Lingerie Untuk Siapa? Bab 26WulanSeorang bayi laki-laki lahir dengan selamat melalui proses caesar. Aku dan Mas Haris memberikan nama Abian Bayanaka pada bayi tampan kami. Nama yang memiliki arti kegembiraan yang luar biasa. Ya, Abian adalah kegembiraan luar biasa untukku dan Mas Haris. Suamiku itu bahkan terlihat sampai menitikkan air mata saat mengumandangkan adzan di telinga jagoannya. Semuanya berjalan lancar dan tidak ada masalah berarti, sehingga hari ini juga, aku sudah boleh langsung dipindahkan ke ruang rawat inap. Mas Haris meminta kamar VIP untukku dan Abian. Alasannya, biar aku merasa nyaman. Ternyata Bu Zubaedah, Teh Yuyun dan Kang Dadan ada di sini, ikut menungguiku. Sungguh aku merasa terharu dengan perhatian mereka. ***Pagi ini, Mas Haris pamit untuk pulang bersama Kang Dadan. Mau mandi dan berganti pakaian serta mengambil beberapa keperluanku dan Abian. Bi Zubaedah juga berpamitan untuk kembali ke panti, karena terlanjur ada janji dengan salah satu donatur tetap
Lingerie Untuk Siapa? Bab 27Wulan Berjam-jam menunggu dengan gelisah, akhirnya selepas Isya' kami mendapatkan kabar baik. Mas Haris mengirim pesan berisi foto anakku. Mereka menemukannya dan sedang dalam perjalanan pulang. Walaupun Mas Haris tidak mengatakan siapa yang menculik bayi kami, tapi tak apa. Yang penting mereka berhasil membawa pulang anakku dalam keadaan baik-baik saja. Tak henti-hentinya kami mengucap syukur. Sambil berderai air mata, Teh Yuyun memelukku. Wanita yang sudah kuanggap seperti kakak sendiri itu, sejak tadi terus meminta maaf. Dia merasa bersalah karena telah lalai menjaga kami. Padahal sudah berkali-kali juga aku mengatakan ini bukan salahnya. Akan tetapi, Teh Yuyun mengatakan tak tenang kalau Abian belum ditemukan. Sementara Bu Zubaedah yang masih di sini terlihat mengusap air matanya. Wanita yang sudah kuanggap seperti ibuku itu bersikeras tak mau pulang sebelum melihat Abian kembali ke pelukanku. ***Hampir jam sepuluh malam, saat Kang Dadan diikuti
Lingerie Untuk Siapa? Part 1"Dapet kado apa dari suamimu?" tanya Teh Yuyun, tetangga sebelah rumah, saat kami sama-sama pulang berbelanja sayuran.Aku cuma tersenyum, tiga tahun menikah, belum pernah suamiku memberikan kado di hari ulang tahunku. Baik yang biasa atau pun spesial. Bahkan, sekadar ucapan juga kadang ia lupa tak memberikan. Boro-boro kejutan seperti yang di tivi-tivi. Lebay, unfaedah, katanya. Hal seperti itu, menurutnya tak perlu. Yang penting dia bertanggung jawab atas semua kebutuhanku. Sejak pertama mengenalnya, suamiku memang bukan tipe cowok yang romantis. Jadi, mau apalagi? Akan tetapi, tak mungkin aku mengatakan hal ini pada orang lain. Bahkan, sahabat, saudara atau orang tua sekali pun. Biarlah kekurangan suamiku, menjadi rahasia rumah tangga kami. "Hei, ditanya malah bengong!" Teh Yuyun menepuk bahuku. "Eh, iya, Teh. Belum tau, mungkin kejutan Teh. Mas Harisnya juga, kan, baru mau pulang hari ini," jawabku sambil berusaha tersenyum. Aku tidak bohong, Mas
Lingerie Untuk Siapa? Part 2 WulanEntah jam berapa mataku terpejam. Akibatnya, pagi ini aku bangun agak kesiangan dengan kondisi tubuh tidak segar. Kepala terasa sedikit berat. Aku berniat untuk menunaikan shalat Subuh, mumpung masih setengah enam pagi. Pelan kubuka pintu yang dikunci dari dalam. Tampak Mas Haris tidur di sofa depan TV. Padahal kamar tamu juga kosong. Ah, apa peduliku. Cepat-cepat aku menuju kamar mandi yang menyatu dengan dapur. Setelah membersihkan diri, aku menunaikan kewajiban sebagai seorang muslimah. Dalam doa, aku meminta petunjuk pada Yang Maha Kuasa, agar diberikan jalan keluar dari masalah yang tengah menghampiri. Saat aku tengah melipat mukena, terdengar langkah mendekat. "Lan, aku bisa jelasin semuanya." Ada yang terasa mengiris hati mendengar kalimat Mas Haris. Air mata yang sudah kutahan akhirnya jatuh lagi. Perlahan kuambil dua buah lingerie yang urung kupakai semalam.Kulempar kedua benda itu pada Mas Haris, "kembalikan itu pada pemiliknya. Aku
