Pada malam di tengah hujan deras, Edward mengalami kecelakaan. Mobil yang dikendarainya menggelinding ke tebing. Untungnya, meskipun Edward terluka parah, toleransinya terhadap rasa sakit sangatlah kuat. Dia tak peduli dengan lukanya, asalkan dia dapat menyelamatkan nyawanya sendiri, ia takkan menyerah.
Tetes demi tetes darah mengalir di keningnya yang bocor. Meskipun demikian, ia masih memiliki cukup tenaga untuk menghancurkan kaca mobil untuk keluar dari sana. Bau asap mulai tercium, kemudian...DUARRR!!!Mobil milik Edward meledak dan terbakar."Halo. Saya sudah berhasil membunuhnya. Bagaimana dengan yang Anda janjikan?""Kerja bagus. Akan kukirimkan lewat rekeningmu. Setelah ini, pastikan kau segera meninggalkan Negara ini. Jangan pernah kembali."Sekian obrolan yang terhubung antara supir track dengan partnernya.***'Bau obat yang menyengat. Di mana ini?' batin Edward.Perlahan Edward membuka netranya. Entah mengapa, sekujur tubuhnya terasa berat dan kaku untuk digerakkan. Hanya jari jemarinya saja yang bereaksi."Edward, akhirnya kau sadar. Bagaimana perasaanmu sekarang? apakah sakit? apa kau merasa tidak nyaman?" cecar Rachel tatkala menyadari bahwa Edward akhirnya telah sadarkan diri.Orang yang pertama kali dilihatnya saat membuka mata adalah Rachel. Sekitar 2 malam lebih dia setia menunggu di samping Edward hingga akhirnya Edward telah siuman."Kenapa itu kau? di mana aku?" Edward berusaha bangkit. "Arrgghhh." Mengerang sembari memegangi kepalanya yang terasa tak nyaman.Rachel reflek mencegah Edward yang hendak bangun. Kedua tangannya mencengkram bahu Edward, lalu dia memeluknya dengan erat seraya berkata, "Tetap di posisimu. Syukurlah kau sudah sadar," ucapnya sembari menghela napas lega.Kemudian, Rachel membantu agar Edward tetap berbaring di tempat tidur. Sejujurnya, Edward sangat tidak nyaman ketika Rachel terus melakukan kontak fisik kepadanya. Namun, kondisinya saat ini tak mendukung untuk menolaknya. Ia hanya bisa pasrah dan berbaring kembali.Tatapan Edward mengedar ke sekelilingnya. Melihat selang infus terhubung di lengannya, akhirnya Edward menyadari bahwa posisinya saat ini tengah berada di rumah sakit. Di salah satu ruangan VVIP."Apa yang terjadi? kenapa aku bisa ada di sini?" tanyanya."Apa kau tidak mengingat apa pun? Edward, kau baru saja mengalami kecelakaan. Untung saja malam itu aku ... ." Reflek Rachel membungkam mulutnya rapat-rapat sebelum Edward mengetahui bahwa malam itu Rachel diam-diam menguntitnya di belakang dari jarak yang lumayan jauh, bahkan sempat kehilangan jejak mobil milik Edward.Setelah mendengar penuturuan dari Rachel, Edward akhirnya teringat tentang kecelakaan yang menimpanya pada malam hujan deras. Dia mulai berasumsi bahwa kecelakaan itu jelas-jelas kecelakaan yang sengaja direncanakan. Sebuah truck yang berusaha menabraknya pasti disengaja dan seseorang telah mendalanginya.'Siapakah yang ingin membunuhku kali ini?' Edward bertanya-tanya dalam batinnya.Sekiranya, ini pertama kali ada seseorang yang ingin membunuh Edward. Sejak kecil, dia jelas merasa tak memiliki seorang pun musuh dalam hidupnya. Meskipun identitas lainnya adalah seorang Ketua organisasi Mafia terbesar, namun tak ada yang mengetahui siapa pemimpin yang sebenarnya. Organisasi kejahatan yang didirikan oleh Edward sangatlah ketat dan privat. Itulah sebabnya, di dunia permafiaan, ada banyak yang penasaran tentang siapa Ketua Black Devil yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu bahwa organisasi Black Devil ada, tetapi mereka tidak tahu di mana dan bagaimana cara melacak informasinya.Sebelum akhirnya, Edward mengungkap identitasnya di hari