Mbak Rosemary,” kata perempuan cantik berjilbab itu terus terang. "Jadi kami saat ini lebih membutuhkan tabungan pendidikan.”Dalam hati Rosemary merasa lega. Dia kemarin sudah membuatkan ilustrasi tabungan pendidikan untuk kedua anak kliennya ini di kantor. Dengan bantuan Edward tentunya. Dikeluarkannya dua set ilustrasi tersebut lalu dijelaskannya dengan bahasa yang mudah dipahami orang awam.Sarita menanyakan beberapa hal kepada tamunya. Si agen asuransi menjawabnya dengan lancar, tanpa kendala y
Setelah proses penandatanganan selesai, Danu menyerahkan kunci apartemen dan kartu aksesnya kepada Edward. Wajahnya berseri-seri, menunjukkan kepuasan laki-laki itu atas kelancaran transaksi yang baru selesai.“Terima kasih, Danu. Nanti kalau aku bermaksud memperpanjang masa sewa apartemen, kuhubungi kamu lagi, ya,” kata Edward kemudian. Diterimanya seperangkat kunci serta kartu akses apartemen dari broker properti tersebut.Danu mengangguk. Lalu sambil tersenyum dia menyindir halus, “Memangnya ada rencana mau diperpanjang masa sewanya, Pak Edward?”Pria yang ditanya menyeringai. “Lihat saja ke depannya gimana nanti,” jawabnya penuh teka-teki. “Yang penting kamu tolong keep secret, Dan. Jangan sampai ada yang tahu aku menyewa apartemen. Bahaya. Hahaha….”Manajer asuransi top itu tertawa terbahak-bahak.Danu tersenyum sambil g