Selalu modus ...aku baru tahu kalau suamiku ini diam-diam menghanyutkan. Sejak kapan kamu mesum seperti ini, setahu yang aku kenal Mas Khaidir sangat sopan dan ... Tanpa banyak kata Khaidir langsung mencium bibir Kaysha. Seketika wanita itu juga terkejut tapi lama-lama dia pun menikmatinya. “Maaf sudah lancang menciummu,” ucap Khaidir saat melepaskan pagutannya untuk mengambil oksigen. Begitu juga dengan Kaysha. Mendengar kata maaf dari bibir Khaidir membuat wanita cantik itu gemas sehingga tanpa diminta oleh Khaidir, kini justru dia mengambil tindakan agresif dengan mencium bibir Khaidir. Tentu saja pria berkulit hitam manis itu terkejut tapi juga senang kalau Kaysha sudah bisa menerimanya sebagai suami. Mereka semakin bergairah dan melupakan kalau masih di dalam ruangan kerja Kaysha. ***Sementara itu Edwin yang kesal karena tidak bisa mendapatkan apa pun kini ingin melalukan balas dendam. Sampai di lobi dia pun segera menghubungi Dewa yang masih berada di luar negeri. “Kenapa la
Setelah membersihkan diri meskipun luka lebam di wajah dan tubuh tidak bisa dihilangkan setidaknya Tante Lisa bisa bernapas lega karena sudah terbebas dari siksaan Dewa.Pria tampan itu membawa Tante Lisa menuju sebuah kamar yang luas seperti di rumah Kaysha. Semua memang terlihat mewah dengan perpaduan warna hitam dan putih yang memang warna kesukaan Dewa. Tante Lisa membuka pintu kamar itu dan masih bernapas dengan lega karena nasib Sheira lebih baik tidak dijual dan melayani para bandot tua yang kaya raya. Dewa masih memperlakukan dengan manusiawi, dia memang tidak jadi menjual Sheira. Pintu kamar itu pun terbuka perlahan-lahan. Sebelum Tante Lisa masuk ke kamar itu Dewa pun berpesan. “Waktu Tante hanya sepuluh menit karena kita tidak punya banyak waktu untuk drama membosankan ini, dan jangan melakukan hal apa pun karena di kamar ini juga pun ada CCTV yang mengawasi gerak-gerik kalian!” ancamnya setelah itu Dewa membiarkan Tante Lisa masuk ke kamar itu. Pria tampan itu lebih duku
Pak Dewa? Kebetulan sekali dia menghubungi aku?” tanyanya dalam hati. Bagas langsung menggeser tombol hijau itu untuk menjawabnya.“Halo, selamat siang Pak Dewa.”“Selamat siang, Bagas. Bagaimana apa kamu mempunyai berita baik?” Bagas terdiam sejenak belum bisa mengatakan apa-apa karena sepertinya Bagas memutuskan untuk tidak mengganggu kehidupan Kaysha dan Fatih bersama keluarganya.“Halo, Bagas, apakah kamu masih di sana?”“Oh iya Pak maaf sinyal sedikit kurang bagus, bentar saya keluar.” Setelah sampai di teras rumahnya dia kembali berbicara dengan Dewa. “Kaysha sudah menikah dengan orang lain dan saya tidak bisa melakukan apa-apa lagi.“Kamu jangan bodoh Bagas, apakah kamu masih sangat mencintai Kaysha?” “Saya memang masih sangat mencintainya tapi dia sudah menjadi milik orang lain.”“Kenapa kamu begitu lemah Bagas, apakah kamu rela Kaysha bersama orang lain dan anakmu Fatih kamu mau dia dirawat oleh seorang ayah tiri. Yang saya tahu perlakuan ayah tiri sangat buruk kan, ji
Tanpa berpamitan dengan Bu Rina, Bagas dengan cepat menyusul dua wanita itu yang berjalan melaluinya rumahnya. Ingin berteriak tapi tidak ingin Ibu dan kakaknya mendengar teriakan Bagas. Meskipun agak susah membawa kursi roda itu dia tetap berusaha untuk sampai menemui dua wanita itu yang masih berjalan pelan di depannya. “Permisi Mbak!” panggilnya saat Bagas sudah sampai di di belakang mereka. Dua wanita itu menoleh ke belakang dan berhenti seketika.“Ya Mas, panggil kami?” tanya salah satu wanita itu.“Iya Mbak, maaf saya mau numpang tanya tadi saya dengar katanya ada warung siomay yang baru di buka boleh saya tahu di mana ya Mbak, soalnya saya penggemar berat makanan itu? ”tanyanya mencari informasi.“Oh warung siomay memang ada baru dibuka, tempatnya enak banget Mas, apa lagi siomaynya, saya aja sampai bawa dua bungkus lagi untuk di rumah,” jawab wanita itu bersemangat.“Kalau saya bukan itu saja tapi pemiliknya ganteng banget, andaikan dia belum menikah pasti aku ikut antre untu
