Setelah sampai di ruangan kosong tersebut, barulah bekapan pada mulutnya di lepaskan.Fitri menatap awas ke pria tersebut dan beberapa langkah mundur ke belakang.“Si—siapa kamu? Kamu mau apa bawa aku ke tempat ini?” tanya Fitri yang bergetar hebat karena merasa takut yang luar biasa.Dia takut jika pria tersebut berbuat macam-macam kepada dirinya, Fitri tidak mengenali pria itu karena wajahnya di tutupi oleh topeng yang sangat menyeramkan.Pria itu memiliki postur tubuh hampir sama dengan Angga. Namun pria bertopeng ini memiliki tubuh yang lebih berisi dari suaminya.“Jangan takut Nyonya, saya hanya di suruh oleh tuan Prabu Adiwijaya.” ucap pria bertopeng itu.Fitri mengernyitkan dahi, dia tidak kenal sama sekali dengan orang yang di sebut sebagai tuannya itu.“Saya hanya di perintahkan oleh Bos saya, untuk mencari anaknya yang hilang 25 tahun yang lalu.” jelasnya.“Terus apa hubungannya dengan saya, saya tidak tau anak dari Bos kamu. Jadi... Tolong biarkan aku pergi dari sini,” ucap
“Nak... Akhirnya Mamah menemukanmu.” ujarnya yang berlinang air mata.**Pukul tujuh pagi, wanita cantik itu baru tersadar dari pingsannya. Ia terkejut ketika melihat ada seorang wanita cantik yang usianya sekitar lima puluh tahunan yang sedang tertidur pulas sambil menggenggam tangannya.“Ak—aku di mana?” ucap Fitri yang perlahan melepaskan tangannya dari genggaman wanita itu.Wanita itu pun terbangun dan tersenyum lembut ke arah Fitri yang terlihat kebingungan, ia mengelus lembut rambut Fitri dan sesaat kemudian wanita itu memeluk tubuh Fitri seraya menangis terisak-isak.Fitri semakin bingung di buatnya, ia tidak membalas pelukan dari wanita itu. Namun ada rasa nyaman yang dia rasakan ketika wanita itu memeluk tubuhnya.“Ka—kamu siapa? Kenapa menangis ketika memelukku?” tanya Fitri dengan penuh sopan santun.Wanita itu pun mengurai pelukannya, ia tersenyum sangat manis kepada Fitri. Ia terus memandang wajah cantik Fitri yang polos tanpa polesan.“Kamu cantik sekali, Nak. Wajah kam
“Jadi... Aku ini...”Braaakk!! Semua terkejut ketika Fitri jatuh pingsan, terutama Pak Bimo yang sudah mengurusnya dari kecil.Dengan sigap Pak Bimo segera mengangkat tubuh Fitri yang terkulai lemah.“Nak, bangun.” ucap Pak Bimo yang menepuk-nepuk pelan pipi Fitri.Sedangkan Pak Rahardi, ia segera memanggil ajudannya dan menyuruh membawa dokter keluarga untuk memeriksa anaknya.“Nak, bangun. Jangan tinggalkan Mama,” tangis Bu Sinta pecah, ketika melihat anaknya yang tidak kunjung sadarkan diri.Tidak lama, Dokter keluarga pun datang dan langsung memeriksa keadaan Fitri.“Bagaimana Dok, dengan keadaan anak saya?” tanya Bu Sinta.“Tidak kenapa-kenapa, Nyonya. Anak Anda hanya mengalami syok saja, ini saya hanya kasih vitamin saja untuk anak, Nyonya. Ini resepnya bisa di tebus di Apotek, kalau begitu saya pamit permisi.” ujar Dokter Risa seraya pamit untuk undur diri.“Terima kasih, Dok. Silakan.” jawab Sinta.**Sementara di tempat lain, Angga tengah panik mencari istrinya yang belum
Pukul delapan malam, Tantri sedang berdandan cantik di depan cermin. Wanita yang memiliki tubuh langsing itu nampak bahagia karena dia sudah membuat Angga takluk kembali kepadanya.“Hahah... Ternyata gampang ya membuat kamu jatuh hati lagi kepadaku, dan bodohnya kamu malah lebih percaya kepada foto editan ini.” ujar Tantri seraya menatap foto vulgar di tangannya.Rupanya sikap Angga yang berubah terhadap Fitri adalah ulahnya yang memperlihatkan foto Fitri yang tengah tidur di kamar hotel bersama dengan pria lain.Yang lebih parahnya lagi, Angga tidak mencari tahu dulu tentang kebenaran yang terdapat di dalam foto tersebut. Ia malah langsung percaya begitu saja, dan di tambah lagi dengan kepergian Fitri yang tiba-tiba, yang membuat Angga semakin yakin dengan kebenaran foto itu.“Udah cantik, waktunya berangkat ke rumah ayank.” ucap Tantri yang bergaya berlenggak-lenggok di depan cermin.°Sementara itu, pria yang bertubuh kekar itu sedang merasakan emosi yang hampir saja meledak. Enta
