"Emhh ... Jangan. Berhenti, sialan!" Lenguhan-lenguhan menggoda terlontar dari mulut seorang wanita yang terikat di kursi dengan kedua kaki yang terbuka lebar. "Jauhkan tangan kotormu itu, sebelum aku memotong lidah dan mencungkil mata busukmu itu!" ancamnya.
Sensasi kenikmatan yang dirasakannya secara tidak sadar membuatnya terlena. Ia meliuk-liukkan tubuhnya kala seorang pria dengan aksi nakalnya sengaja mempermainkan hasratnya. Pria itu tak berniat menghentikan aksinya, hingga membuat tubuh sang wanita menegang karena merasa harga dirinya telah terluka. Pria itu berhasil membuat sang wanita terlena hingga kesulitan mengatur napasnya."Edward, jangan macam-macam. Lepaskan aku sekarang juga sebelum kelompokku datang dan menghabisimu," ancam Rosy."Hahaha." Bukannya merasa takut, Edward justru tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Rosy yang menurutnya tidak menakutkan sama sekali. Edward bahkan menganggapnya terlalu konyol. "Jika mereka berani datang, aku akan membunuh semuanya. Aku akan membunuh semua pengikutmu dan menghancurkan organisasimu," cetusnya dengan mata berapi-api.Edward mencengkram rahang Rosy dengan kuat, lalu mendekatkannya ke wajahnya seraya berkata, "Rosy, salahkan kekasihmu yang telah membunuh kekasihku. Aku berjanji akan membalaskan dendam ini. Karena kau sudah di sini, jadilah pemuas nafsuku. Jangan harap kau bisa pergi dari sini," cetusnya."Akhh ... Jangan!" Tubuh Rosy menggelinjang kesakitan tatkala Edward telah berhasil membobol pertahanannya. Kesucian yang selama ini dia jaga, kini terenggut oleh musuhnya yang bejat.Melihat darah yang melumuri kejantanan miliknya, seketika Edward merasa heran. Kedua alisnya berkerut karena tak menyangka bahwa seorang wanita seperti Rosy ternyata masih perawan."Ternyata kau masih perawan. Kukira Tesla sering menikmatimu," gumamnya." J-jangan berpikir macam-macam. Tesla tidak berengsek sepertimu. Aku juga bukan wanita murahan!" cetus Rosy dengan suara bergetar, menahan kemurkaannya.Edward tersenyum miring kala berhasil membuat wanita di hadapannya semakin membenci perbuatan bejatnya."Nona Rosy, karena ini kali pertamamu, maka akan kubuat kau tidak akan bisa melupakan sensasi yang kuberikan. Akan kubuat kau selalu mengingat bahwa akulah yang telah merenggutnya. Hahaha." Edward tertawa terbahak-bahak, lalu melanjutkan aksinya yang bejat."Edward, tunggu saja. Aku pasti akan memotong lidah dan kejantananmu itu!" ancam Rosy. Kemurkaan dan dendam menguasai hatinya."HAHAHA! Baiklah, akan kutunggu hari itu. Tapi sebelum itu, aku harus menikmatimu hingga puas sebelum membunuhmu!" cetus Edward.BRAKK!DOR!DOR!DOR!Suara bising baku hantam yang terdengar di bawah sana sepontan menghentikan aksi panas mereka berdua. Edward terpaksa menghentikan aksinya, lalu bersiap merencanakan sesuatu yang sempat diaturnya matang-matang."Aku tahu kalian akan datang. Baiklah. Tunggu saja. Akan kukubur kalian semua di sini!" cetus Edward dengan geram."Edward. Mereka datang untuk melubangi kepalamu. Nantikan kematianmu sebentar lagi!" timpal Rosy dengan geram."Owh, benarkah? Belum ada yang pasti, entah kepala siapa yang akan terlubangi," balas Edward meremehkan.Sekelompok gengster yang datang dengan gesit serta cekatan menerobos pintu dan memporak-porandakan markas milik Edward. Suara baku hantam dan tembakan terdengar sangat jelas di luar sana. Rosy telah menduga bahwa kekasihnya akan datang untuk menyelamatkannya."Sudah kubilang, mereka akan datang membunuhmu!" cetus Rosy. Guratan senyum disertai tawanya yang menggema sangat memuaskan hatinya.Tatapan nyalang Edward dilempar ke arah Rosy. Ekspresi wajahnya lebih mengerikan dari sebelumnya. Tanpa aba-aba, Edward menodongkan sebuah pistol ke kening Rosy. Tinggal menunggu waktu saja, Edward akan memustuskan menarik pelatuknya atau tidak."Mari kita lihat siapa yang akan mati terlebih dahulu. Setidaknya, aku sudah mencicipi rasa tubuhmu sebelum aku mati. Mati pun tidak akan menyesal," balas Edward dengan senyum semirik di wajahnya.Tubuh Rosy menegang. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Tatapannya tertuju pada pistol yang siap untuk merenggut nyawanya sewaktu-waktu."Lihatlah wajahmu yang menyedihkan itu. Kenapa? Setelah bersikap arogan, sekarang kau takut mati? Dengar, Nona Rosy. Aku menculikmu dengan mempertaruhkan nyawaku. Aku tidak pernah takut mati. Palingan ... Kita akan mati bersama. Seperti cara kekasihmu merenggut nyawa kekasihku, kali ini akulah yang akan merenggut nyawamu," cetusnya dengan sikap arogan sembari mengeratkan rahangnya.BRAK!!!Pintu didobrak dari luar. Kekasih Rosy yang bernama Tesla pun berhasil menemukan ruangan di mana Rosy disekap oleh Edward. Tesla menerobos masuk bersama dengan para bawahannya yang siaga melancarkan baku tembak.Melihat kekasihnya yang tengah disekap oleh sang musuh membuat Tesla menggeram seketika. Andaikan Edward tak mengancam Rosy dengan pistol, ia pasti akan menembak musuhnya saat itu juga dan menyelamatkan kekasihnya."Turunkan senjata kalian sekarang juga. Atau tidak, aku akan menembaknya!" ancam Edward seraya mencekik leher Rosy dengan pistol yang masih ditodongkan dengan satu tangannya yang lain."Rosy, jangan takut. Aku pasti akan menyelamatkanmu," ucap Tesla dengan suara lembut demi meyakinkan Rosy agar percaya pada perkataannya.Rosy yang sudah ketakutan setengah mati pun hanya bisa memasrahkan semuanya dan mempercayakan keselamatannya demi kekasihnya."Edward, jika kau berani melukainya sedikit saja, aku pasti tidak akan mengampunimu," ancam Tesla dengan lantang.Tesla sengaja menuruti perintah Edward dan menurunkan senjatanya, beserta rekannya yang lain. Setelah Tesla menurunkan senjatanya, Edward pun akhirnya melepaskan tali pengikat di tubuh Rosy.Tiba-tiba salah seorang rekan yang datang bersama dengan Tesla datang membisikkan sesuatu di telinganya."Tuan, kami telah mendapatkan barang yang Anda inginkan," bisiknya di telinga Tesla."Bagus," balas Tesla. "Edward, menyerahlah. Aku sudah tidak peduli lagi dengan wanita itu. Sudah lama sekali aku ingin menyingkirkannya. Bunuh saja jika mau," cetus Tesla.Bagaikan petir menyambar. Tak disangka, kekasih yang sangat dicintainya itu akan mengorbankan nyawanya setelah mendapatkan apa yang diinginkannya."Tidak berguna! Rosy, ternyata kau hanya sampah!" hina Edward seraya mencekik leher Rosy. "Sekali lagi. Jika kalian tidak mundur, akan kubunuh pemimpin kalian!" ancam Edward."Bunuh saja dia! Jika dia mati, maka aku yang akan menggantikan posisinya. Hahahah!" Tesla tertawa bahagia.Tak disangka, selama ini Rosy ternyata telah jatuh cinta kepada pria yang salah. Alasan Tesla mendekatinya dan memperlakukannya dengan baik hanya demi memuaskan ambisi liarnya. Setelah Tesla mendapat apa yang diinginkannya, maka dia tak lagi membutuhkan Rosy."Sialan! Kalian yang meminta aku melakukan ini!" cetus Edward. Ia melepaskan ikatan Rosy, namun tak sengaja merobek pakaiannya. Terbukalah kulit bahu Rosy yang putih mulus.Tatapan Edward tertuju pada tanda lahir berbentuk bunga melati di pundaknya. Edward yang awalnya berniat membunuh Rosy, tiba-tiba terkecoh dan sengaja mengurungkan niatnya.'Siapa Rosy sebenarnya? kenapa dia memiliki tanda lahir seperti itu di bahunya?' batin Edward bertanya-tanya.DOR!!!Peluru diluncurkan ke arah Edward, namun meleset. Kepekaan Edward terhadap