Share

Cemburu Tingkat Dewa

"Saya akan jelaskan."

Bang Ayas bersuara setelah sekian lama kami membisu. Sepeninggal Tante Windi, aku melarangnya mendekat. Aku butuh waktu untuk menata hati yang baru saja diporakporandakan wanita itu.

Aku tidak menangisi Bang Ayas. Tidak. Aku cukup tahu diri untuk tidak terlalu berharap pada laki-laki yang sudah mapan dan berasal dari keluarga terpandang. Aku merasa sangat terguncang karena kata-kata Tante Windi yang menusuk, seperti ujung pedang yang dihunjamkan tanpa ampunan.

Aku jadi bertanya-tanya, apa benar aku murahan? Apa benar aku mirip perempuan jalang?

Apa ini gara-gara celana pendek yang kukenakan? Atau lantaran aku ditemukan berada di apartemen laki-laki?

"Resva …." Bang Ayas memanggil lagi.

Tanpa menoleh ke arah lelaki yang duduk di stool, aku berkata, "Bang Ayas nggak perlu jelasin apa-apa."

Kenyataannya, berat sekali mengucapkan itu. Aku sampai harus menahan napas dan mati-matian mengontrol agar suaraku tidak terdengar bergelombang.

"Aku mau pulang." Aku suda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status