Praaaay!!Ketika Fitri akan menyendok nasi, piring yang ia pegang tiba-tiba saja terjatuh, perasaannya mulai tidak enak dan pikirannya selalu saja tertuju pada Angga.“Nak, kamu tidak apa-apa? Apa tangan kamu terluka, Sayang?” tanya Bu Sinta.“Tidak, Mah. Hanya saja perasaanku tidak enak,” ucap Fitri seraya mengusap dadanya.‘Ya Allah, ada apa ini? Kenapa perasaanku tidak enak dan pikiranku selalu tertuju kepada Mas Angga?’ batin Fitri.“ Ya sudah kalau begitu ayo makan lagi.” titah Bu Sinta.Wanita cantik itu pun melanjutkan makannya. Satu sendok, dua sendok dan ketiganya, ia sudah tidak bisa memaksakan mengunyah makanan yang masuk ke mulutnya.Baru kali ini ia merasakan kekhawatiran yang berlebih, biasanya saat ia di tinggalkan ke luar kota oleh Angga untuk bertugas Fitri tidak pernah merasakan kecemasan seperti ini.‘Astagfirullah, kenapa perasaanku semakin tidak enak?’ gumam Fitri.Bu Sinta sedari tadi memperhatikan Fitri yang merasa gelisah, ia tau jika saat ini putrinya sedang m
“Ap—apa yang sudah terjadi? Ini tidak mungkin!” ucap Angga.Angga mencoba mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi kepadanya, yang ia ingat hanyalah ketika Tantri membuatkan minuman lalu ia meneguk minuman itu hingga tandas dan setelah itu Angga tidak ingat apa-apa lagi.Kemudian ia melirik ke arah wanita yang masih terlelap dalam tidurnya, terlihat tenang dan tidak ada beban sama sekali yang nampak di wajahnya.“Tan, Tantri bangun.” ucap Angga seraya menepuk-nepuk pipi Tantri agar ia terbangun.Wanita itu hanya menggeliat dan berpindah posisi, Angga mulai menyesali perbuatannya yang telah mengizinkan Tantri untuk datang berkunjung ke rumah saat semua keluarganya tidak ada.“Tantri bangun!” teriak Angga yang kesal, karena sejak dari tadi ia membangunkannya namun tidak ada respons.“Aduh... Berisik, ada apa?” tanya Tantri tanpa dosa.“Apa yang telah kamu lakukan kepada aku, Tan?” pekik Angga.Wanita cantik itu membuka matanya dengan lebar, ia teringat dengan aktivitas yang semala
Praaaayy!!Tepat sasaran, pas bunga yang terbuat dari tanah liat itu pecah mengenai kepala Tantri, Fitri yang sudah lama menahan kesakitannya akibat perlakuan dari keluarga sang suami kini harus menerima kenyataan yang lebih pahit di depan matanya.Bagaikan tersayat pisau yang sangat tajam, semua pengorbanan dan kesabarannya hanya di anggap angin lalu.Suami yang terkenal dengan sikap yang baik, ramah serta ketulusan hatinya kini semuanya telah terbongkar di depan mata tanpa harus di selidiki.Tadinya Fitri berencana ingin memperkenalkan Angga kepada orang tua kandungnya yaitu Pak Rahardi, yang memiliki perusahaan hotel bintang lima di beberapa wilayah. Akan tetapi, ia urungkan setelah melihat sikap asli dari suaminya.Lelaki itu hanya mengetahui bahwa orang tua yang selama ini ia kenal adalah hanya orang tua angkat Fitri, jika Angga dan keluarganya mengetahui bahwa Fitri adalah anak orang kaya bisa jadi Fitri akan sulit untuk terlepas dari keluarga yang terkenal akan gila harta itu.
“Aku mohon jangan lakukan itu, Mas.” Ucap Fitri yang mengiba.Namun, permohonannya itu hanya di anggap angin lalu. Dengan teganya Angga menjatuhkan talak detik itu juga kepada istrinya.“Fitriani, mulai hari ini aku talak kamu. Kamu sudah bukan istriku lagi, maka haram bagiku untuk menyentuhmu!” ucap Angga dengan lantang.Duaaaarr!!Seperti ada batu besar yang menghantam relung hatinya, lututnya mendadak lemas ketika ia mendengar sang suami dengan teganya menjatuhkan talak kepada dirinya.Wanita cantik itu tidak menyangka, kenapa suaminya lebih memilih percaya dengan selembar foto yang belum tau kebenarannya.Sakit yang ia rasa sudah tidak tergambarkan lagi, awalnya ia mengira jika kedatangan suaminya akan membawanya ke ranah kehidupan yang bahagia. Akan tetapi, dugaannya salah besar. Justru Angga malah menciptakan luka yang sangat mendalam dan tidak bisa terlupakan.“Mas... Kamu menalak Ak—aku?” dengan bibir yang bergetar Fitri mencoba bertanya untuk memastikan jika Angga tidak seriu