Share

23. Si Tangan Baja

Ini adalah pertarungan harga diri. Lebih baik mati berkalang tanah daripada direndahkan oleh wanita. Begitulah prinsip yang dipegang Ki Warakas.

Laki-laki paruh baya ini angkat senjata melintang di depan. Dia tahu lawannya tidak membutuhkan senjata karena memiliki sepasang tangan kuat seperti baja sesuai julukannya.

Namun, tekadnya sudah bulat. Tidak gentar sedikit pun. Kalau tidak bisa mengalahkan Si Tangan Baja, maka setidaknya harus mati bersama.

Sementara walaupun bukan urusannya, Saka merasa tegang juga menyaksikan dua orang yang hendak berduel hidup mati.

Untuk menghilangkan ketegangan, seperti biasa Saka meneguk minuman yang tak pernah habis.

“Saka, boleh aku mencicipi arakmu itu?” pinta Seta Keling, dia juga tidak kalah tegang. Lalu dia menyodorkan tangannya.

“Kau tidak akan kuat mengangkat bumbung ini, buka saja mulutmu, dongakkan wajahmu ke atas!” suruh Saka.

Seta Keling baru sadar dan ingat ketika Kalasetra tidak kuat memegang bumbung bambu itu karena sangat berat.

Maka mur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status