Mereka sama-sama tidak mengerti, kenapa harus mereka menikah jika kenal saja tidak? Tapi agaknya keputusan itu sudah bulat. Mereka terpaksa mengalah dan pasrah dengan takdir yang dipilihkan oleh ke dua orangtua, hingga kemudian, waktu menjawab semuanya tepat ketika rahasia Kelvin terbongkar dan membongkar rahasia lainnnya. "Dia hamil, kan? Maka dari itu ceraikan aku!" Agatha Amelia Putri "Kenapa harus begitu? Kau pun hamil! Di rahim kamu ada anakku!" dr. Kelvin Hardyanto. "Kalian tidak akan bercerai! Sampai kapanpun mama tidak akan pernah merestui kalian pisah!" dr. Dewi Ardyanika, Sp. S.
Lihat lebih banyak"Ah, kenapa lama banget?"Agatha berbaring di atas bednya dengan wajah gelisah. Kelvin sudah pergi sejak tadi dan belum kembali sampai sekarang, membuat Agatha sedikit resah dan berharap lelaki itu lekas kembali. "Apa gini rasanya ketika nanti aku nggak punya siapa-siapa lagi?" Sulit bagi Agatha untuk tetap tenang, pikirannya terlanjur kemana-mana. Mungkin Handira masih ada di Jakarta sekarang, namun ia sudah membayangkan seolah-olah dia harus kehilangan sosok itu untuk selamanya. Dia akan seorang diri, hanya bersama janin dalam rahimnya. Bayangan seram yang entah mengapa sirna begitu saja ketika Kelvin ada di sisinya. Segala macam kemarahan dan kebencian Agatha lenyap. Digantikan sebuah perasaan hangat, nyaman dan terasa dilindungi ketika Kelvin berada di sisi Agatha. Apakah ini artinya ..."Lama nunggunya, ya?"Agatha tersentak, entah sejak kapan, Kelvin mendadak sudah berdiri di dekat bed dengan koper pink milik Agatha, benda yang langsung membuat Agatha membelalak seketika. "O
"Jangan turun dulu! Tunggu, ya?" Pesan kelvin sebelum turun dari mobil. Agatha hanya mengangguk pelan. Ia membiarkan Kelvin turun dari mobil dan menuruti kata suaminya itu untuk diam-diam saja di dalam mobil. Tak butuh waktu lama, pintu mobil dibuka. Kelvin datang dengan dua orang perawat plus brankar yang mereka dorong. Kelvin segera melepas seat belt Agatha, lalu mengangkat perlahan tubuh Agatha dan membaringkan tubuh itu ke atas brankar. "Biasanya kontrol sama siapa, Dok?" Tanya satu perawat sambil mendorong bed itu masuk IGD."Sama dokter Nico, Mbak Na. Tolong hubungi beliau dong. Nggak lagi cuti, kan?" Tanya Kelvin masih dengan mode panik. "Nggak, Dok. Biar aku hubungin dulu. Istrinya biar dianamnesa Retno dulu, ya?"Agatha hanya memejamkan mata, tidak heran kalau perawat IGD itu begitu akrab dengan Kelvin, ini rumah sakit tempat dia menjalani pendidikan spesialis. Rumah sakit ke dua tempat dokter Nico praktek selain klinik yang biasa Agatha kunjungi untuk kontrol rutin. Aga
"Mama yakin terbang sendiri?" Agatha mengenggam tangan Handira ketika ia dan Kelvin mengantarkan Handira pergi ke bandara. "Siapa bilang mama sendiri? Dewi udah nungguin di Jakarta, nanti kami terbang sama-sama, Sayang." Handira melepaskan tangan Agatha, mengelus lembut pipi anak semata wayangnya itu dengan mata berkaca-kaca. "Ini mustahil di ilmu yang kita dalami, Ma. Tapi aku harap mama bisa benar-benar sembuh dengan cara ini." Desis Agatha menahan tangis. "Tidak mustahil juga sebenarnya. Kamu tahu apa makanan paling disukai sel kanker? Di sana semua di stop, benar-benar stop. Kamu tahu apa yang terjadi kalau sel kanker itu kelaparan, Tha?""Jika mereka kelaparan, beberapa akan memakan sesamanya sendiri dan lama-lama mereka lenyap dari tubuh." Sambung Kelvin yang sontak membuat Handira dan Agatha kompak menoleh. "Nah itu teori simpelnya, untuk lebih lanjut nanti mau mama Dewi teliti, Tha. Kita bisa bahas sama-sama nanti sekeluarga kalau mama pulang, sambil kita bandingkan nantin
