Cinta merasakan kepalanya yang terasa begitu amat pusing, hingga tidak sanggup untuk berjalan. Pada akhirnya Cinta terduduk lemas di lantai. Meskipun sudah duduk, namun tetap saja kepalanya terasa begitu pusing. Bahkan tubuhnya terasa sedang berpura-pura. Agar kepalanya tidak semakin pusing, Cinta merebahkan tubuhnya sambil memejamkan mata.Cinta terbangun dan melihat ke sekitarnya. Ternyata dia masih berada di dapur. Entah sudah berapa lama dia tertidur di lantai seperti ini. Tapi dia tidak sepenuhnya yakin kalau tadi tertidur, bisa saja pingsan. Diingatnya, sebelum mata terpejam, pandangannya buram dan menghitam. Air matanya mengalir dengan sendirinya. "Aku gak boleh sakit, aku harus kuat dan sehat. Bila aku sakit, pasti tidak akan ada yang perduli."Cinta berangsur duduk dan berdiri secara pelan-pelan sambil memegang dinding. Dia berjalan menuju lemari pendingin. Diambilnya jahe di dalam kulkas. Dikupasnya kulit jahe terlebih dahulu, lalu dibasuh dan digeprek. Cinta memasukkan
Cinta pulang ke apartemen dengan membawa belanjaan yang sangat banyak. Meskipun driver taksi sudah menawarkan jasa untuk mengantarkan barang-barang belanjanya, hingga sampai ke depan pintu apartemen, namun Cinta menolak. Takut suaminya akan salah paham bila tahu. Di bukanya pintu dengan napas tersengal-sengal, karena kelebihan mengangkat beberapa kantong plastik yang besar dan juga cukup berat. Tenaganya terasa sudah habis, tangan juga sakit. Pada akhirnya, Cinta menyeret kantong belanjanya, ke kamar belakang.Dengan sengaja, dia membeli banyak kain bakal untuk dijahitnya. Sudah banyak model pakaian yang dibuatnya. Bila sudah ada bahan seperti ini, hanya tinggal memulai menjahit baju yang sekiranya banyak peminatnya. "Untuk kerja sudah tidak mungkin, aku ini sudah nikah. Kalau sempat dia tahu, takutnya dianya marah. Jadi ya sudah, aku coba saja mulai bisnis." Cinta tersenyum. Suaminya, tidak mau tahu terhadap dirinya, namun tetap saja, Cinta menjaga kehormatan sang suami. Dia tida
Sudah beberapa hari ini Cinta selalu saja pusing dan juga mual. Bahkan wanita itu selalu saja memuntahkan apa yang dimakannya. Cinta memegang kepalanya yang terasa pusing, sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas."Perut aku sakit dan perih, tapi tiap kali makan kenapa keluar lagi. Kenapa sekarang aku gampang masuk angin." Cinta mengusap minyak kayu putih di bagian perut, punggung serta pundaknya. Entah mengapa sekarang kondisi tubuhnya begitu sangat tidak baik, mudah lelah, pusing, mual dan pinggang juga sering terasa sakit jika duduk lama. Meskipun kondisinya seperti ini, Cinta tetap ke kampus untuk kuliah. Wanita itu berharap bisa menyelesaikan studinya dengan cepat dan mendapatkan predikat cumlaude. Cinta memiliki nilai tertinggi di kelasnya, dan tidak pernah memperoleh nilai C. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan besar untuk lulus dengan predikat cumlaude.Seberat apapun permasalahan dalam rumah tangganya, dia tetap mengutamakan kuliahnya. Setelah nanti bercer
Setelah pertengkarannya bersama dengan Rafasya, pria itu memang tidak pernah lagi pulang ke apartemen dan ini bahkan sudah hari ke 10. Cinta memandang ponselnya dan kemudian meletakkan ke atas meja. Menelpon pria itu sama saja dengan menabur garam ke dalam laut, karena tidak akan ada hasil sama sekali . Mau seribu kali pun dia menghubungi, bahkan jarinya sampai patah sekalipun yang namanya panggilan telepon darinya tidak akan diangkat. Yang ada nomornya ponsel diblokir. Daripada hanya menambah luka, Cinta memilih untuk tidak menghubungi. Dia duduk di sofa sambil menunggu pria itu pulang tapi entahlah, apakah dia pulang atau tidak. Sejak dari pagi hingga Jam 05.00 sore, dia masih setia menunggu, namun yang di tunggu tidak juga pulang. Cinta memandang layar ponselnya dan mengecek pesan yang kemarin dikirimnya. Pesan itu tidak dibaca sama sekali.Kecewa, hanya satu kata ini yang melukiskan perasannya saat ini. Namun siapa yang peduli dengan apa yang dirasakannya. Cinta beranjak dar