serangan mendadak yang menolongnya menghindari peluru yang melesat hampir mengenai kepalanya."Hari ini bukanlah hari kematianku!" cetus Edward.TUT ...TUT ...TUT ...BAM!DUARRR!DUARRR!DUARRR!Suara ledakan bom yang terdengar nyaring menggetarkan jiwa, seketika meratakan seisi ruangan.Apakah Edward dan Rosy berhasil selamat?Setelah meledakkan satu bangunan, Edward membawa Rosy keluar melalui rute bawah tanah. Dia sengaja membuat Rosy tak sadarkan diri, lalu membawanya menuju ke tempat yang telah dia janjikan bersama dengan bawahannya."Tuan, apa Anda baik-baik saja?" tanya Kelvin sekadar basa-basi, walaupun sebenarnya dia sangat mengenal siapa Edward. Ya, tidak mungkin sesuatu terjadi kepada seorang Edward yang cerdik dan licik."Omong kosong," celetuk Edward sembari menampilkan senyum miring. "Apa kau lupa siapa aku?" ujarnya percaya diri."Tentu saja tidak. Kalau begitu, silakan." Kelvin membukakan pintu mobil seraya mempersilakan agar Edward masuk ke dalam.Tanpa menunda waktu, mereka pun masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan gila di atas rata-rata."Tuan, apa kau jatuh cinta kepada sang Ratu?" goda Kelvin kala membuka pembicaraan."Kelvin, apa kau merasa sangat bosan?" ketusnya."Tidak, hanya saja ... aku merasa aneh. Bukankah seharusnya kau membunuhnya, tapi kenapa kau malah membawa
Emmm ... untuk saat ini memang belum. Tapi tenang saja, sebentar lagi kita akan menjadi suami istri sungguhan," tutur Edward."Belum? apa maksudmu?" Rosy sama sekali tidak mengerti."Sayang, sekarang kau adalah kekasihku. Satu-satunya wanita yang paling kucintai. Menikahlah denganku. Aku akan bersikap baik dan membahagiakanmu." Sebuah lamaran yang dilontarkan secara tiba-tiba. Entah bagaimana otak Edward sedang bekerja, dia bahkan dapat berbohong tanpa mengedikpkan mata sekali pun.Antara bimbang dan ragu. Rosy saat ini sangat kebingungan. Baru saja terbangun, ia tiba-tiba menerima lamaran dari seorang pria yang entah apa dia pernah mengenalnya. Ditambah, saat ini dia sama sekali tak mengingat kejadian di masa lalu, termasuk siapa dirinya sendiri. Rasanya sangat aneh dan berlawanan. Dia kesulitan menjelaskan perasaannya.Seorang Edward yang telah lama meneliti obat-obatan terlarang, kini dengan sengaja menggunakannya kepada salah satu kelinci percobaannya. Tidak disangka, ternyata efe
"Edward! Eward! Di mana kau? Edward!” Nyonya Britsh berteriak mencari Edward saat ia akhirnya tiba di mansion milik Edward.Nyonya Bristh tidak sendiri. Kali ini, dia datang bersama dengan Rachel. Sudah sering ia datang, tetapi tak pernah menjumpai anaknya. Tidak, lebih tepatnya anak sambungnya. Benar, Edward hanyalah anak sambung dari Nyonya Britsh. Sedangkan ibu kandung Edward telah lama meninggal. Mengenai ayahnya, ini cukup sensitif dalam pembahasan.Ayah Edward dulunya adalah seorang CEO atau pengusaha dan memiliki seorang teman yang sangat dekat. Namun, temannya mengkhianatinya dan menjebloskannya ke penjara. Di dalam penjara, ia menderita penyakit parah dan meninggal dunia. Kini, Edward tak memiliki keluarga lagi selain ibu sambungnya yang tak pernah dia anggap sebagai keluarganya.“Sepertinya, Edward sedang tidak di rumah. Tante, apa kita harus kembali lagi? ini sudah kesekian kalinya.” Ucapan Rachel terdengar kecewa.“Berandalan itu memang sulit diatur. Sudahlah--,”“Siapa ka