"Hah? Ke Thailand, Ma?"Agatha memekik, ia menjatuhkan sendok ke piring dengan reflek spontan. Matanya tak lepas dari Handira yang malam ini makan berdua bersama Agatha. Handira mengangguk pelan, ia segera meraih gelas berisi air putih dan meneguknya perlahan. Setelah memastikan mulutnya kosong, Handira kembali menjelaskan niat dan tujuannya pergi ke negara Gajah Putih itu. "Ikhtiar nggak ada salahnya, kan? Nanti mama mertua kamu ikut sama mama. Kita bakalan berdua perginya. Jangan khawatir.""Bentar!" Kini gantian Agatha yang meneguk air putih, "Mama yakin? Ada kontradiksi sama pengobatan medis yang mama lakukan nggak? Terus manfaatnya, apakah bisa membantu mama menekan atau bahkan membunuh sel-sel itu dalam waktu sebelas hari? Atau--.""Tha ... Pelan-pelan, Sayang!" Potong Handira lembut. "Jadi begini, mereka itu sebenarnya tidak bisa dikatakan pengobatan. Kalau untuk berobat, mereka tidak bisa jamin karena tiap kasus penyakit kan sendiri-sendiri, Tha. Dan ini semi spiritual juga.
"Kira-kira mama dibelikan apa, Yang?" Tanya Kelvin ketika mereka sudah kembali masuk ke dalam mobil. Agatha melirik sekilas, ia menghela napas panjang sambil memangku sebucket bunga tulip pemberian suaminya. "Perlu aku ingatkan, mama tidak lagi konsumsi makanan gluten, makanan dengan kandungan gula, garam dan pengawet, stop konsumsi daging merah dan tidak makan makanan instan." Jelas Agatha yang sepertinya sia-sia sebenarnya. Kelvin mahasiswa pendidikan spesialis, meskipun spesialis yang dia ambil adalah kesehatan anak, tapi secara garis besar Kelvin tentu lebih paham dari Agatha yang baru mahasiswi pre klinik. "I see, Sayang. Oh aku tahu!" Desis Kelvin kemudian. Agatha mengerutkan kening, ia menoleh sekilas dan menatap wajah itu dari tempatnya duduk. Ada secercah perasaan rindu dalam hatinya, mengingat ia pernah menghabiskan momen-momen manis bersama lelaki ini. Momen indah yang berujung dengan luapan gairah yang memabukkan itu sekarang sudah tinggal kenangan. Meskipun belum per
"Mau apa ke sini?" Tanya Agatha ketus ketika ia sudah sampai di dekat mobil. Kelvin menoleh, senyumnya merekah sempurna. Kelvin segera melangkah mendekati Agatha, sementara Agatha, semakin Kelvin mendekatinya, sorot matanya makin menjadi tajam. "Aku jemput istriku pulang kuliah, Sayang. Yuk pulang! Sini, biar aku yang nyetir!" Kelvin meraih tangan Agatha, membawanya menuju ke sisi lain mobil dan membuka pintunya untuk Agatha. "Ka-kamu?" Agatha nampak terkejut, Kelvin terkekeh, membantu istrinya masuk ke dalam lalu memakaikan sekalian sabuk pengamannya. "Maaf kalau nggak izin kamu dulu, Sayang. Aku ambil duplikatnya tadi. Mama khawatir terus sama kamu." Gumam Kelvin menjelaskan. "Oh jemput aku karena disuruh sama mama ternyata?" Tanya Agatha dengan nada ketus. Kelvin yang hendak menutup pintu mobil kontan membelalak, tawanya seketika pecah. Kelvin mengulurkan tangan, mencubit gemas pipi Agatha yang seketika dibalas pukulan oleh Agatha. "Nggak lah! Aku emang udah niat mau jemput