pengkhianatannya. Selain Rosy, Tesla dan beberapa anak buahnya, tak ada seorang pun yang tahu tentang identitasnya. Tidak mungkin itu Rosy, karena saat ini Rosy telah berada dalam kendalinya.Jadi, mungkinkah itu Tesla?Apa dia yang berusaha membunuh Edward?"Edward, yaampun. Bagaimana bisa kau terluka seperti ini?" Datang lagi sekelompok orang heboh.Siapa lagi jika bukan Nyonya Britsh yang memerankan drama, berpura-pura peduli terhadap kondisi Edward saat ini. Dan dia tidak datang sendiri, melainkan membawa keluarga Edward yang lainnya, yakni Paman dan Bibi, keluarga kandung lainnya yang dimiliki oleh Edward."Kenapa kalian datang?" tanya Edward."Dasar berandal! ucapanmu sangat tidak sopan. Bicaralah yang baik. Paman dan Bibimu ada di sini," tegur Nyonya Britsh. Dia masih menikmati perannya sebagai ibu yang baik.Edward memalingkan bola matanya karena terlalu muak dengan ucapan Nyonya Britsh."Edward, bagaimana lukamu? apa sudah baikan?" tanya paman Edward yang bernama Ronan."Luka seperti ini bukan apa-apa," jawab Edward."Baguslah. Syukurlah kau tidak kenapa-napa." Ronan menghela napas lega.Sikapnya tampak tulus. Namun, itu tak cukup menyentuh hati Edward gang dingin dan sekeras batu. Dalam hatinya telah menebak jika sikap pamannya yang tampak peduli itu hanya karena saat ini Edward masih berguna baginya. Ya, itu karena saat ini pamannya saat ini tengah menjabat menjadi CEO di perusahaan milik Edward. Sayangnya, menjadi CEO tidak cukup membuatnya bisa bersikap semena-mena, sebab pemegang saham terbesar masih dimenangkan oleh nama Edward.Tatapan Edward tetap antusias menatap ke arah pintu, seolah berharap seseorang yang diharapkannya datang saat itu juga."Edward, apa yang kau cari?" tanya Rachel."Tidak, bukan apa-apa." Ucapan Edward terdengar agak kecewa.'Jangan bilang... dia mengharap gadis kasar itu datang. Edward, tidak bisakah kau hanya melihatku saja? aku di sini, di depanmu. Orang yang selalu menunggumu dan berada di sisimu juga aku, bukan dia. Tapi kenapa... kenapa kau hanya memikirkan orang yang baru saja muncul di hidupmu?' Rachel sangat geram dan tidak Terima.Walau Edward tak mengatakannya, namun matanya dapat bicara dengan jelas. Insting seorang wanita memang sangat kuat. Itulah mengapa sekilas saja Rachel dapat menyadari bahwa Edward tengah mengharapkan kedatangan wabita lain."Wanita itu tidak akan datang," ucap Rachel berterus terang."Ada apa ini? Edward, apa kau memiliki wanita lain?" tanya bibi Edward yang bernama Lona.Satu lagi, Edward memiliki seorang bibi bernama Lona. Dia adalah adik kandung perempuan dari ayah Edward. Lona menikah dengan Ronan. Dengan kata lain, saat ini hanya bibinya yang memiliki keterikatan hubungan darah dengan Edward."Benar. Sekarang, aku sudah bertemu dengan wanita yang kucintai dan sebentar lagi kami akan menikah," ungkap Edward.Begitu tiba-tiba. Hingga mengejutkan semua orang yang ada di sana."Edward, apa maksudmu? bukankah kau menyukai Rachel?" tanya Lona."Kapan aku pernah mengatakannya? aku dan dia tidak pernah memiliki hubungan apa pun. Ah, bisa dikatakan... Rachel yang selalu mengejarku. Hanya cinta sepihak. Bukankah memalukan? hahaha." Edward sengaja melukai harga diri Rachel dengan kata-kata kejamnya.Rachel tak dapat berkata-kata karena harus menanggung rasa malu tatkala ditolak tegas di depan semua orang. Ia menundukkan kepalanya dengan tangan terkepal. Geram atas ucapan Edward yang baru saja mempermalukannya. Namun, cinta mengalahkan segalanya. Sudah seperti itu, Rachel tak menyalahkan Edward. Justru menyalahkan Rosy, wanita yang telah menerobos masuk ke dalam hati Edward.'Hanya dengan beberapa kata saja, jangan harap kau akan