Share

Bab 17 Kapan Nyusul

"Nggak usah banyak melamun. Udah, Terima aja lamaran Bang Juna. Selain baik, dia juga tampan. Memang kalau dilihat dari mata telanj*ng, kehidupannya sih sederhana," celetuk Sinta, saat jam istirahat.

Memang dari tadi, aku hanya melamun, bukannya makan. Ini semua karena gusi bengkak. Bukan karena yang lainnya.

"Hisshh, ngomong apa kamu? Aku ini, lagi sakit gigi!" sahutku memegangi sebelah pipi.

Rasanya, nyut-nyutan sampai ke ubun-ubun. Mau makan aja, susahnya minta ampun. Menderita sekali. Perut lapar, gusi tak bisa diajak kompromi.

"Oh, sakit gigi toh. Tak pikir mikirin mantan yang lima hari lagi mau menikah!" sindirnya, lalu melahap makananku.

"Halah, ngapain mikirin mantan. Rugi waktu dan tempat aja!" ucapku sewot, dan membiarkannya terus menyuapkan makanan yang sempat kupesan tapi tak kumakan.

"Ah, yang bener. Nanti, giliran mantan udah ijab kamu nangis meraung dipojokan," ejeknya, dengan mulut penuh makanan.

"Menangis dipojokan, itu bukan aku banget ya! Apa yang udah dibuang nggak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status