Pada malam di tengah hujan deras, Edward mengalami kecelakaan. Mobil yang dikendarainya menggelinding ke tebing. Untungnya, meskipun Edward terluka parah, toleransinya terhadap rasa sakit sangatlah kuat. Dia tak peduli dengan lukanya, asalkan dia dapat menyelamatkan nyawanya sendiri, ia takkan menyerah.Tetes demi tetes darah mengalir di keningnya yang bocor. Meskipun demikian, ia masih memiliki cukup tenaga untuk menghancurkan kaca mobil untuk keluar dari sana. Bau asap mulai tercium, kemudian...DUARRR!!!Mobil milik Edward meledak dan terbakar."Halo. Saya sudah berhasil membunuhnya. Bagaimana dengan yang Anda janjikan?""Kerja bagus. Akan kukirimkan lewat rekeningmu. Setelah ini, pastikan kau segera meninggalkan Negara ini. Jangan pernah kembali."Sekian obrolan yang terhubung antara supir track dengan partnernya.***'Bau obat yang menyengat. Di mana ini?' batin Edward.Perlahan Edward membuka netranya. Entah mengapa, sekujur tubuhnya terasa berat dan kaku untuk digerakkan. Hanya
"Sial! apa kau yakin, mayat itu bukan dia?" geram Edward seraya mengepalkan kedua telapak tangannya. "Tuan, Anda tidak pernah ragu dengan hasil penyelidikanku. Mayat itu bukanlah mayat Tesla, melainkan anak buahnya. Saya yakin, dia pasti telah melarikan diri," cetua Kelvin. Markas besar organisasi Black Devil yang tak lain adalah markas perkumpulan Mafia terbesar di London. Tak perlu ditanya siapa pemimpinnya, tentu saja dia adalah Edward Jesyleo. Setelah menjadi mata-mata di markas musuhnya, bahkan menjadi bodyguar seorang Mafia Queeen yakni Zanilia Rosyaliz, akhirnya Edward kembali ke sarangnya dan memimpin kembali setelah sekian lama. Tujuannya telah tercapai. Selama menjadi mata-mata, dia telah berhasil mengumpulkan banyak informasi dari pihak musuh. Tak hanya itu saja, kembali ke tujuan awalnya adalah membalaskan dendam. Edward berhasil membunuh pemimpin Mafia, ayah Rosy yang bernama Jackie Robert. Edward membunuhnya diam-diam tanpa ada yang mengetahuinya, bahkan sampai saat i
"Ayah, siapa wanita ini?" tanya seorang anak perempuan yang termenung dengan wajah murung kala menyaksikan ayahnya membawa wanita lain ke rumahnya setelah sebulan lalu mereka mengadakan acara pemakaman untuk ibu si anak perempuan berusia 8 tahun itu."Rosy, mulai sekarang dia adalah ibumu. Cepat beri salam kepadanya," titah sang Ayah."Ibu? Ibu baru saja meninggal sebulan lalu. Dia bukan ibuku. Aku hanya memiliki satu ibu di dunia ini," ketusnya marah. Tak setuju ketika ayahnya membawa wanita lain untuk dijadikan istrinya, Rosy yang masih berusia 8 tahun gegas pergi meninggalkan rumah."Rosy! mau ke mana kamu?" Ayahnya dengan lantang berniat mencegah Rosy pergi. Namun, kepergian Rosy tak dapat dihentikan kala wanita di sampingnya merangkul lengan ayah Rosy."Biarkan dia menenangkan diri lebih dulu. Mungkin, dia masih belum bisa menerimaku sebagai ibunya. Sepertinya, aku yang kurang baik. Sayang, aku tidak pantas menjadi istrimu," lirihnya sayu sendu."Hussh, siapa yang bilang begitu?
Setelah dirawat inap selama beberapa hari, akhirnya tiba hari di mana Edward diberi izin untuk pulang. Rasanya hati tak sabar ingin kembali ke rumah. Bukan karena merindukan rumahnya, tetapi merindukan seseorang yang ada di rumahnya. Walaupun sebenarnya ia sama sekali tak memahami bagaimana perasaannya yang sesungguhnya.Cklek … Perlahan Edward membuka pintu kamarnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya yang luas, namun tetap tak mendapati sosok yang ia cari.“Tuan … .”“Kaget aku!” Terkejut alami ketika seorang asisten rumah tangga memanggil namanya secara tiba-tiba. “Ah, Bi Mirna,” ucapnya. Dari namanya yang sangat khas, dapat ditebak dengan mudah jika dia berasal dari Indonesia. Benar, Bi Mirna adalah seorang TKW asal Indonesia.“Tuan lagi nyari Nona Rosy, ya?” tanyanya.“Em, eh, itu … ke mana dia?” tanyanya gagap.“Oooh, Nona Rosy baru saja keluar,” jawabnya.“Keluar? Ke mana dia? Sejak kapan?” cecarnya antusias.Tanpa menunggu jawaban dari Bi Mirna terlebih dahulu,