membuatku menyerah. Edward, semakin kau menolak ku, aku semakin ingin mengejarmu mati-matian. Jika aku tidak bisa mendapatkanmu, maka tidak akan ada seorang pun yang akan mendapatkanmu! Aku akan menyingkirkan semua orang yang menghalangi cinta kita!' cetus Rachel dalam batinnya."Sial! apa kau yakin, mayat itu bukan dia?" geram Edward seraya mengepalkan kedua telapak tangannya. "Tuan, Anda tidak pernah ragu dengan hasil penyelidikanku. Mayat itu bukanlah mayat Tesla, melainkan anak buahnya. Saya yakin, dia pasti telah melarikan diri," cetua Kelvin. Markas besar organisasi Black Devil yang tak lain adalah markas perkumpulan Mafia terbesar di London. Tak perlu ditanya siapa pemimpinnya, tentu saja dia adalah Edward Jesyleo. Setelah menjadi mata-mata di markas musuhnya, bahkan menjadi bodyguar seorang Mafia Queeen yakni Zanilia Rosyaliz, akhirnya Edward kembali ke sarangnya dan memimpin kembali setelah sekian lama. Tujuannya telah tercapai. Selama menjadi mata-mata, dia telah berhasil mengumpulkan banyak informasi dari pihak musuh. Tak hanya itu saja, kembali ke tujuan awalnya adalah membalaskan dendam. Edward berhasil membunuh pemimpin Mafia, ayah Rosy yang bernama Jackie Robert. Edward membunuhnya diam-diam tanpa ada yang mengetahuinya, bahkan sampai saat i
"Ayah, siapa wanita ini?" tanya seorang anak perempuan yang termenung dengan wajah murung kala menyaksikan ayahnya membawa wanita lain ke rumahnya setelah sebulan lalu mereka mengadakan acara pemakaman untuk ibu si anak perempuan berusia 8 tahun itu."Rosy, mulai sekarang dia adalah ibumu. Cepat beri salam kepadanya," titah sang Ayah."Ibu? Ibu baru saja meninggal sebulan lalu. Dia bukan ibuku. Aku hanya memiliki satu ibu di dunia ini," ketusnya marah. Tak setuju ketika ayahnya membawa wanita lain untuk dijadikan istrinya, Rosy yang masih berusia 8 tahun gegas pergi meninggalkan rumah."Rosy! mau ke mana kamu?" Ayahnya dengan lantang berniat mencegah Rosy pergi. Namun, kepergian Rosy tak dapat dihentikan kala wanita di sampingnya merangkul lengan ayah Rosy."Biarkan dia menenangkan diri lebih dulu. Mungkin, dia masih belum bisa menerimaku sebagai ibunya. Sepertinya, aku yang kurang baik. Sayang, aku tidak pantas menjadi istrimu," lirihnya sayu sendu."Hussh, siapa yang bilang begitu?
Setelah dirawat inap selama beberapa hari, akhirnya tiba hari di mana Edward diberi izin untuk pulang. Rasanya hati tak sabar ingin kembali ke rumah. Bukan karena merindukan rumahnya, tetapi merindukan seseorang yang ada di rumahnya. Walaupun sebenarnya ia sama sekali tak memahami bagaimana perasaannya yang sesungguhnya.Cklek … Perlahan Edward membuka pintu kamarnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya yang luas, namun tetap tak mendapati sosok yang ia cari.“Tuan … .”“Kaget aku!” Terkejut alami ketika seorang asisten rumah tangga memanggil namanya secara tiba-tiba. “Ah, Bi Mirna,” ucapnya. Dari namanya yang sangat khas, dapat ditebak dengan mudah jika dia berasal dari Indonesia. Benar, Bi Mirna adalah seorang TKW asal Indonesia.“Tuan lagi nyari Nona Rosy, ya?” tanyanya.“Em, eh, itu … ke mana dia?” tanyanya gagap.“Oooh, Nona Rosy baru saja keluar,” jawabnya.“Keluar? Ke mana dia? Sejak kapan?” cecarnya antusias.Tanpa menunggu jawaban dari Bi Mirna terlebih dahulu,