Lingerie Untuk SiapaPart 3WulanAku mengernyit, mencoba mengenali sosok di samping Mas Haris. Seorang pria dengan wajah mirip Mas Haris, tapi tubuhnya lebih berisi. Kulitnya juga lebih gelap. Sebuah ransel besar tergeletak di dekat kakinya. "Lan, kenalin, ini Mas Heru, kakakku yang tinggal di Kalimantan. Mas, ini Wulan, istriku."Pria bernama Heru itu mengajakku bersalaman, dan aku menyambutnya. Mas Haris memang pernah bercerita tentang satu-satu kakak laki-lakinya ini. Akan tetapi, kami belum pernah bertemu langsung. Sewaktu aku dan Mas Haris menikah, Mas Heru tidak bisa datang. Anak pertamanya sakit, jadi Mas Heru tak tega untuk tetap pergi. "Saya Wulan, Mas. Ayo, silakan masuk," ajakku. "Terima kasih, Dek Wulan. Maaf, aku baru sempat datang menemui kalian.""Ngga apa-apa, Mas. Kami ngerti, kok. Ayo, mari, silakan masuk."Mas Haris dan Mas Heru memasuki ruang tamu. Sementara aku berlalu menuju dapur untuk membuatkan minuman. Setelah selesai, aku mengantarkan dua cangkir teh han
Lingerie Untuk Siapa? Part 4WulanKarena merasa risih dengan kehadiran Mas Heru, aku memilih diam di kamar. Apalagi kakak iparku itu tanpa segan tengah menonton televisi sambil merokok. Tentu saja aku tak suka, lagipula Mas Haris sejak bujangan tidak merokok. Jadi, rumah ini bebas asap rokok. Beberapa teman Mas Haris juga tahu itu. Saat mereka bertamu ke sini, mereka akan merokok di teras. Samar terdengar suara Mas Haris mengucapkan salam. Kemudian kudengar suamiku itu mengobrol dengan kakaknya. Teringat cucian, aku bergegas keluar. Ternyata mesin cuci sudah selesai berputar. Sebelum menjemur pakaian Mas Heru, aku berniat mengangkat jemuran terlebih dulu. "Lan, kata Mas Heru kamu tadi muntah-muntah karena diminta tolong memasukan baju kotornya ke mesin cuci?" Aku menoleh ke arah Mas Haris. "Kalo kamu keberatan, ngomong aja, Lan. Mas Heru tersinggung, loh.""Jadi, aku yang salah?" Mas Haris diam sambil tetap menatapku. "Mas, salahkah aku, jika merasa jijik, saat tak sengaja meny
Lingerie Untuk Siapa?Part 5WulanTerdengar suara ketukan dari pintu depan. Aku yang sudah selesai bersiap untuk pergi bersama Teh Yuyun segera keluar kamar. Terdengar seseorang memanggil namaku. Bergegas kubuka pintu diiringi tatapan penuh tanya dari Teh Yuyun. Tampak Mas Heru berdiri di depan pintu. "Dek, bisa saya minta tolong?" Aku mengerutkan dahi. "Minta tolong apa, Mas? Ayo, masuk dulu."Mas Heru masuk, dan duduk di kursi ruang tamu. "Gini, Dek. Barang-barang untuk kios saya sudah datang, tapi saya masih ada keperluan lain. Bisa minta tolong bantu awasi orang yang bantuin beres-beres di sana? Dan, saya juga nggak begitu pintar menata barang, bisa tolong sekalian kamu yang atur, Dek?"Mendengar permintaan Mas Heru, aku menatap Teh Yuyun, meminta pendapat. Teh Yuyun juga terlihat bingung. "Atau kamu mau ada acara?" tanya Mas Heru. "Eh, nggak kok, Mas. Tapi, aku boleh ajaj Teh Yuyun, ya.""Nggak apa-apa. Ajak, saja. Kalo gitu, saya permisi dulu," pamit Mas Heru. Aku menganggu
Lingerie Untuk SiapaPart 6WulanWaktu terasa berjalan sangat lambat. Dengan perasaan tidak menentu, aku menunggu Mas Haris pulang. Aku ingin menanyakan kebenaran soal janin yang dikandung Sarah. Meskipun ragu, tapi aku juga takut, seandainya apa yang dikatakan perempuan itu benar. Entah apa yang akan terjadi dengan rumah tanggaku nanti. Suara mobil Mas Haris memasuki halaman rumah. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang. Tubuh ini juga seolah kehilangan daya, bahkan sekedar untuk berdiri menyambut kedatangan suamiku. Mas Haris memasuki rumah, wajahnya terlihat lelah. Melihatnya seperti itu, aku tak tega jika harus menceritakan soal pertemuanku dengan Sarah. Almarhum ibuku pernah mengajari, sebesar apapun masalah yang terjadi, jangan pernah membahasnya saat suami baru pulang dari bekerja atau sedang capek. Hasilnya tidak akan baik. Teringat almarhumah ibu, air mataku merebak. Dada rasanya semakin sesak. Aku menarik napas, berharap sesak ini sedikit berkurang. "Kamu, sakit, Lan?" ta