"Udah pulang, Vin?"Kelvin tersenyum, ia segera menghampiri Handira dan mencium punggung telapak tangan mama mertuanya itu dengan penuh hormat, Kelvin nampak mengedarkan pandangan, sepi. Ah dia lupa kalau istrinya ini pasti sudah berada di kampus. "Thata bawa mobil sendiri, Ma?" Kelvin bahkan lupa membalas pertanyaan basa-basi yang tadi dilontarkan Handira padanya. "Iya, Vin. Tadi mau mama anter karena bagaimanapun kalau cuma nyetir mama masih kuat, cuma dianya nggak mau."Kelvin mengangguk, ia kembali menatap Handira yang tengah membaca koran di sofa depan TV. "Biar Kelvin yang susul, Ma. Mama jangan khawatir." Desis Kelvin yang ingat di mana istrinya itu menyimpan duplikat kunci mobil hadiah dari Handira. "Iya sana susulin, Vin. Mama jujur agak khawatir."Kelvin mengangguk, ia segera melangkah ke dalam kamar, membuka lemari lalu meraih kunci duplikat yang ditaruh Agatha dalam sebuah kotak. Setelah mendapatkan kunci, Kelvin kembali melangkah keluar, berpamitan pada Handira yang n
".... Sedangkan dengan sampel milik dokter Kelvin Hardyanto, kecocokan DNA-nya nol persen." Rasanya Kelvin ingin berteriak sekencang-kencangnya! Akhirnya semua kebenaran terungkap! Janin itu bukan anaknya, setidaknya Kelvin bisa satu langkah lebih aman. Mata Kelvin memanas, ia kembali teringat Agatha, janin itulah yang membuat Kelvin terancam kehilangan Agatha, meskipun semua ini berawal dari kesalahan Kelvin juga. "Terimakasih ya Allah!" Kelvin menoleh, nampak Dimas refleks langsung merengkuh dan merangkul Namira yang nampak sangat syok dengan hasil tes yang baru saja dibacakan oleh dokter Keela.Bisa Kelvin lihat wajah Dimas begitu bahagia, lelaki itu juga nampak menitikkan air mata, sementara Namira, ia mematungbdengan mata memerah. "Sudah jelas semua, ya?" Kelvin mengangguk cepat, ia segera mengulurkan tangan sebagai ucapan terimakasih kepada dokter yang membantunya memperjelas siapa ayah dari janin yang berada dalam rahim Namira. "Sama-sama, sudah jadi tugas saya." Dokter Ke
"Mau kemana?"Kelvin yang baru saja selesai memakai pakaiannya kontan menoleh ke arah suara. Agatha masuk dari pintu kamar, menutup pintu kamar rapat-rapat lantas menatapnya dengan tatapan tajam. "A--.""Kamu libur hari ini, jangan bilang kalau kamu mau ketemu sama selingkuh kamu itu!" Tuduh Agatha dengan nada ketus. Kelvin tergagap, ia tak tahu harus menjawab apa. Ia memang akan bertemu dengan Namira, tapi bukan pertemuan yang seperti Agatha maksudkan! "Kenapa diam? Nggak bisa jawab karena bener kan kamu mau ketemu sama dia? Dasar bener-bener nggak bisa dipercaya, katamu ka--.""Oke Sayang, oke!" Potong Kelvin sebelum Agatha makin murka. "Aku memang mau ketemu sama dia, tapi bukan kayak yang kamu maksud, Tha.""Bukan seperti yang aku maksud? Kamu pikir aku segoblok itu bisa kamu bohongi? A--.""Dengerin dulu, Sayang!" Kelvin seketika pusing, bagaimana cara menjelaskan semua ini? "Dengerin aku dulu, tolong jangan dipotong!" Mohon Kelvin dengan suara lirih. Agatha mendengus, ia tid
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.