Share

Terbongkar

"Tenanglah, Mir."

"Tolong telepon kakak dan orang tuaku, Mas," perintahku dengan kondisi lemas.

Aku butuh kehadiran mereka di tengah keterpurukan ini. Hatiku hancur lebur. Berterbangan bagai debu-debu di jalan. Namun, semua ini sudah garis takdir yang tertuliskan. Sekeras apapun pecutannya, aku harus kuat. Semesta tak akan mencoba hambanya melebihi batas kemampuan.

Apa yang terjadi, pasti memang itu yang terbaik. Bukan berarti Gusti Allah membenciku, karena tidak mau mengamanahkan anak ini lebih lama denganku. Namun, pasti ada hikmah yang terselip di dalamnya. Allah tergantung pada prasangka hambanya. Aku tak mau berburuk sangka. Malah menambah pikiran semakin tak karuan.

Bagaimanapun, sejujurnya aku ingin menyalahkan takdir. Akan tetapi, hati dan mulut terus mengucap istigfar. Supaya setan tidak bisa membisikan kemungkaran, yang nantinya malah jadi kerusakan pada hidupku.

"Tenang, yah, Mir, kamu masih bisa punya anak lagi," ujar ibu mertuaku, mengelus kepala. Tidak aku tanggapi. T
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status