Aturan yang sudah dibuatnya sendiri, membuat pria itu tidak pernah salah. Sebesar apapun kesalahan yang telah dilakukannya, tetaplah Cinta yang dianggapnya salah. Seperti sekarang, kesalahan Cinta karena tidak ada di apartemen.Dengan rasa marah dan juga kesal, Dia membuka pakaian dan kemudian masuk ke kamar mandi, guna untuk membersihkan tubuhnya. Setelah mandi beberapa menit Rafasya keluar kemudian memakai pakaian dan duduk di atas tempat tidur. "Kau lihat, apa yang akan kulakukan kepadamu," geram Rafasya. Walau bagaimanapun Cinta masih istrinya dan tidak selayaknya seorang wanita pergi sesuka hati seperti ini. "Ternyata dia sangat merdeka setelah aku tinggalkan." Pikiran negatif kini menumpuk di otaknya. Dia sudah bisa membayangkan seperti apa liarnya Cinta dibelakangnya. Hingga sampai jam 11 malam Cinta tidak juga pulang. Ini yang membuat Rafasya semakin marah. Pria itu memilih tidur untuk menghilangkan rasa lelah dan menenangkan pikirannya.Mencari Cinta, sudah pasti tidak ak
Seorang wanita cantik duduk di depan meja bar. Sedangkan seorang bartender pria menuangkan minuman ke dalam gelas wine.Wanita cantik itu tersenyum dan kemudian meneguk minuman itu dengan satu kali tegukan.Minuman beralkohol bukanlah suatu hal yang harus dijauhinya Karena wanita itu merupakan salah seorang pecandu minuman yang memabukkan tersebut.Karin selalu mencuri-curi waktu untuk datang ke tempat ini, karena kekasihnya tidak pernah mengizinkannya untuk ke klub malam. Sebenarnya Karin merupakan wanita yang mencintai kebebasan namun dia tunduk dan patuh terhadap kekasihnya itu. Mungkin karena cintanya yang begitu besar untuk si lelaki.Disaat pikiran lagi kacau, maka dia beranggapan bahwa hanya minuman lah yang dapat menenangkan pikiran yang semrawut seperti sekarang.Karin frustasi dan juga marah. Apa yang telah direncanakannya dengan matang, tidak berjalan dengan semestinya. Dia juga sudah tidak membeli alat tes kehamilan. Karena setelah mengecek pagi dan ternyata siangnya dia
Setelah menghabiskan secangkir kopi, Rafasya kembali ke kamarnya. "Mengapa rasanya sepi seperti ini," keluhnya sambil merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Pria berhati batu itu memandang ke kiri, di mana tempat Cinta membaringkan tubuhnya. Dirabahnya tempat yang selalu di tiduri sang istri dengan mata yang terpejam.Entah apa yang membuat pria yang berstatus kekasih Karin itu seperti orang bodoh. Dia meraba tempat tidur sambil membayangkan saat ini sedang meraba tubuh istrinya."Mengapa aku bisa seperti ini." Hidup pria itu terasa hampa dan kosong. Padahal dia belum lama berada di dalam apartemen. Selama menikah dengan Cinta, dia selalu meninggalkan istrinya itu sendiri. Pulang di saat hari sangat larut malam dan berangkat pagi-pagi sekali. Bahkan untuk berbicara saja, Rafasya menghindar. Namun mengapa istrinya itu bisa betah sendiri tinggal di sini. Pria itu mulai menebak-nebak perasaan sang istri."Apa selama ini dia kesepian jika aku tinggalkan sendiri? Tapi sepertinya tidak.
[Saya tidak percaya, foto seperti ini bisa di dapatkan di internet.]Cinta mengerutkan keningnya dan bingung ketika membaca pesan chat yang dikirimkan suaminya. "Iya sih foto seperti ini banyak di internet." Cinta membenarkan apa yang dikatakan oleh suaminya. Namun dia tidak mengerti apa yang diinginkan oleh pria tersebut.Cinta kembali membaca pesan yang masuk. [Saya tidak percaya jika kamu berada di Perancis. Apa kamu berniat untuk meniup saya? Ingat status kamu, istri saya, jadi jangan bermain-main.]"Bagaimana cara meyakinkannya." Istri Rafasya itu panik dan bingung. Beberapa bulan ini hidup bersama dengan sang suami, dia sudah mulai memahami sifat dan karakter Rafasya. [Bagaimana cara Cinta meyakinkan kalau Cinta beneran di Prancis?] Daripada menebak-nebak dan takut apa yang dilakukannya salah, maka Cinta memberanikan diri untuk bertanya. Jujur saja, ini untuk pertama kalinya wanita itu bertukar pesan dengan sang suami. Rasanya bercampur aduk gugup, takut namun juga senang. B