“Ka—kamu mengenal dia?” tanya Bagas masih bingung.“Ya, dia teman kuliah tapi dia memutuskan untuk meneruskan kuliahnya diluar negeri. Dan saat kembali dia sudah membuat hidup saya menjadi sepi,” lanjutnya lagi.“Maksudmu?” “Entah sengaja atau tidak dia yang telah mengambil nyawa adik dan Bapak saya sepuluh tahun yang lalu,” jawab Khaidir membuat kedua mata Bagas melotot.Pria hitam manis itu pun menjelaskan kronologi saat peristiwa itu. Tentu saja Bagas terkejut, karena dengan kekuasaan dan uang semua bisa dibeli. Apalagi dengan Kaysha yang akan dia singkirkan jika menghalangi jalannya untuk bisa mengambil semua harta warisan itu. Khaidir pun menceritakan tentang Fatih yang hampir mirip dengan wajah adiknya yang meninggal. Seakan hidup kembali Khaidir yang kebetulan ada di rumah sakit melihat Fatih hatinya terenyuh dan ingin menolongnya untuk biaya kekurangan di rumah sakit. Lagi-lagi Bagas merasa tertampar karena sebagai ayah kandung malah tidak bisa berbuat apa-apa untuk anakny
Bagas kembali termenung dengan ucapan Bu Ratna. Setiap rencana yang dibuat oleh wanita bergelar ibu itu sangat berbahaya tapi dia pun tak ingin ibu dan kakaknya terkena imbasnya karena masalah ini. Entah apa yang terjadi saat membuat hatinya dilema. Dia pun harus waspada meskipun dia tinggal satu rumah dengan Ibu dan Bella tidak menutup kemungkinan mereka bisa saja menjadi pengkhianat untuk mencari aman bagi dirinya sendiri.“Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Aku sangat bingung dan kakiku tidak bisa dipakai, seandainya saja waktu bisa kembali seperti dulu, aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik agar Kaysha tidak merasa sendiri, aku bisa melindungi dan menjaganya. Ya memang Khaidir adalah orang yang tepat,” ucapnya dalam kegelisahan.Bagas lalu mengambil ponselnya dia lalu mengirimkan pesan untuk Khaidir tentang rencana buat besok pagi. Dia tidak mungkin menghubunginya karena tidak ingin Bu Ratna dan Bella atau orang informan akan mengamati gerak gerik dirinya. “Aku h
“Sepertinya memang mereka yang kita cari, gerak geriknya sangat mencurigakan,” sahut Khaidir masih menatap ke arah dua wanita yang terlihat gelisah.“Elo benar Dir, mereka mungkin masih amatiran, terus apa yang kuat lakukan? Apakah langsung menangkap mereka?” tanya balik Rahmad. “Sepertinya tunggu sebentar lagi, kita selidiki dulu jika mereka bergerak akan mengambil Fatih tentu saja kita langsung menangkapnya,” lanjut Khaidir. “Oke, terserah elo aja.”Khaidir dan dua sahabatnya masih mengintai. Ahmad dan Ipul membaur dengan kerumunan orang yang memang pada saat ini sekolah memang ramai karena banyak wali murid mendaftarkan anak-anak sekolah. Khaidir masih memantau dari luar. ***Setengah jam berlalu akhirnya Fatih keluar. Entah di mana Kaysha dan Bu Salwa yang terpisah dari Fatih. Khaidir melihat jelas kalau Fatih sedikit kebingungan karena selain kakinya masih belum terlalu pulih kini kedua wanita penjaganya tidak nampak.“Di mana Kaysha dan Ibu?” geramnya saat melihat Fatih cema
“Stop!” teriak lantang seorang pria yang duduk di kursi roda. Semua orang seketika berhenti berdebat dan menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara. Itu. Fatih dan Khaidir pun terkejut melihat Bagas. “Ayah Bagas? Benarkah dia membantu kami?” tanya Fatih dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Bagas mendekati di kerumunan itu di mana Khaidir dan Fatih berdiri. “Kenapa kalian meributkan siapa Khaidir sebenarnya? Siapa kalian bisa menghakimi seseorang seperti itu?” teriaknya dengan nada marah.“Dan siapa kamu, kenapa kamu membela orang ini? Apa kamu keluarganya juga?” tanya salah satu warga di sana. Bagas menatap nyalang kepada Bu Rina dan Bella. Bu Rina memberikan isyarat tapi Bagas malah terlihat sangat marah. “Ada apa dengan Bagas, jangan bilang dia ingin membongkar semuanya,” batin Bu Rina menjadi khawatir.“Kenalkan saya Bagas dan saya adalah ayah kandung anak ini yaitu Fatih. Dan memang benar kalau mantan istri saya menikah lagi dengan orang lain yang tidak lain adalah orang ya