"Emhh ... Jangan. Berhenti, sialan!" Lenguhan-lenguhan menggoda terlontar dari mulut seorang wanita yang terikat di kursi dengan kedua kaki yang terbuka lebar. "Jauhkan tangan kotormu itu, sebelum aku memotong lidah dan mencungkil mata busukmu itu!" ancamnya.Sensasi kenikmatan yang dirasakannya secara tidak sadar membuatnya terlena. Ia meliuk-liukkan tubuhnya kala seorang pria dengan aksi nakalnya sengaja mempermainkan hasratnya. Pria itu tak berniat menghentikan aksinya, hingga membuat tubuh sang wanita menegang karena merasa harga dirinya telah terluka. Pria itu berhasil membuat sang wanita terlena hingga kesulitan mengatur napasnya."Edward, jangan macam-macam. Lepaskan aku sekarang juga sebelum kelompokku datang dan menghabisimu," ancam Rosy."Hahaha." Bukannya merasa takut, Edward justru tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Rosy yang menurutnya tidak menakutkan sama sekali. Edward bahkan menganggapnya terlalu konyol. "Jika mereka berani datang, aku akan membunuh semuanya. Ak
Setelah meledakkan satu bangunan, Edward membawa Rosy keluar melalui rute bawah tanah. Dia sengaja membuat Rosy tak sadarkan diri, lalu membawanya menuju ke tempat yang telah dia janjikan bersama dengan bawahannya."Tuan, apa Anda baik-baik saja?" tanya Kelvin sekadar basa-basi, walaupun sebenarnya dia sangat mengenal siapa Edward. Ya, tidak mungkin sesuatu terjadi kepada seorang Edward yang cerdik dan licik."Omong kosong," celetuk Edward sembari menampilkan senyum miring. "Apa kau lupa siapa aku?" ujarnya percaya diri."Tentu saja tidak. Kalau begitu, silakan." Kelvin membukakan pintu mobil seraya mempersilakan agar Edward masuk ke dalam.Tanpa menunda waktu, mereka pun masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan gila di atas rata-rata."Tuan, apa kau jatuh cinta kepada sang Ratu?" goda Kelvin kala membuka pembicaraan."Kelvin, apa kau merasa sangat bosan?" ketusnya."Tidak, hanya saja ... aku merasa aneh. Bukankah seharusnya kau membunuhnya, tapi kenapa kau malah membawa
Emmm ... untuk saat ini memang belum. Tapi tenang saja, sebentar lagi kita akan menjadi suami istri sungguhan," tutur Edward."Belum? apa maksudmu?" Rosy sama sekali tidak mengerti."Sayang, sekarang kau adalah kekasihku. Satu-satunya wanita yang paling kucintai. Menikahlah denganku. Aku akan bersikap baik dan membahagiakanmu." Sebuah lamaran yang dilontarkan secara tiba-tiba. Entah bagaimana otak Edward sedang bekerja, dia bahkan dapat berbohong tanpa mengedikpkan mata sekali pun.Antara bimbang dan ragu. Rosy saat ini sangat kebingungan. Baru saja terbangun, ia tiba-tiba menerima lamaran dari seorang pria yang entah apa dia pernah mengenalnya. Ditambah, saat ini dia sama sekali tak mengingat kejadian di masa lalu, termasuk siapa dirinya sendiri. Rasanya sangat aneh dan berlawanan. Dia kesulitan menjelaskan perasaannya.Seorang Edward yang telah lama meneliti obat-obatan terlarang, kini dengan sengaja menggunakannya kepada salah satu kelinci percobaannya. Tidak disangka, ternyata efe
"Edward! Eward! Di mana kau? Edward!” Nyonya Britsh berteriak mencari Edward saat ia akhirnya tiba di mansion milik Edward.Nyonya Bristh tidak sendiri. Kali ini, dia datang bersama dengan Rachel. Sudah sering ia datang, tetapi tak pernah menjumpai anaknya. Tidak, lebih tepatnya anak sambungnya. Benar, Edward hanyalah anak sambung dari Nyonya Britsh. Sedangkan ibu kandung Edward telah lama meninggal. Mengenai ayahnya, ini cukup sensitif dalam pembahasan.Ayah Edward dulunya adalah seorang CEO atau pengusaha dan memiliki seorang teman yang sangat dekat. Namun, temannya mengkhianatinya dan menjebloskannya ke penjara. Di dalam penjara, ia menderita penyakit parah dan meninggal dunia. Kini, Edward tak memiliki keluarga lagi selain ibu sambungnya yang tak pernah dia anggap sebagai keluarganya.“Sepertinya, Edward sedang tidak di rumah. Tante, apa kita harus kembali lagi? ini sudah kesekian kalinya.” Ucapan Rachel terdengar kecewa.“Berandalan itu memang sulit diatur. Sudahlah--,”“Siapa ka